Sembilan

1.6K 123 17
                                    

Typo bertebaran, harap maklum

Selamat membaca.......

-

-

-

-

-

-

-


Setelah melaksanakan sholat isya, Aza pun keluar dari kamarnya. Ia berniat membantu para maid memasak untuk makan malam, namun sepertinya sudah terlambat. Berbagai makanan kini telah tersaji rapi di atas meja makan.

"Non Aza, butuh sesuatu?" tanya mbok Ajum yang tegah menata makanan di meja.

Aza menggeleng. "Tadinya Aza mau bantu mbok masak, tapi kayaknya udah selesai ya?"

Mbok Ajum tersenyum lembut. "Iya Non, masakannya udah selesai semua." jawabnya.

Aza mengangguk mengerti. "Oh iya... Ayah sama Bunda mana, Mbok? dari tadi aku nggak liat mereka. Apa mereka belum pulang?"

"Kata tuan Revan, tuan besar dan nyonya besar sedang keluar kota. Mereka baru akan pulang besok, Non."

Aza mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ough... gitu ya, Mbok."

"Ekhem!" Aza dan mbok Ajum langsung menoleh saat mendengar deheman dari seseorang yang tidak lain Revan.

Aza tersenyum simpul ke arah Revan, namun sama sekali tidak dihiraukan oleh sang kakak yang langsung mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Ngapain Lo, berdiri di situ? Pergi sana! gue mau makan." usir Revan. Menatap nyalang Aza yang berdiri di hadapannya.

"Aza juga mau makan, Bang." cicit Aza.

Revan berdecih sinis. "Lo makannya nanti, setelah gue selesai. Gue nggak mau makan di satu meja sama anak sialan kayak, Lo!" ujarnya.

Mbok Ajum menatap sendu Aza yang hanya mampu tersenyum simpul mendengar ucapan Revan. Tanpa membantah, gadis itu pun perlahan mulai melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.

Aza mendudukkan dirinya di sofa panjang, namun karena merasa mengantuk ia lalu mengubah posisinya menjadi berbaring. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengarungi alam mimpi.

Dua puluh menit kemudian.......

Setelah makan malam, Revan hendak kembali ke kamarnya. Namun, saat melihat keberadaan Aza di ruang keluarga entah kenapa kakinya malah membawa ia melangkah ke sana.

Revan terdiam memandangi wajah terlelap Aza. Ingin sekali ia mengelus kepala adeknya itu dengan lembut lalu membangunkannya untuk segera makan. Namun sayang, lagi-lagi rasa bencinya mengalahkan rasa kasih sayang yang ada di hatinya, hingga ia akhirnya memilih pergi tanpa bersuara sedikitpun.

Setelah kepergian Revan, mbok Ajum langsung menghampiri Aza yang masih tertidur pulas dan membangunkannya untuk segera makan malam.

"Non Aza! bangun, Non. Ayo makan malam dulu." ucap mbok Ajum seraya mengguncang pelan tubuh anak majikannya itu.

Merasa terganggu, Aza pun segera membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah mbok Ajum yang tersenyum lembut padanya.

"Eughh.., ada apa mbok?" lenguh Aza seraya mengucek matanya, untuk memulihkan kesadarannya yang sebagian masih nyaman berada di alam mimpi.

Diary Cinta ELVAZAWhere stories live. Discover now