PRETENSE - 12

2.1K 242 21
                                    



"There you go."

Jerome meletakkan 3 buah paper bag di atas meja lalu kemudian duduk di bangkunya sementara Naresh, Harya dan Reksa meraih paper bag itu masing-masing dan mulai memeriksa isinya. Jerome memerhatikan mereka satu persatu sambil menyulutkan api pada ujung batang rokok yang terselip di antara kedua bibirnya yang kemerahan.

"Nice color." puji Harya ceria begitu dia melihat pakaian groomsmen yang akan dikenakannya nanti ternyata berwarna biru navy. Warna favorit Jerome dan Khansa.

"Tapi baju pengantin lo bukannya biru juga?" tanya Naresh heran.

"Warna nya biru langit kok. Lagian baju bridesmaid nya juga warna lilac gitu jadinya nggak akan clash sama baju pengantin sekaligus bisa nyaru juga sama baju groomsmen nya." Jerome nyengir. "Ngomong-ngomong, tolong sampein ke Gista gue bilang makasih karena dia udah mau join buat jadi bridesmaid nya Khansa ya Har. Kasian banget calon bini gue, masa iya bridesmaid nya cuma si Jira sama Sadine doang."

"No problem. Gista juga seneng banget kok bisa ngebantu karena waktu itu dia sempet bilang ke gue katanya dia kasian ngeliat bridesmaid nya Khansa dikit banget. Dia pengen nawarin diri buat join, tapi takut lo sama Khansa nya nggak nyaman."

"Halah bilang aja kalau lo yang ngajuin dia ke Khansa buat dijadiin bridesmaid juga biar lo bisa sekalian gandeng dia di nikahan mereka nanti." ledek Reksa membuat Jerome dan Naresh tertawa bersamaan.

"Dih jangan buka kartu gitu dong lo!" Harya meninju pelan lengan Reksa dengan wajah yang sedikit tersipu.

"Emang lo udah jadian sama Gista?" tanya Jerome penasaran.

Harya menggeleng. "Jadian sih belom. Tapi kayaknya gue bakalan langsung ngajak dia nikah aja deh."

Naresh, Jerome dan Reksa kompak terbelalak kaget. Mereka memang tahu bahwa Harya dan Gista memiliki hubungan persahabatan yang sangat erat. Keduanya bahkan tetap bisa berteman baik meskipun sama-sama sudah memiliki pacar dan ketiganya yakin bahwa hubungan mereka pasti akan tetap seperti itu selamanya. Tapi ternyata faktanya berkata lain.

"Lo serius mau ngajakin Gista nikah? Atas dasar apa?" kali ini Reksa yang bertanya. Nadanya berubah menjadi sedikit lebih serius daripada biasanya.

"Ya karena kita udah sama-sama males nyari lagi?" Harya meraih sebatang rokok dari dalam kotaknya lalu kemudian menyelipkannya di bibir. "Sebenernya gue udah niat buat nikahin mantan gue yang terakhir itu. Gue bahkan udah ngumpulin duit dari hasil jualan lagu supaya bisa beli rumah buat dia, eh dia nya malah selingkuh. Emang paling bener gue nikah sama cewek yang udah pasti gue kenal baik ajalah, si Gista contohnya."

"Jangan ngegampangin gitu. Adaptasi hubungan dari temen jadi suami-istri itu nggak mudah loh, Har." ujar Naresh dengan nada yang juga tak kalah serius.

Harya terdiam. Biasanya kalau Naresh sudah bersabda, rasa takut Harya pasti akan langsung muncul ke permukaan. Dia pun mulai menyadari bahwa tatapan ketiga temannya benar-benar terlihat sangat serius sekali sekarang. Pria berkulit sawo matang itu langsung menunjukkan cengirannya, berusaha untuk mencairkan suasana yang mendadak tegang itu.

"Tegang amat. Kan baru niat guys, belum tentu juga Allah ridho."

Ketiga sahabatnya saling pandang lalu kemudian sama-sama menghela nafas. Mereka tahu bahwa Harya pasti benar-benar akan melaksanakan niatnya itu cepat atau lambat. Sebab pasca putus dari mantan kekasihnya beberapa bulan yang lalu, hidupnya benar-benar sangat kacau. Padahal Harya sudah bersusah payah mengumpulkan uang dari hasil menjual lagu buatannya sejak jaman kuliah hingga akhirnya dia berhasil bekerja di salah satu agensi musik yang sangat terkenal di Indonesia itu dan membeli sebuah rumah mewah untuknya.

PRETENSE (✔)Where stories live. Discover now