PRETENSE - 5

2.9K 278 7
                                    



Sadine membuka matanya secara perlahan begitu di merasakan sinar matahari yang masuk lewat celah kecil dari balik gorden kamar hotelnya yang terbuka sedikit. Selama beberapa saat dia hanya bisa tertegun sembari merasakan hangatnya kulit dari seseorang yang kini masih tertidur nyenyak sambil mendekapnya. Dan begitu dia menengadahkan kepalanya sedikit, wajah tampan Reksa yang sedang tertidur terpampang nyata di depannya. Nafasnya naik turun secara teratur dan Sadine bisa mendengar dengkur halusnya yang menenangkan.

Namun tidak seperti kebanyakkan perempuan-perempuan lain yang mungkin akan terkejut dengan kehadiran seorang pria di kamarnya dalam keadaan telanjang bulat, Sadine justru malah tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebab adegan dimana dirinya dan Reksa berada di tempat tidur yang sama tanpa mengenakan sehelai benang pun sama sekali tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya. Setelah sekian lama dianggap seperti angin lalu, kini Sadine bisa merasakan yang namanya bersentuhan secara langsung dari kulit ke kulit.

Dan jujur saja, permainan tadi malam cukup berhasil membuat akal sehatnya menghilang tanpa jejak. Tak pernah ia sangka bahwa Reksa bisa se 'hebat' itu di atas ranjang.

Setelah hampir 10 menit terdiam memandangi wajah tidur Reksa yang begitu tampan, Sadine pun berinisiatif untuk menyentuh pipinya, sembari terus mengagumi segala hal yang ada di wajah prianya itu. Reksa menggeliat sedikit sebelum akhirnya dia membuka matanya secara perlahan. Dan begitu matanya bertemu dengan mata Sadine, pria itu tersenyum manis.

"Morning." sapa Reksa dengan suara lembutnya yang terdengar agak serak pagi ini.

Sadine balas tersenyum. "Morning."

"Hari ini mau kemana?" Reksa mengecup puncak kepala Sadine dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga perempuan itu.

"Nggak mau kemana-mana. Mau di hotel aja seharian ini."

"Yakin? Emang udah nggak ada yang mau lo beli lagi? Lusa kita udah balik ke Indo loh."

Sadine menggelengkan kepalanya. Dia dan Reksa sudah cukup berjalan-jalan serta berbelanja banyak barang di negara ginseng itu selama 7 hari, jadi di 2 hari terakhir bulan madu mereka disana, Sadine hanya ingin istirahat saja. Ditambah lagi rasa menyengat yang bersumber dari sesuatu diantara kedua kakinya semakin membuatnya malas untuk pergi kemana-mana.

Selama beberapa menit keduanya hanya bisa terdiam sembari menikmati suasana hening yang entah kenapa terasa lebih hangat ini. Tangan Reksa aktif mengusap-usap punggung telanjang Sadine dan aksinya itu cukup sukses membuat jantungnya berdebar tak karuan. Namun Sadine sudah sangat terlatih untuk menjaga ekspresi dan bahasa tubuhnya. Dia tetap terlihat tenang cenderung datar meskipun bulu kuduknya kerap meremang setiap kali tangan halus Reksa menyentuh kulitnya.

"Thank you for last night," ucap Reksa tulus. "I'm enjoyed it. Really."

Seandainya saja Reksa tahu bahwa dada Sadine serasa ingin meledak dengan begitu kuatnya mendengar pujian yang teramat sangat tulus itu. Tapi Sadine tidak mau terpengaruh. Dia telah memutuskan untuk berpura-pura tidak mencintai Reksa, jadi dia akan menanggapinya dengan sedatar dan sebiasa mungkin. Dan asal Reksa tahu juga bahwa Sadine sendiri pun merasakan hal yang sama. Dia sangat menikmati apa yang telah mereka lakukan tadi malam.

"Same here. Thank you for treating me so gently too." Sadine tersenyum tipis. "Gue masih amatir banget. Maaf ya?"

Reksa menggeleng. "Semua yang dilakukan pertama kali pasti akan terasa amatir. Gue pun juga ngerasa kayak gitu."

"Nggak. Lo jago. Dan gue penasaran lo belajar dimana." Sadine menggeliat sedikit sampai jemari Reksa kembali mengusap-usap punggungnya dengan lembut.

"Dari buku tentang seks sama blue film, of course." Reksa terkekeh. Berusaha untuk tidak terpancing dengan kalimat terakhir Sadine yang 'seolah' seperti sedang menuduh dirinya yang pernah mempraktekan hubungan badan itu sebelum menikah dengannya. "Asal lo tau, gini-gini juga gue masih virgin. And you're my first."

PRETENSE (✔)Where stories live. Discover now