Dua

1.7K 142 4
                                    

Typo bertebaran, harap maklum

Selamat membaca.......

Jam istirahat telah tiba. Rhea dengan semangat langsung menarik tangan Aza menuju kantin, untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Setelah mendapatkan bakso pesanannya, kedua sahabat itu lalu mendudukkan diri mereka di bangku yang kosong.

Aza dan Rhea menyantap makanan berkuah yang menggugah selera itu dengan nikmat, mengabaikan tatapan sinis serta cibiran dari siswa lain yang sudah biasa untuk mereka.

Sejak awal masuk sekolah, kedua sahabat itu memang sudah dikucilkan oleh siswa lain. Tidak ada seorangpun yang mau berteman dengan mereka, kecuali satu sama lain. Rhea dibenci dan dijahui karena ia anak beasiswa dan berasal dari keluarga miskin, sedangkan Aza dijauhi karena selalu mendapat peringkat terakhir di kelasnya.

Mereka sebenarnya muak dipandang rendah seperti itu. Tapi tidak mau berbuat apa-apa karena takut mendapat masalah yang bisa membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Toh, hanya tinggal setahun lagi dan mereka akan terbebas dari sekolah menyebalkan itu.

"Za," panggil Rhea membuat Aza segera menatapnya.

"Ada apa, Rhea?"

"Makasih ya," ucap Rhea dengan sebuah senyuman tulus.

"Makasih? buat apa?" tanya Aza bingung.

"Karena Lo, udah mau jadi sahabat gue,"

Rhea sangat bersyukur karena Aza mau berteman dengannya, dan tidak pernah memandang rendah dirinya yang berasal dari keluarga miskin. Sahabatnya itu benar-benar sangat baik dan sangat berbeda dengan anak orang kaya lainnya yang kebanyakan selalu menindas orang miskin seperti dirinya.

Aza tersenyum manis. "Iya, sama-sama. Aku juga senang bisa sahabatan sama Rhea," jujurnya membuat Rhea ikut tersenyum.

Kedua sahabat itu kembali menyantap bakso mereka, sambil sesekali melempar candaan lalu tertawa bersama. Hanya dengan Rhea, Aza bisa tertawa lepas seperti ini, seakan melupakan semua rasa sedihnya.

"Za, gue ke toilet bentar ya?" ijin Rhea.

"Mau ngapain?"

"Mau pipis lah, Za. Masa iya mau dangdutan!"

"Oh, yaudah. Tapi Rhea jangan lama-lama, ya?"

"Iya, gue cuma sebentar kok. Lo tunggu di sini aja, ya? nanti kita ke kelasnya bareng."

Rhea langsung melenggang pergi menuju toilet setelah mendapat anggukan kepala dari Aza.

"GUYS!! GUYS!! KAK IZAN DATANG!" teriakan salah satu siswi itu membuat suasana kantin menjadi heboh.

Semua mata langsung tertuju pada siswa tampan, tinggi dan tegap dengan penampilan rapih, yang baru saja memasuki kantin. Siapa lagi dia kalau bukan, Rizhan Al-Ghifari Putra.

Atau yang biasa dipanggil Izan. Siswa terpopuler yang banyak digilai para siswi. Mantan ketua OSIS dan siswa terpintar nomor 1 di SMA ZHIDIT, yang sekarang menjabat sebagai ketua kelas XII IPA 1.

"O-M-G! Kak Izan makin ganteng aja, yaampun!" bisik salah satu siswi kepada temannya.

"Gabisa! Gabisa! Gabisa gue, Izan yaampun, cakep banget! bisa pingsan gue liat ketampanan dia!" histeris siswi satunya lagi.

Diary Cinta ELVAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang