Awal

2.9K 155 6
                                    

Mohon maaf, typo bertebaran

Selamat membaca.......

Kring-kring-kring!!!!!!!

Sebuah jam weker berbunyi sangat nyaring, membangunkan seorang gadis remaja dari tidurnya. Zakiyah Azalea Permana atau yang biasa dipanggil Aza, anak bungsu di keluarga Permana itu perlahan membuka matanya.

"Unghh...... berisik sekali!" Aza menggerakkan tangannya untuk mematikan benda berisik yang terletak di atas nakas samping tempat tidurnya.

Mata gadis itu langsung membola saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 06:25.

"Aku terlambat!" Aza dengan cepat melompat turun dari tempat tidur dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Tidak butuh waktu lama bagi remaja cantik 17 tahun itu untuk selesai mandi. Dengan cepat pula ia memakai seragam SMA serta sepatutnya, dan tidak lupa mengikat satu rambutnya. Setelah selesai, ia lalu mengambil tas sekolahnya dan keluar dari kamar.

Satu persatu anak tangga telah terlewati, lalu tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat orangtua dan kakaknya yang tengah sarapan di meja makan, dengan penuh kehangatan dan gelak tawa.

Pemandangan yang sama, di hari yang berbeda. Walaupun sudah biasa, tapi kenapa hatinya tetap saja sakit melihat betapa bahagia keluarganya tanpa kehadirannya?

Dan lagi-lagi Azalea merasa iri pada kakaknya yang kembali mendapat pujian dari sang ayah, pelukan hangat dari sang bunda, serta perhatian dari keduanya. Aza juga ingin diperlakukan seperti itu. Ia ingin menjadi bagian dari kehangatan itu, tapi apakah mungkin?

Karena sejak kecil ia sudah dibenci oleh keluarganya. Jangan tanyakan apa alasannya, karena Aza sendiri tidak tahu. Yang jelas, kehadiran dirinya sungguh tidak berarti apapun untuk mereka.

"Bersabar dan yakinlah, Aza. Suatu saat nanti keluargamu pasti akan menyayangimu. Kau juga akan mendapat pujian dari ayah, pelukan dari bunda dan perhatian dari Abang. Kalian akan bersama dan menjadi keluarga yang bahagia nanti,"

Hanya itu yang bisa Aza lakukan, menguatkan dirinya sendiri dan bersikap seakan semuanya baik-baik saja. Percaya bahwa suatu saat nanti keluarganya akan menyayangi dan menerima kehadirannya. Menutupi luka dan kesedihannya dengan senyuman.

"Oh, ya ampun!" Aza menepuk jidatnya sendiri. Bodohnya ia melupakan waktu yang terus berjalan.

Dengan cepat kaki jenjangnya melangkah ke arah meja makan, ingin berpamitan kepada orangtuanya sebelum berangkat ke sekolah.

"Pagi semuanya," sapa Aza dengan senyuman manisnya.

Namun seperti biasa, ia diacuhkan. Keluarganya tidak menghiraukan kehadirannya, atau lebih tepatnya kehadirannya memang tidak pernah diharapkan.

"Apa kau shift pagi hari ini, Revan?" tanya Kania Dwiyanti Permana. Wanita berusia 44 tahun yang masih terlihat sangat cantik itu adalah ibu kandung Azalea dan Revan.

"Iya, bunda."

Argantara Revan Permana, atau yang biasa dipanggil Revan. Dokter tampan berusia 23 tahun yang saat ini bekerja di rumah sakit terbesar yang ada di kota tempat tinggalnya itu, merupakan anak sulung di keluarga Permana dan kakak Aza satu-satunya.

Diary Cinta ELVAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang