Delapan

1.3K 105 4
                                    

Typo bertebaran, harap maklum

Selamat membaca.......

"Brengsek! Dokter macam apa Lo, hah?! Gara-gara Lo adek gue meninggal! Lo itu nggak pantas jadi dokter!"

"Lo, pembunuhan! Lo udah bunuh adek gue! Sialan!"

"Gue sumpahin Lo juga bakal kehilangan adek, Lo!"


"Haaahhhh...!! Haaahhh..!!"

Revan terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu, dan keringat dingin di dahinya. Mimpi itu lagi!

Lelaki 23 tahun itu mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi mimpi itu datang, dan membawa ketakutan dalam dirinya.

Ia melirik jam yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Sudah pukul 18:10 sore. Ternyata ia ketiduran selama kurang lebih satu setengah jam, karena kelahan setelah pulang dari rumah sakit.

"Sebaiknya aku mandi," gumam Revan kemudian beranjak menuju kamar mandi.

Tidak butuh waktu lama bagi Revan untuk melakukan ritual mandinya. Ia keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggang, dan langsung menuju walk in closed miliknya yang ada di dalam kamar.

Dokter tampan itu melihat pantulan dirinya di cermin, di mana ia hanya memakai baju kaos hitam polos yang dipadukan dengan celana training abu-abu dan sendal hitam yang melengkapi penampilan santainya di hari menjelang malam ini.

Setelah selesai dengan penampilannya, Revan lalu keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ternyata di sana hanya ada para maid yang sedang melakukan pekerjaannya masing-masing, seperti memasak atau membersihkan perabot.

Mbok Ajum lantas menghampiri Revan, saat melihat kehadiran tuan mudanya itu di dapur.

"Tuan muda, butuh sesuatu?" tanya mbok Ajum.

Revan menggeleng. "Apa dia sudah pulang?" tanyanya balik.

"Belum, Tuan muda," jawab mbok Ajum yang langsung paham siapa yang dimaksud Revan.

"Ck! kebiasaan!" desisnya. Tanpa berkata-kata lagi Revan pun berlalu menuju ruang keluarga.

Lelaki itu mendudukkan dirinya dengan kesal di sofa. Tidak tahu harus melakukan apa karena semua berkas pasiennya sudah selesai ia periksa sebelum pulang dari rumah sakit. Beberapa menit berpikir Revan akhirnya memutuskan untuk memainkan game online di ponselnya, agar tidak bosan.

"Assalamualaikum, aku pulang." Aza melangkahkan kakinya masuk dengan senyuman manisnya yang mengembang. Ia sama sekali tidak menyadari keberadaan Revan saat melewati ruang keluarga.

Revan meletakkan kasar ponselnya di atas meja saat melihat Aza melenggang pergi begitu saja, tanpa menyapanya seperti biasa. Ia kesal! tapi kenapa? bukankah ia membenci adiknya itu?

"Lo pulang terlambat lagi!"

Langkah Aza seketika terhenti. Gadis itu menolehkan kepalanya dan bersitatap dengan sang kakak. Senyumannya seketika luntur saat Revan berjalan menghampirinya dengan tatapan tajam dan wajah dinginnya yang mengintimidasi.

Diary Cinta ELVAZAWhere stories live. Discover now