Gone

3.1K 312 24
                                    

Ketika semua memilih pergi Jungkook mencoba bertahan. Ia tau ia bodoh menyangkal perasaannya. Tapi kenapa harus semuanya di renggut dari sisinya.

Ini sudah berapa tahun? Ia sampai tidak menghitungnya. Ia juga tidak bangkrut. Justru menjadi bos angkuh nan dingin.

Bengis bahkan tak memiliki perasaan. Ia bahkan sempat di tuntut oleh keluarga Kim Jennie. Tapi ia menang dengan kekuasaanya.

Lagi pula wanita itu yang telah menipunya. Dan karnanya pula ia di jauhi bahkan di tinggal pergi oleh orang terakhir yang paling di cintainya.

"Sajangnim, ada meeting 10 menit lagi." ujar Jaehyun.

Jungkook hanya melirik sekilas lalu mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

Sudah biasa bagi Jaehyun mendapat sikap dingin seperti itu. Namun ia juga tak bisa berhenti. Karna hanya dia yang bisa mengerti bosnya ini.

Pernah sekali ia cuti dan di gantikan oleh asisten Jimin sebelumnya yang kini merangkap sebagai asistennya.

Yang terjadi adalah, Eunha sakit selama 1 minggu karna kelelahan.

Bukan lelah karena berhubungan badan. Tapi lelah karna kegiatan Jungkook tak ada habisnya sampai hampir tak bisa istirahat.

Dan gadis itu tumbang hanya dalam waktu 3 hari. Taeyong kekasihnya pun memaklumi.

Bagaimana pun Jaehyun tidak bisa pergi. Gaji yang ia dapat tak sebanding dengan gaji menjadi sekertaris di perusahaan lain.

Ia butuh uang untuk menikahinya bukan?

Dilain tempat.

"Kak, kau benar-benar tak tau dimana Tete berada?" tanya Jimin.

Pemuda park itu berada di bar milik Yoongi yang beroprasi di New York sana.

Usaha yang di rintis dari patungannya bersama Taehyung dulu. Kini sudah merajai banyak sudut kota besar bahkan Casino nya saja menjadi tempat paling banyak di kunjungi.

"Sudah kukatakan, dia sudah dewasa. Jadi jangan ikut campur Jim. Kau seharusnya memikirkan dirimu sendiri."

Keduanya tengah duduk di privat room. Semua gedung dan juga fasilitas pun Taehyung yang memilih.

Jiwa seninya memang luar biasa. Ia suka jika banyak dolar mengalir dalam dompetnya.

"Aku hanya merindukannya Hyung, dia tak pernah dekat dengan siapapun selain kita." ujar Jimin.

"Tenanglah, dimanapun dia berada. Aku yakin dia pasti baik-baik saja. Jadi jangan pikirkan hal yang tidak perlu." tutur Yoongi.

Jimin pun mengangguk.

"Lagi pula kau kesini, ingin menemuiku atau hanya bertanya keadaan Tae? Buang-buang uang saja." tanya Yoongi sinis.

Jimin hanya tersenyum. "Aku ingin liburan. Jika memang Tae itu ada di sini ya syukurlah. Tapi nyatanya dia tidak ada. Kak kau tidak membohongi ku kan?" senyumnya berubah kecut.

"Dasar kau ini. Lebih baik aku keluar." sungut Yoongi.

"Hahah, jangan marah. Temani aku minum lagi. Lagi pula Mama merindukan mu. Apa kau tak ingin mengunjungi calon mertua mu hum?" goda Jimin.

Kalau udah mode begini Jimin akan terlihat lebih dewasa. Dan Yoongi sialnya merona akan pesona pria Oktober ini.

"Mama baik-baik aja kan?"

.............................

"Hey tuan anda menjatuhkan barang mu!"  pemuda dengan surai platinum blonde itu tergesa berlari mengejar sosok pria di depannya.

"Oh!" pria paruh baya itu menoleh. Merasa terpanggil.

Ia baru saja membeli satu buket bunga untuk istrinya di rumah. Sudah dua hari ia dinas. Pasti istrinya tengah merindukannya.

"Maaf, kau jadi repot nak." tutur pria paruh baya tersebut.

Dengan nafas terputus si pemuda blonde itu tersenyum.

"Saya takut ada benda berharga di sana Tuan. Jadi saya mengejar anda sesegera mingkin. Meski pun besok pun saya bisa mengantarnya." jawabnya Jujur.

Pria paruh baya itu tersenyum. Jarang sekali ada orang yang peduli dengan hal sepele seperti ini.

Dompet itu memang berisi banyak hal yang begitu penting. Mengesampingkan tentang uang dan juga kartu-kartu di dalamnya.

Disana ada satu lembar foto kenangan terakhirnya bersama sang anak. Yang entah kini berada dimana.

"Kau benar, bahkan ada satu benda yang paling berharga melebihi uang di sana." Jawabnya Jujur.

"Senang bisa melindungi barang berharga itu. Semoga anda selamat sampai tujuan dan menemui orang terkasih."

Pria itu tersentuh."Kau bukan orang asli sini bukan?"  tanya nya.

"Bukan, saya dari Korea. Kurasa anda juga sama
"

Pria itu tersenyum lagi."Iya, tapi aku tinggal di sini semenjak putraku hilang. Istriku sangat terpukul dan tidak mau mengingat apapun lagi tentang kenangan bersama putranya."

Yang lebih muda langsung memasang ekspresi sedihnya.

"Jika tuan di pisahkan dengan putra kalian. Saya disini hidup karna kehilangan orang tua saya bahkan sebelum saya bisa mengingat wajah mereka. Semua orang pasti pernah merasa kehilangan. Tapi tuan semua orang berhak bahagia bukan?"

Yang lebih tua tersenyum lembut penuh arti. "Ya, kau benar. Aku sangat bahagia bisa bertemu dengan mu hari ini. Aku pamit ya."

"Hati-hati Tuan."

Pria itu pun berlalu. Meninggalkannya dalam jalanan yang tak pernah mati oleh keramaian hiruk pikuk dunia.

Ia kembali masuk kedalam tokonya. Toko bunga sederhana miliknya lalu tersenyum menyapa wangi khas dari berbagai jenisnya.

Kim Taehyung, dia hidup sendiri terlepas dari rasa sesak dalam hatinya.

Ia berlari dari kenyataan. Ia berlari dari rasa cintanya. Dan kini ia berhasil.

Namun setelah ini apakah ia bisa? Jika takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah hatinya kuat seperti saat ia tak ada di sini.

"Aku tak perduli! Lupakan dia Taehyung. Jangan ingat rasa sakit mu lagi. Kau bisa."




..................
Fin off chapter...

Aku pikir ini bakal cepet selesai hehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku pikir ini bakal cepet selesai hehe....
Nyatanya otak ku melayang jauh lebih dari ekspetasi.

Maybe bakal lebih dari 20 chapter huhu....

Siang semuaaa!
Happy SatDays!!
Ada yang mau double?
Votenya ayook!!!! 80 vote aku bakal double!
See Yaaa!!!

My Dad is Boyfie. ||K.V||Where stories live. Discover now