PRETENSE - 22

2.2K 234 22
                                    



Sudah hampir 15 menit Sadine berdiri di depan wastafel kamar mandinya dengan jantung yang berdegup kencang. Sepasang matanya menatap lurus-lurus pada test pack yang ia letakkan di atas sebuah wadah yang sudah terisi dengan air seninya untuk membuktikan apakah dirinya tengah mengandung atau tidak. Pasalnya sudah 2 mingguan ini dia merasa tubuhnya kurang sehat, perutnya terasa kembung dan kadang dia suka mual secara tiba-tiba terutama di tengah malam. Tadinya Sadine pikir dia sedang masuk angin karena akhir-akhir ini sering bepergian malam-malam bersama Reksa untuk sekedar jalan-jalan keliling Jakarta, wisata kuliner pinggir jalan atau paling tidak nongkrong di kafe milik sang suami, La Reverie.

Hubungannya dengan Reksa berkembang dengan cukup baik meski Sadine masih merasa canggung dan masih belum bisa membalas 'I love you too' setiap kali Reksa melontarkan kalimat 'I love you' nya. Reksa sendiri juga tidak merasa kecewa ataupun memaksanya untuk membalas kalimat itu. Dia paham sekali bahwa Sadine masih membutuhkan waktu untuk benar-benar mempercayainya.

Sadine juga belum memberitahu Reksa dan juga keluarganya soal kemungkinan dirinya yang sedang mengandung karena takut jika itu hanya sebuah harapan kosong belaka. Namun sebagai seorang dokter, Sadine jelas bisa mengenali tanda-tanda kehamilan pada dirinya meskipun dia tidak ahli di bidang itu.

Dan sekarang, Sadine benar-benar merasa sangat gugup sekali untuk melihat hasilnya.

"Bismillah," Sadine bergumam setelah dia menarik nafas dalam-dalam untuk mengusir kegugupannya. "It's okay, Dee. Kalau hamil, alhamdulillah. Kalau nggak, masih ada kesempatan lagi untuk ikhtiar kok. Yuk santai aja yuk."

Tentu saja Sadine tidak perlu khawatir jika hasil test pack nya itu negatif hari ini. Toh dia dan Reksa benar-benar semakin aktif dan rajin berhubungan badan semenjak pria itu menyatakan cinta padanya.

"Kalau negatif jangan nangis ya, Sadine. Jangan nangis. Terus kalau hasilnya positif... ya jangan nangis juga. Jangan nangis deh pokoknya!" Sadine kembali bermonolog sembari mengulurkan tangannya untuk mengambil test pack itu.

Akhirnya setelah sibuk menguatkan dirinya sendiri, Sadine pun memberanikan diri untuk melihat test pack itu. Matanya bahkan sampai melotot selebar mungkin untuk memerhatikan hasilnya dengan seksama.

Ada tulisan pregnant beserta penjelasan mengenai berapa lama usia kehamilannya di layar test pack digital itu.

Selama beberapa saat Sadine hanya bisa terdiam sembari memandangi hasil test pack nya yang menyatakan bahwa dirinya tengah mengandung dan usia kandungannya sudah jalan 3 minggu. Dia melirik ke arah kamar mandi dengan sepasang mata yang mulai berkaca-kaca. Reksa mungkin masih sibuk mengenakan celana panjang dan kemejanya untuk bersiap-siap berangkat kerja. Apakah Sadine harus memberitahu kabar bahagia ini sekarang? Atau perlukah dia menyiapkan sebuah kejutan kecil untuk suaminya itu?

Tidak. Sadine terkekeh pelan di antara isakkannya. Dia tidak sabar untuk segera memberitahukannya pada Reksa. Dia ingin melihat reaksi pria itu. Akankah Reksa bahagia mendengar kabar ini? Atau justru malah sebaliknya? Sadine ragu. Sebab pria itu tidak pernah membicarakan soal anak sama sekali sejak mereka menikah, jadi Sadine tidak tahu dan tidak yakin apakah suaminya itu sudah siap memiliki anak darinya atau belum.

Setelah berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya, Sadine pun memberanikan diri untuk keluar dari kamar mandi. Dan sesuai dengan dugaannya, Reksa masih sibuk merapikan kemeja kerja yang dikenakannya lalu kemudian pria itu melemparkan sebuah senyum manis lewat cermin panjang di depannya. Tapi senyum itu langsung sirna seketika begitu dia melihat sepasang mata Sadine yang masih memerah akibat menangis tadi.

PRETENSE (✔)Where stories live. Discover now