Tiga

1.4K 121 5
                                    

Typo bertebaran, harap maklum

Selamat membaca.......

Jam sekolah telah usai. Para siswa dan siswi SMA ZHIDIT mulai berhamburan keluar dari kelas, begitu juga dengan Aza dan Rhea. Keduanya sudah bersiap untuk pulang.

"Ayo, Za. Kita pulang," ajak Rhea, sudah siap dengan ransel di punggungnya.

"Rhea duluan aja," tolak Aza lembut, sambil memasukkan beberapa alat tulisnya yang masih berserakan di atas meja ke dalam tas sekolahnya.

"Loh, kenapa?" tanya Rhea bingung, karena biasanya mereka akan pulang bersama naik angkot. Ya, walaupun cuma sampai perempatan depan, karena setelahnya arah rumah mereka berbeda.

Salah satu alasan Rhea nyaman bersahabat dengan Aza adalah, karena ia tidak seperti siswa lain yang selalu menyombongkan kekayaan orangtuanya serta merendahkan orang miskin sepertinya.

Rhea pernah bertanya pada Aza karena penasaran, kenapa anak orang kaya seperti Aza tidak naik kendaraan mewah ke sekolah? bahkan tidak diantar ataupun dijemput dengan mobil mewah seperti siswa lain, dan malah naik angkutan umum? Lalu Aza mengatakan ia ingin belajar mandiri, ia tidak ingin terlalu tergantung pada kekayaan orangtuanya.

Aza jelas berbohong tentang itu, karena yang sebenarnya tidak ada seorangpun di keluarganya yang mau mengantar ataupun menjemputnya di sekolah. Jangankan kendaraan, uang bulanan yang diberikan orangtuanya saja jumlahnya tidak seberapa. Sebenarnya ia tidak belajar hidup mandiri, tetapi sudah sejak dulu ia dipaksa untuk menjadi mandiri.

Namun dengan mudahnya Rhea selalu percaya pada semua yang dikatakan oleh Aza, tanpa menaruh curiga sedikitpun. Ya, mungkin karena Aza sangat pandai menyembunyikan kenyataan pahit hidupnya.

"Aku mau ke perpustakaan dulu," jawab Aza.

"Ngapain?"

"Balikin buku yang seminggu lalu aku pinjam,"

"Mau gue temenin?"

"Nggak usah, aku bisa sendiri. Rhea pulang aja,"

"Yakin?"

"Iya,"

"Yaudah, gue duluan, ya?"

"Hati-hati di jalan, ya, Rhea."

Rhea mengangguk sebagai jawaban lalu berjalan keluar dari kelasnya untuk pulang, meninggalkan Aza yang masih membereskan barang-barangnya. Sebenarnya Rhea merasa tidak tega meninggalkan Aza, tapi ia tidak punya pilihan lain karena harus cepat-cepat pulang untuk membantu ibunya di toko.

Setelah selesai membereskan meja dan memakai tas sekolahnya, Aza lalu keluar dari kelas. Berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku pelajaran yang tidak sempat ia kembalikan pagi tadi.

"Ini Pak, buku yang saya pinjam minggu lalu. Maaf baru balikin sekarang, tadi pagi saya lupa soalnya." ucap Aza memberikan beberapa buku yang ia pinjam pada guru yang bertugas di perpustakaan.

"Iya, nggak apa-apa." ucap pak Harto, guru penjaga perpustakaan.

"Yaudah kalau gitu saya permisi pulang ya, Pak?"

Diary Cinta ELVAZAWhere stories live. Discover now