Sebelas

1.4K 123 9
                                    

Typo bertebaran, harap maklum!!!!!!!

Selamat membaca.......

Di tengah perjalanan, motor sport hitam yang sejak tadi dibuntuti oleh Elvano berhenti di depan sebuah toko bunga yang terletak di pinggir jalan. Sang pengendara yang tidak lain adalah Reyga, terlihat turun dari atas motornya dan melangkah memasuki toko tersebut. Sedangkan Elvano? cowok itu terus mengawasi pergerakan Reyga dari kejauhan.

"Eh, nak Reyga. Kali ini mau beli bunga apa, Nak?" tanya pemilik toko bunga tersebut, yang biasa dipanggil Bu Ika.

"Bunga lily kuning, Bu. Ada?" jawab Reyga.

"Ada, Nak. Tunggu sebentar ya, ibu ambilkan dulu." ucap Bu Ika yang diangguki pelan oleh Reyga.

Wanita itu pun beranjak pergi mengambil bunga lily kuning yang telah selesai dirangkai, kemudian memberikannya langsung kepada Reyga. "Ini bunganya, Nak."

Reyga merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar bunga lily yang telah diterimanya itu.

"Ini kelebihan lagi, Nak Reyga." bu Ika hendak mengembalikan uang lebihnya pada Reyga, namun ditolak oleh lelaki itu.

"Nggak apapa, Bu. Ambil aja." Balasnya. Tanpa mengatakan apapun lagi Reyga lantas beranjak keluar menuju motornya. Kembali ia menunggangi kuda besi itu dan melaju pergi dengan kecepatan tinggi.

Beberapa menit berkendara Reyga akhirnya sampai di tempat tujuannya. Pemakaman. Tempat dimana sang adik telah beristirahat untuk selamanya. Tempat yang selalu ia datangi tiga tahun belakangan ini.

Dengan langkah pelan, Reyga mulai memasuki area yang dipenuhi gundukan tanah itu. Mati-matian ia menahan sesak yang selalu menghantam dadanya setiap kali menapakkan kaki di sana, hingga akhirnya sampai di kuburan yang dituju.

"Hai, adeknya Abang."

* * * * * * *

Disisi lain, Elvano terdiam di depan gerbang sebuah tempat pemakaman yang terletak di pinggir kota. Mengikuti Reyga sejak tadi membawanya sampai di tempat ini.

"Jadi di sini, tempat kak Ana dimakamkan."

Elvano meneguk ludahnya susah payah. Hampir setahun ia terus dihantui oleh rasa bersalah pada gadis itu. Berulang kali ia telah mencoba untuk menepisnya, namun tetap tidak bisa. Selama ini Elvano sudah berusaha mencari tahu dimana kuburan Rayna agar dapat meminta maaf padanya namun selalu saja Reyga menghalangi. Lelaki itu benar-benar tidak mengizinkannya untuk menginjakkan kaki di makam Rayna.

"Sekali ini aja, biarin gue buat minta maaf di makam kak Ana." pinta Elvano dalam hati.

Dertt derrttt!!!

Getaran ponsel yang berada di saku jaketnya mengagetkan Elvano. Dengan sedikit kesal ia mengeluarkan benda pipih itu kemudian menjawab panggilan yang masuk.

"Apaan?" tanya Elvano to the points pada si penelepon yang tidak lain adalah Kenza.

["Dateng ke jalan pelita biru, sekarang. Urgent!" ujar Kenza dari balik sambungan telepon. Nada bicara terdengar serius.]

Diary Cinta ELVAZAWhere stories live. Discover now