3K 302 23
                                    

Akhirnya, mau tak mau Taehyung ikut ke tempat meeting Jungkook berada.

"Iya, aku ganti baju dulu. Jae! Bisa kau tutup gerainya?" tanya Taehyung.

Jungkook sedari tadi masih asik memeluk tubuh putranya. Menghirup segar wangi khasnya. Dan sesekali menyembunyikan wajahnya di ceruk si manis seolah tak ingin beranjak sedikitpun.

"Dad, please! Lepasin dulu." masih berusaha menahan tubuh besar Daddynya ini.

Namun Jungkook mengabaikannya, meeting akan di adakan 1 jam lagi dan kondisi jalan cukup ramai. Ia tak bisa seperti ini.

"Biarkan seperti ini dulu baby." tutur Jungkook.

Tidak, Taehyung bukannya risih. Mau sebenci apapun dirinya pada Jungkook. Saat di hadapkan dengan orangnya secara langsung. Taehyung lemah.

Baby? Apa Taehyung tak salah dengar tadi? Biasanya Jungkook memanggilnya dengan panggilan Boy, untuknya.

"Sebentar lagi akan macet jika Daddy tidak segera membiarkanku berganti pakaian."

Ohh ayolah, Jungkook bukan remaja lagi. Pria itu sudah menginjak kepala 4 dan kenapa tingkahnya cenderung seperti remaja labil.

"Janji tidak akan pergi lagi?" Jungkook mengangkat kepalanya. Menangkupkan tangannya pada pipi Taehyung hingga bibir itu terlihat mengerucut.

Gemas sekali.

"Iiwyhaaa, twaphii lwepassh dwulu."

Pandangan Jungkook beralih ke bibir plum tebal dengan rona pink disana. Namun ia segera menggeleng waktu pikirannya mulai kacau.

Melepaskan kungkungannya lalu Taehyung dengan sigap masuk ke dalam ruangannya.

Taehyung mengenakan setelan jasnya. Lalu keluar dengan balutan rapi namun terlihat lebih santai.

Jungkook segera menariknya untuk masuk kedalam mobil. Tidak ada waktu untuk memuji meski kenyataannya Taehyung terlihat cantik di matanya.

...........................

"Thanks for your cooperation."

Jungkook mengamit tangan dari kliennya. Dan akhirnya Kerja sama pun terlaksana. Taehyung hanya diam mengamati dari bangku lain.

Ia terus melihat bagaimana Daddynya bekerja dengan baik. Meski sesekali melirik kearahnya. Takut kalau Taehyung lari lalu pergi lagi.

Meeting di akhiri dengan pelukan persahabatan dan juga jabat tangan.

Jaehyun mengantar klien keluar. Namun sebelumnya Jungkook membisikinya sesuatu.

Taehyung tersenyum, meski bayang-bayang sakit hati yang ia rasakan masih meremas dadanya. Namun apa daya. Dirinya malah kembali bertemu begini.

"Aku merindukanmu." ucap Jungkook sambil memeluk leher Taehyung dari belakang.

Taehyung?

Dia hanya diam, tak bisa membalas perasaan itu. Meski derit rontaan di sudut lain hatinya tengah menjerit untuk mengatakan hal yang sama. Namun lagi-lagi otaknya memenangkan logikanya.

"Mari pulang, aku sudah menemani mu meeting hari ini. Aku ada pesanan bouquet hari ini dan harus selesai. Maaf tidak bisa menemani mu Dad." ucap Taehyung.

Ia melepas tautan pada lehernya. Pelan namun penuh tenaga. Seolah memang ia tak menginginkan pelukan itu dan Jungkook merasakannya.

Keduanya bangkit lalu saling pandang. Menatap pada obsidian masing-masing. Taehyung mengakhirinya dengan cepat.

"Tae." panggil Jungkook.

"Maaf Dad, aku harus pergi."

Taehyung berjalan pergi tanpa menoleh. Meninggalkan Jungkook dengan perasaan campur aduk.

"Maafkan aku Dad." lirihnya begitu keluar.

Jungkook masih mematung di tempat dimana Taehyung duduk menunggunya. Ia masih berharap Taehyung menoleh dan kembali pada pelukannya. Tapi harapan hanyalah harapan.

Sesakit itukah ia melukai hatinya? Jaehyun masuk tak lama setelah kepergian Taehyung.

Ia membawa pesanan yang di minta oleh tuannya tadi.

Eskrim stroberi kesukaan Taehyung sedari kecil. Sogokan kecil seperti dulu saat Taehyung merajuk.

Namun Taehyung bukan anak kecil lagi, ia bukan Taehyung yang sama lagi. Jungkook kehilangan Taehyungnya. Kesayangannya.

...........................

"Udah!" sentak Yoongi.

"Apasih kak?" Taehyung tengah duduk santai di ruangan biasa tempat dimana ia di Club Yoongi.

"Mau ku panggilkan Jimin biar nyeret lu pulang ha?" ancam Yoongi.

"Lapor aja, lagi pula aku ada niatan pergi kok. Dan kali ini aku pergi tanpa kalian." Taehyung kembali menyesap batang bernikotin itu entah yang keberapa.

Yoongi menatap tak percaya, ada apa dengan Taehyung saat ini. Seberat apapun masalahnya. Taehyung tak pernah menggila sampai seperti ini.

Kejadian apa yang membuat pria bersurai pirang ini berubah.

Lima botol wine dan beberapa bungkus rokok dalam waktu 3 jam ia duduk.

Seorang bartender masuk kedalam ingin menyediakan stok. Namun Yoongi mengehentikannya.

"Berhenti membawa itu kemari!" sentakknya.

Pemuda itu merinding melihat bosnya tengah menahan marah. Ia memilih mundur dan pergi dari ruang tersebut.

"Tae udah!" Yoongi merebut botol ke enam yang akan di tenggak oleh Taehyung.

"Ck! Kemarikan!" protesnya.

Namun beberapa saat kemudian Taehyung tak sadarkan diri.

"Tae! Astaga!"

...........................

Yoongi mengusak wajahnya kasar. Taehyung depresi berat. Dokter mengatakan jika Taehyung mengalami stress hingga membuat imunnya menurun.

Pria Desember itu nampak terkulai lemas dengan selang infus melekat di punggung tangannya.

Ditambah badannya terserang demam tinggi efek kelebihan alkohol dan juga rokok yang sering di pakainya.

Sedangkan Jungkook, pria itu nampak berdiri di depan gerai bunga dengan papan pemberitahuan Closed di depan pintunya.

Ia sudah menduganya, Taehyung tak lagi mengingikan kehadirannya lagi.

"Tuan, saya rasa tuan muda masih butuh waktu." ujar Jaehyun.

Jungkook mendengarnya, namun tidak berupaya memahami maksud yang di sampaikan sekertarisnya tersebut.

"Harus apa aku untuk menebus segalanya Tae?"




..................
Fin off chapter...

Double up okey!But besok ngga update karna sibuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Double up okey!
But besok ngga update karna sibuk.

See yaaa!

My Dad is Boyfie. ||K.V||Where stories live. Discover now