60. Pertengkaran

2.4K 271 20
                                    






Aku diemin Jiel sejak aku jemput dia di rumah Kak Rachel tadi. Lebih tepatnya mungkin saling diem-dieman. Dimobil sepanjang jalan tadi pun kita juga diem-dieman. Aku yakin dia sibuk sama pikirannya sendiri, aku sibuk memendam marahku ke dia.

Terus terang aku marah sama dia. Entah seharusnya siapa yang marah karena kejadian barusan tapi pastinya aku marah karena aku dengar dengan telingaku sendiri Jiel menyerah.

"Bicara dong Mas, jangan diemin Adek" kayaknya si Bocah ini baru sadar kalau aku marah setelah kita udah sampe di apart, bahkan udah selesai makan dan mandi. Loadingnya lambat.

"Buat apa bicara? Mau diskusi apa? Bukanya tadi Adek sendiri yang ambil keputusan? Adek yang tega ngomong kakak boleh menikah dengan siapapun"

"Gak gituuu...... " terus dia diem, gak melanjutkan kalimatnya lagi. Aku yakin dia sedang menahan tangis.

"Sayang, listen to me! Adek percaya kan sama kakak? Tolong jangan katakan hal kayak tadi, kakak gak suka!! Paham??"

Kupikir yaudah, setelah ini selesai... Gak diperpanjang lagi, tapi ternyata enggak.

"Tapi Jiel bicara fakta!! Memang harus begitu!"

"Harus? Kakak harus nikah? Itu maksud kamu??"

"Ya, pertimbangin dulu...." aku yakin dia mau lanjutin bicara tapi udah keburu aku potong:

"Faktanya Kakak cintanya sama kamu El, dan kamu enggak? Gitu??"

"Ya Jiel juga cinta Lah... "

"Lah??? Ada Lah nya????"

"Kak, jangan sensitif pliss"

"Adek yang mulai!!! Kakak ngerasa kamu gak hargain kakak!!!" bicaraku makin keras, ini tidak masuk ke nalarku kenapa Jiel bisa berfikir seperti itu.

"Tentang pernikahan kakak, cepat atau lambat, sekarang atau nanti pasti akan jadi masalah buat kita. Jiel cuma gak mau yang dulu terulang lagi, itu aja. Kalau pernikahan kakak bisa buat semua damai dan bahagia, why not??"

"Damai adek bilang? Kamu gak keberatan kehilangan kakak, itu maksudnya damai? Iya??"

"Maksud Jiel bukan itu, Jiel cuma gak mau semuanya berantakan"

"Kakak gak peduli, kakak rela kog kehilangan apapun demi sama kamu. Tapi Kamunya aja yang enggak... Kamu enggak mau berjuang sama kakak!!!"

"Jiel punya apa? Tolong kakak sebutkan! Apa yang Jiel punya?? Jiel sendirian kak, Jiel gak punya siapa-siapa, Jiel gak punya keluarga, menurut kakak sepenting itu cinta buat Jiel? No!! kakak udah tau itu kan??"

"......"

"Kalau kakak lepasin semua demi Jiel, itu artinya Jiel juga akan kehilangan semua yang Jiel anggap berharga. Mami, Kak Rachel, Kay, ramai keluarga kakak adalah impian Jiel. Jiel gak punya apa-apa kak, tolong mengertilah...."

Aku gak sanggup membalikkan kata kata Jiel.
Aku menyadari itu sedari lama. Aku paham bentuk cintanya padaku, dari awal sudah aku katakan dia hanya butuh tempat pulang. Dia membutuhkanku hanya sebatas itu. Aku paham bahkan tanpa dia terangkan, hanya saja ini terlalu dadakan. Aku sakit, merasa gak berharga untuk diperjuangkan.

Aku ambil jaketku ke kamar, ambil kunci mobil juga, lebih baik aku pergi dulu daripada kita akan lanjut bertengkar semalaman. Terlebih, aku butuh waktu sendiri.

Aku gak nyangka, kalimat kak Andra boleh menikah dengan siapapun itu akan berujung panjang dan lebih menyakitkan lagi untuk dibahas.

"Kakak lebih baik pergi ya, Adek bobok dan tenangkan diri dulu" suaraku melembut, pamitan ke Jiel dengan mengecup keningnya trus aku pergi, entah mungkin ke hotel hanya untuk sekedar tidur.

KENANDRA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang