PRETENSE - EPILOG

4.2K 251 28
                                    



Sejujurnya Sadine paling tidak suka mengunjungi makam kakek serta kedua orang tuanya.

Bukan. Bukan karena Sadine tidak punya hati atau apapun itu yang bisa membuatnya dicap sebagai anak durhaka, tapi lebih karena dia tidak ingin menangisi mereka lagi untuk yang kesekian kalinya. Ditambah lagi, setiap kali Sadine melihat ketiga makam itu, dia seolah seperti diingatkan bahwa dirinya memang benar-benar hidup sebatang kara di dunia ini. Seandainya keluarga Reksa tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya, mungkin saat itu Sadine akan berakhir hidup di panti asuhan.

Dan rasa sedih itu semakin bertambah begitu dia terpaksa harus kembali ke makam khusus untuk keluarganya itu untuk menguburkan calon bayinya yang tidak sempat lahir ke dunia.

Tapi setelah tujuh tahun berlalu, Sadine akhirnya memutuskan untuk mulai rutin berkunjung lagi ke 'rumah abadi' milik mereka berempat. Bersama Reksa dan kedua anak mereka, Hisora Tarachandra Rafisqy dan Harumi Thiarani Rafisqy.

Sora adalah anak laki-laki yang Sadine lahirkan setahun setelah dia benar-benar pulih dari luka fisiknya pasca operasi dan juga luka mentalnya setelah dia mengalami berbagai macam tragedi yang menyakitkan. Untungnya pemulihan itu tidak berlangsung lama berkat bantuan dukungan secara moral dari Reksa, keluarganya dan juga teman-teman dekat mereka, jadi Sadine bisa segera mengandung lagi. Sekarang usia Sora sudah menginjak enam tahun dan sedang Bersiap-siap untuk masuk ke jenjang sekolah dasar.

Sedangkan Rumi adalah anak perempuan yang Sadine lahirkan empat tahun setelah kelahiran kakak laki-lakinya, Sora. Kedua anaknya itu lahir dengan sehat dan sempurna melalui operasi sesar serta tumbuh menjadi anak-anak yang manis dan periang. Secara fisik Sora sangat mirip dengan Reksa sedangkan Rumi lebih mirip Sadine.

"Mami, kok kita ke makam lagi? kan tadi udah?" Sora menatap Sadine yang sedang menggandeng tangannya menuju makam kakek dan kedua orang tuanya yang terletak tak jauh dari pintu gerbang makam.

"Kalau yang tadi kan kita ziarahnya ke eyang uyut, kakeknya papi. Sekarang gantian kita ziarah ke opa uyut, opa sama omanya Sora dan adek ya?" jawab Sadine lembut.

"Opa sama omanya Sora, berarti orang tuanya mami, ya?"

"Iya bener. Orang tua sama kakeknya mami."

Reksa yang berjalan di belakang mereka bersama Rumi dalam gendongannya pun hanya bisa tersenyum penuh arti. Hatinya agak sedikit tercubit melihat fakta dimana ayah, ibu serta kakek mertuanya tidak bisa melihat kedua cucu mereka yang telah tumbuh besar seperti ini. Seandainya saja mereka masih ada, Reksa yakin Sora dan Rumi pasti akan dimanja habis-habisan oleh mereka tanpa kenal lelah. Sebab om Azka, tante Zia, serta kedua adik dari mama Sadine, om Barra dan tante Ayuna juga amat sangat memanjakan kedua anak mereka itu. Reksa bahkan masih ingat bagaimana tante Zia memperkenalkan Sora kepada teman-teman sesama angkatan darat serta para anak buahnya dan bocah kecil itu sukses menarik hati semua tentara muda di sana hanya dalam waktu satu kali perkenalan.

"Pi... pi! Bird!" si kecil Rumi memanggil Reksa sembari menunjuk ke arah burung kecil yang sedang terbang dari atas pohon ke pohon yang lain dengan sangat antusias. "It's a bird, papi! Look!"

"Yes baby, it's a bird." Reksa terkekeh geli mendengar suara menggemaskan Rumi yang memang sedang aktif-aktifnya berbicara beberapa bulan terakhir ini.

Mereka berempat sampai di depan tiga makam orang dewasa dan satu makam kecil yang meskipun Sadine sudah lama tak mengunjunginya tapi hatinya tetap merasa tercubit setiap kali melihatnya. Sebelumnya di batu nisan makam milik si kecil yang telah pergi itu hanya tertulis nama 'the beloved one', tapi akhirnya Reksa dan Sadine menambahkan nama 'Hifza' di bawah tulisan itu. Hifza adalah nama pemberian eyang Raharja sebelum beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir empat tahun yang lalu.

PRETENSE (✔)Where stories live. Discover now