Tujuh

1.2K 119 4
                                    


Typo bertebaran, harap maklum

Selamat membaca.......

"Ayo Aza, semangat! sebentar lagi sampai rumah,"

Aza tak henti-hentinya menyemangati dirinya sendiri. Sudah dua puluh menit ia berjalan, namun belum juga sampai. Rumahnya masih beberapa ratus meter di depan.

Aza terpaksa harus berjalan pulang ke rumahnya, karena sudah tidak ada satupun angkot yang lewat. Pangkalan ojek yang ia temui juga sudah kosong. Ia juga tidak bisa memesan ojek atau taksi online karena ponselnya tertinggal di rumah.

Tinn!!

Aza menoleh ke belakang. Suara motor yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata itu membuatnya kaget dan langsung berlari menepi.

"HEI!! HATI-HATI KALAU BAWA MOTOR!!" teriak Aza.

Motor sport hitam yang hampir menabraknya itu berhenti. Sang pengendara membuka kaca helm full face-nya lalu menoleh ke belakang. Mata bulat dengan sorot tajam itu menatap Aza tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Jangan ngebut! bahaya!" peringat Aza.

"Aku tahu kamu mencintai Tuhan, tapi jangan terburu-buru bertemu dengannya!" lanjutnya.

Namun, ucapan Aza sama sekali tidak dihiraukan oleh lelaki pengendara motor itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun, lelaki itu langsung menutup kaca helm-nya dan kembali melajukan motornya pergi dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Astaga, orang itu! apa dia tidak takut mati?"

Petir yang menyambar di langit membuat Aza terkejut. Tidak sampai sepuluh detik, sang langit sudah mulai menumpahkan tangisannya.

"Hujan!"

Aza langsung berlari pergi. Tetapi karena hujan yang kian deras turun, membuatnya terpaksa berhenti dan memilih berteduh di sebuah halte kosong yang beberapa meter ada di depannya, agar tidak basah kuyup.

"Huft..! kenapa hujan harus turun sekarang? Aku kan jadi tidak bisa pulang cepat,"

Aza mendudukkan dirinya di kursi halte, seraya menyeka air yang mengalir membasahi wajah, tangan dan rambutnya. Setelahnya, ia terdiam menatap jalanan di depannya yang tampak sepi, hanya ada beberapa kendaraan beroda empat yang sesekali terlihat melintas.

Gadis itu lalu mendongak menatap langit yang gelap karena tertutupi oleh awan hitam, ditambah cahaya petir yang menyambar.

"Hei, langit! jangan bersedih terlalu lama, karena tidak semua orang menyukai tangisanmu."

Ia tersenyum, menikmati suara tangisan sang langit yang mengalun indah di telinganya. Aza memang tidak terlalu menyukai hujan, tapi sangat menyukai suara gaduh yang tercipta karena hujan.

Citt!!

Aza sedikit terkejut saat sebuah motor sport hitam yang tampak tidak asing baginya, berhenti di depan halte tempatnya berteduh. Sang pemilik motor pun turun dan berlari meneduh.

Diary Cinta ELVAZAWhere stories live. Discover now