Sepuluh

1.6K 119 13
                                    

Typo bertebaran, harap maklum

Selamat membaca.......

Pagi telah menyapa. Gelap kini berubah menjadi terang. Sang mentari kembali terbit menggantikan rembulan.

Cuaca yang cerah dan sejuk membuat orang-orang bersemangat untuk memulai hari, terlebih karna ini adalah hari minggu. Hari yang paling dinantikan oleh kebanyakan orang, karena mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan di hari biasanya.

Seperti Revan contohnya. Ia yang biasanya setiap pagi sudah sibuk memeriksa pasien di rumah sakit, pagi ini tengah menikmati waktu luangnya dengan ber'jogging di taman yang berada tidak jauh dari rumahnya. Dokter tampan itu memang sangat rajin berolahraga, jadi tidak heran jika ia memiliki bentuk tubuh bagus yang membuatnya semakin terlihat sempurna.

"Eh, pak dokter. Lagi joging juga, ya?" sapa salah satu ibu paruh baya yang kebetulan berpapasan dengan Revan.

"Iya, Bu. Mumpung lagi ada waktu," jawab Revan. Ia memang cukup ramah dan akrab pada ibu-ibu yang berpapasan dengannya karena mereka tetanggaan.

"Masih sendirian aja, Dok. Pasangannya mana? masa cakep-cakep jomblo." tanya si ibu A.

"Ibu ada anak gadis, udah cantik, seksi, pinter lagi. Mau kenalan nggak? siapa tau pak dokter naksir," ujar si ibu B.

"Eh, Bu! sembarangan aja kalo ngomong! Anak ibu kan masih SMP, masa udah mau dinikahin. Lagian nih yah, anak ibu itu nggak cocok sama pak dokter. Yang lebih cocok itu anak saya, si Emilia." ujar si ibu C.

"Jangan mau pak dokter, si Emilia mah anaknya kalau tidur suka ngorok. Mending pak dokter sama anak saya aja, gimana?" timpal si ibu D.

"Jangan pak dokter, sama anak saya aja. Lebih pantas sama pak dokter," timpal ibu lainnya.

Revan hanya tersenyum simpul mendengar ucapan ibu-ibu itu, yang setiap kali bertemu memang selalu membahas hal yang sama. "Saya duluan ya, ibu-ibu. Permisi..."

Revan segera berlalu pergi meninggalkan ibu-ibu yang masih sibuk berdebat tentang anak siapa yang paling pantas. Dokter muda itu memilih melanjutkan larinya mengelilingi taman, dari pada harus mendengarkan pembahasan tidak penting para tetangganya itu.

Lagipula, sendirian itu bukan berarti jomblo. Revan sebenarnya sudah memiliki kekasih yang sangat ia cintai. Hanya saja sudah dua tahun ini mereka LDR atau menjalin hubungan jarak jauh, karena wanitanya sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Ah, membahas itu membuat Revan jadi merindukan kekasih cantiknya. Sudah beberapa hari ini mereka tidak melakukan panggilan telepon dan video. Karena perbedaan waktu, komunikasi diantara mereka menjadi sedikit sulit.

"Cepatlah kembali sayang. Aku merindukanmu," gumam Revan seraya menatap lekat foto sang kekasih yang ada di layar ponselnya.

* * * * * * *

"Astaga aku terlambat!" pekik Aza dengan raut wajah panik. Dengan tergesa-gesa ia berlari keluar dari kamarnya, menuruni tangga menuju lantai bawah.

Saat melintasi ruang makan, Aza berpapasan dengan mbok Ajum yang baru saja selesai menata sarapan di atas meja. Wanita paruh baya itu hendak membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi Aza sudah lebih dulu menyelanya. Bukan bermaksud tidak sopan, tetapi ia benar-benar sudah terlambat dan tidak punya banyak waktu untuk sekedar berbincang singkat.

Diary Cinta ELVAZAWhere stories live. Discover now