PRETENSE - 11

2.4K 234 7
                                    


Warning! 18+ mature & smut scene ahead.

Skip it if you feel uncomfortable :)



Awalnya Reksa ingin membawa dirinya dan Sadine pulang ke rumah untuk melaksanakan aktivitas malam mereka di sana. Tapi karena kamar mereka terletak tak jauh dari kamar Nindy, akhirnya dia memutuskan untuk merubah tujuannya ke vila keluarganya yang ada di daerah cipanas. Dan berhubung besok adalah hari sabtu, jadinya mereka bisa lebih leluasa untuk menghabiskan waktu berdua saja di sana.

"Kok dadakan banget mbak nginep nya? Ada apa?" tanya mami sambil ikut membantu Sadine yang sedang memasukan beberapa potong pakaian Reksa ke dalam tas.

"Nggak tau mi, mas Reksa yang ngajakin aku nginep di sana tiba-tiba." jawab Sadine dengan nada setenang mungkin agar ibu mertuanya itu tidak curiga. Jujur saja, Sadine tidak sanggup menanggung malu seandainya saja mami tahu apa yang membuat dia dan Reksa ingin menginap di sana secara dadakan seperti ini.

"Terus kenapa dia nggak turun dari mobil?"

"Katanya dia mau nunggu aja biar nanti kita bisa langsung jalan."

Mami menaikkan kedua alisnya antara bingung dan juga penasaran. Sampai akhirnya dia menyadari bahwa bahasa tubuh Sadine nampak tidak seperti biasanya, dan di detik itu juga wanita paruh baya itu menyunggingkan senyumnya.

"Lingerie nya nggak dibawa sekalian juga, mbak?" tanya nya jahil.

"H-Hah?" Sadine menoleh ke arah ibu mertuanya itu dengan agak sedikit terkejut.

"Itu baju 'dinas' malam yang mbak Sharma beliin buat kamu nggak dibawa ke vila juga? Siapa tau kamu butuh nanti."

Wajah Sadine langsung berubah merah padam. Seharusnya dia tahu bahwa dirinya tidak akan mungkin bisa membohongi seorang wanita yang telah hidup beberapa puluh tahun lebih lama darinya.

"Mau mami bantuin ngomong ke mang Agus nggak biar vila nya dibersihin dulu?" tawar mami lagi sembari berusaha menahan tawa begitu melihat menantunya yang sudah salah tingkah setengah mati.

"Mi..."

Mami terkikik. "Mami ngerti kok. Udah sana kamu buruan jalan aja kalau baju-bajunya udah selesai dimasukin."

Masih dengan wajah yang semerah tomat, Sadine diantar keluar oleh mami yang masih berusaha sebisa mungkin untuk tidak tertawa. Tadinya dia sempat berpikir bahwa Reksa dan Sadine masih merasa canggung dengan status baru mereka sebab keduanya telah tumbuh dewasa bersama sejak kecil. Namun sepertinya dia tidak perlu mengkhawatirkan soal itu lagi sebab baik Reksa maupun Sadine nampak baik-baik saja. Malah keduanya terlihat seperti kebanyakkan pasangan pengantin baru pada umumnya.

Sebelum Sadine berjalan mendekati mobil, mami langsung menahan tangannya. Kedua wanita berbeda era dan generasi itu pun saling tatap selama beberapa detik sampai akhirnya mami kembali tersenyum.

"Kamu bahagia kan, mbak?" tanya nya dengan nada selembut mungkin.

Sadine terhenyak. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa ibu mertuanya ini akan menanyakan kebahagiaannya disaat dirinya harus berusaha mati-matian untuk terlihat seperti itu. Sejujurnya jika Sadine ditanya apakah dia bahagia atau tidak, jawabannya adalah tidak tahu. Adakalanya dia merasa sangat bahagia tapi terkadang dia juga merasa sangat sedih dan tertekan. Perasaan itu terus berubah sepanjang waktu jadi Sadine tidak bisa mengatakan bahwa dirinya benar-benar merasa bahagia.

"Bahagia dalam konteks apa dulu mi?" Sadine balik bertanya diiringi dengan tawanya yang renyah.

"Bahagia sama Reksa? Maksud mami, kalian nggak canggung karena status kalian udah berubah sekarang kan?"

PRETENSE (✔)Where stories live. Discover now