PRETENSE - 34

2.8K 240 18
                                    



"Sepulangnya kamu dari Singapore, kita ketemu di taman dekat rumah baru kita, ya? I'll give you what you want."

Itu adalah kalimat yang Reksa bisikkan pada Sadine sebelum dia dan Yuanita masuk ke dalam gedung terminal 3 untuk melakukan check in pesawat yang akan membawa mereka berdua ke Singapura. Pria itu bahkan memberikan senyuman terbaik serta pelukkannya yang hangat sebelum Sadine melangkah masuk ke dalam gedung terminal. Sadine bahkan masih bisa merasakan kehangatan dekapan Reksa serta bau parfumnya yang selalu menjadi aroma favoritnya itu begitu dia sampai di bandara Changi.

Setelah melakukan percakapan yang lumayan menguras air mata bersama eyang Raharja, Sadine kembali digelayuti rasa bimbang akan keinginannya untuk bercerai dari Reksa. Dia mulai merasa ragu dan juga takut jika keputusannya itu tidak akan membawa dampak yang baik untuknya. Ditambah lagi, Reksa, mami, papi dan anggota keluarganya yang juga telah mengetahui permasalahan itu sama sekali tidak memaksanya untuk melanjutkan pernikahan ini jika dia memang tidak menginginkan itu. Sadine juga kerap memergoki Reksa yang sering kali bangun di sepertiga malamnya hanya untuk bersujud selama mungkin untuk memanjatkan doa kepada sang pencipta yang Sadine sendiri tidak tahu apa isinya.

Sadine bisa melihat bahwa mereka semua sudah pasrah, terutama Reksa. Pria itu bahkan kembali memperlakukannya seperti biasa dan tidak pernah membahas soal surat gugatan cerai itu jika bukan dirinya yang memulai. Sadine tidak mau menduga-duga, tapi sepertinya Reksa juga sudah menandatangani surat itu dan akan menyerahkannya ketika dirinya kembali dari Singapura nanti.

Dan sekarang Sadine hanya bisa berharap bahwa hatinya sudah betul-betul mantap untuk menerima semua konsekuensi atas keputusannya nanti. Dan dia juga harus siap lahir dan batin untuk kehilangan serta hidup tanpa Reksa, lelaki yang bahkan sampai sekarang masih terus menghuni hatinya dan masih amat sangat ia cintai setengah mati.

"Lo tuh kayaknya hobi banget ya nongkrong di balkon kayak gini?"

Suara Yuanita menyapa telinga Sadine seiring dengan lamunannya yang ikut terpecah. Perempuan itu tersenyum tipis seraya memberi kode pada Yuanita untuk duduk di sebelahnya.

"Udah malem masih ngelamun aja! hati-hati kesambet!"

Sadine terkekeh. "Lucu kali ya kalau gue kesambet di sini? Nanti hantunya pasti ngomong pake singlish."

"Dih malah bercanda lagi!"

Sekali lagi Sadine mengumandangkan tawanya. Disaat-saat seperti ini yang ia butuhkan memang hanya Yuanita saja. Seharusnya Hemma juga ikut bersama mereka, sayangnya dia sudah memiliki banyak tanggung jawab yang tak bisa ia tinggalkan sebagai seorang istri, ibu dan juga dokter.

"Yu."

"Hm?"

"Apa yang bikin lo jatuh cinta sama Ferdy sebelum lo tau segala hal yang negatif tentang dia?"

Yuanita tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya dia menghela nafas panjang. Pertemanannya dengan Sadine yang telah melewati angka sepuluh tahun sudah lebih dari cukup untuk membuatnya paham akan arti dari pertanyaan itu. Sadine sedang bimbang. Sahabatnya itu sedang bingung dan juga ragu dengan keputusannya untuk bercerai dari Reksa. Dan sekarang dia ingin mencari jawaban untuk kebimbangan itu. Jawaban yang bisa saja mengubah keputusannya entah itu untuk membatalkan gugatannya atau justru malah sebaliknya.

Sejujurnya Yuanita sama sekali tidak menginginkan perceraian itu untuk terjadi. Yuanita bahkan pernah berkali-kali mengatakan bahwa sebenci-bencinya dia pada kelakuan Reksa di masa lalu pada Sadine, dia tetap tidak bisa melihat apalagi membayangkan jika sahabatnya itu bersanding dengan lelaki lain. Sebab Yuanita tahu bahwa sejak awal mereka berdua memang ditakdirkan untuk bersama. Ada berbagai macam kebetulan yang dulu sering terjadi di antara mereka sehingga membuatnya berpikir bahwa semesta memang menginginkan keduanya untuk bersatu sebagai pasangan hidup.

PRETENSE (✔)Where stories live. Discover now