Part 5

92 52 246
                                    

🌼 HAPPY READING 🌼

“Lo ngapain ajak gue ke perpus sih, Sa?”

Salsa melirik Mimi yang berjalan di sampingnya sambil menggandeng tangannya. “Siapa juga yang ngajak lo?” tanya Salsa sinis, sambil melepaskan gandengan tangan Mimi dengan sedikit kasar. Lagipula, untuk apa gadis itu menggandeng tangannya, seakan-akan Salsa adalah pacarnya. Kalau ada yang berpikir tidak-tidak tentang mereka bagaimana? Salsa memang berniat ke perpustakaan saat jam istirahat. Dia ingin mencari beberapa buku untuk membantunya mengerjakan tugas.

“Emang lo nggak lapar? Ke kantin dulu, yuk.”

Salsa menggeleng, “Lo nggak lihat tadi gue buat bekal?” tanya Salsa melirik Mimi yang ingin menggandeng kembali tangannya, namun dia tepis.

Sebelum berangkat ke sekolah, Salsa membuat bekal. Dia tidak mau makan di kantin lagi, takut bertemu dengan sang mantan.

“Lo takut ketemu Juan?” bisik Mimi.

Salsa mendorong Mimi menjauh darinya, “Lo ngapain bisikin nama dia di telinga gue? Bisa-bisa telinga gue mendadak tuli.” Salsa mengosok-gosok telinganya.

Mimi tersenyum jahil, “Cieee … takut ketemu mantan,” godanya.

“Ih, apaan, sih. Sana, 1 meter dari gue.” Salsa menaiki tangga dengan wajah kesal.

Mimi terus mengikuti Salsa dari belakang seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

“Gue tau kenapa lo takut ketemu Juan,” ucap Mimi.

Salsa yang sedang melihat-lihat buku meliriknya, “Apa emang?”

“Pasti karena dia makin ganteng, ‘kan?”

“Idih, yang ada makin jelek!”

“Ngaku lo … pasti si Juan makin ganteng.”

“Nggak. Dia makin jelek.”

“Masa cowok manis berlesung pipi kayak Juan mendadak jelek? Dia kan, dulu most wanted waktu SMP, Sa. Lo jatuh cinta sama dia karena senyumnya manis, ‘kan? Dia juga lucu, apalagi manja banget sama lo. Lo bahkan pernah namain kontaknya anak anjing, tapi pake Bahasa Inggris. Aduh … gue lupa Bahasa Inggrisnya anak anjing apa, ya?” Mimi memegang dagunya, mencoba mengingat.

Beberapa saat kemudian gadis itu menggeleng, “Hadeh … gue lupa. Trus Juan salah paham, dia mikir lo nganggap dia anjing. Ngambek tuh, sama lo dan blokir nomor lo. Kalau nggak salah, waktu itu lo nangis kan, datang ke kediaman gue? Lo sampai minta bantuan gue unt—”

Salsa menutup mulut Mimi dengan kuat. Telinganya sangat sakit mendengar Mimi yang terus mengoceh. “Sakit telinga gue, kampret!”

Mimi melepaskan tangan Salsa, “Gue ngomong sesuai kenyataannya. Lo dulu bucin banget sama Juan. Dan sampai sekarang, lo masih suka sama dia. Jujur lo … .”

“Iya! Emang kenapa? Gue masih suka sama dia, kadang tiap malam gue baca chat gue sama dia. Berharap gue sama dia bisa kayak dulu lagi.” Salsa menunduk lesu. Semua yang dia ucapkan memang benar. Dia masih mencintai Juan dan belum merelarakan cowok itu bersama dengan perempuan lain.

Mimi terkejut melihat siapa yang ada di belakang sahabatnya, “Lo jujur di tempat yang salah, bestie,” ucapnya sambil menunjuk seseorang di belakang Salsa.

Salsa menatap raut wajah sahabatnya yang sangat terkejut. Dengan perasaan takut dan khawatir Salsa menoleh ke belakang. “Juan, ya?” ucapnya saat membalikkan badan. Dia sampai tersentak mengetahui siapa sosok perempuan yang sejak tadi berdiri di belakangnya.

“E-eh, Kak Febby. Ha-hai … kak.” Salsa tersenyum kikuk pada seniornya saat SMP, “Kak Febby sekolah di sini juga, ya? Aku baru pindah kemarin di sini kak, hehehe … .”

Febby hanya diam, sambil menatap Salsa dan Mimi dengan tajam.

“Sayang, aku udah nemu buku Sosiologinya. Kita ngerjain tugas aku di sana, aja ya,” ucap seorang cowok yang datang menghampiri Febby.

“Eh, Juan!” ucap Mimi spontan.

Juan langsung menoleh, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Salsa. “Bila?”

Salsa menatap wajah Juan beberapa menit, lalu berlari meninggalkan tempat itu.

“Bila, tunggu!” Juan berlari mengejar Salsa.

“Lah, kok mereka malah main kejar-kejaran, sih.” Mimi menoleh pada Febby. Terlihat sekali dari wajah seniornya, jika gadis itu sedang menahan emosinya sekarang.

Salsa terus berlari dengan perasaan yang campur aduk. Tanpa sadar, air mata gadis itu berjatuhan membasahi pipinya. Saat hendak bersembunyi di salah satu rak buku, dia bertabrakan dengan seorang cowok.

“Lo hobi banget nabrak orang,” ucap cowok itu.

Salsa menatap cowok jangkung itu dengan wajah yang dipenuhi air mata. “Pliss … bantu gue nyari tempat sembunyi,” ucap Salsa sambil sesekali menoleh ke belakang, takut Juan dapat menyusulnya.

Rizky merasa kasihan pada gadis di depannya ini. Entah apa yang terjadi pada gadis ini hingga dia berlari sambil menangis. Cowok itu melepaskan hoodie-nya, dan memakaikannya pada Salsa. Setelah itu, dia memegang tangan Salsa dan menuntunnya ke salah satu rak buku.

***

To be continued

Hei, boy!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora