Part 9

38 30 103
                                    

🌼 HAPPY READING 🌼

Setelah selesai mandi, Salsa berjalan ke ruang tamu karena mendengar suara beberapa orang di sana yang sedang bercanda gurau.

“Eh, Salsa. Lo abis mandi?” tanya Joji yang melihat Salsa datang.

Salsa tersenyum kikuk, pandangannya sempat bertemu dengan Rizky namun dia alihkan.

“Nek, sahabat saya yang ini pacarnya Salsa, loh.” Joji menunjuk Rizky yang sedang santai menikmati tehnya.

Mimi melotot menatap Salsa, “Kapan lo jadian sama dia? Lo bilang belum mov—” ucapan Mimi berhenti karena Salsa meliriknya dengan tajam.

“Jadi nak Rizky sekalian ngapel ke sini. Pantas aja Salsa udah mandi aja,” ucap Nenek Ari menggoda Salsa dan Rizky.

“Ih, nenek ngomong apa, sih? Aku sama Rizky cuman teman kok,” bantah Salsa.

“Masa? Kemarin di perpus dia ngomong kalau lo pacar dia,” ucap Dion yang diangguki Joji.

“Itu karena gue lagi—”

“Udah, nggak usah bohong. Emang gitu kok faktanya, ya nggak Rizky?” Joji menyenggol lengan Rizky yang sedari tadi terdiam.

Rizky yang tersadar dari lamunannya menggeleng, “Nggak. Salsa benar, kita cuman teman kok.”

Dion mengangguk, “Oh … lagi PDKT.”

“Apa lo bilang?” Salsa menatap Dion dengan kesal.

“Nenek setuju kok, kamu sama Nak Rizky. Dia baik dan sopan,” ujar Nenek Ari.

“Tuh, lo udah dapat lampu hijau,” ucap Joji pada Rizky.

“Nenek ngomong apa, sih.” Wajah Salsa langsung cemberut.

Mimi memperhatikan Rizky dari atas sampai bawah, “Kalau gue lihat-lihat, Rizky lebih ganteng dari Juan. Lo sama dia aja, dia juga baik udah nolongin lo pas di perpus kemarin,” bisiknya pada Salsa.

Salsa langsung mencubit belakang Mimi, “Berisik lo.”

Dion melirik jam tangannya. “Em, Nek Ari kita pamit dulu, ya. Mau ke tempat main,” ucapnya sambil tersenyum.

“Oh, iya nak Dion. Makasih buat supnya, ya. Nenek titip salam sama Bunda kamu.”

“Iya, nek.” Dion menghampiri Nenek Ari dan mencium punggung tangan wanita tua itu. Joji dan Rizky mengantri di belakang Dion untuk melakukan hal yang sama.

“Kita pergi dulu, Sa,” pamit Dion. Salsa hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Dah, Salsa.” Joji melambaikan tangan pada Salsa.

Rizky hanya tersenyum simpul saat melewati Salsa. Entahlah, perasaannya tidak karuan sekarang.

Mimi melongo melihat ketiga cowok yang berjalan keluar, “Kok kalian nggak ada yang pamit sama gue, sih?” kesal Mimi. Padahal dia berdiri di samping Salsa, namun seakan tembus pandang, ketiga cowok itu acuh ketika melewati Mimi.

Salsa terkekeh melihat wajah Mimi yang cemberut.

***

“Temanin gue beli pencuci muka, dong.” Mimi menghampiri Salsa yang sedang duduk di depan TV menonton acara kesukaannya.

“Nggak, ah. Malas, dingin di luar,” jawab Salsa masih fokus menonton.

“Tega banget lo jadi bestie. Kalau muka gue kusam gimana? Nanti nggak ada yang tertarik sama gue. Kalau nggak ada yang tertarik sama gue, gue nggak bisa nikah. Kalau gue nggak nikah, jadi perawan tua, dong,” tutur Mimi dengan dramatis.

“Nggak peduli dan nggak mau peduli.”

“Salsaaaa … nanti gue traktir burger sam—” belum selesai Mimi menyelesaikan ucapannya, Salsa berlari ke kamarnya.

Wait, gue ambil kunci motor!” teriak Salsa menaiki tangga dengan cepat.

“Hmm … mau heran, tapi ini Salsa.” Mimi menggelengkan kepala. Sahabatnya itu paling cepat disogok dengan makanan.

Selang beberapa menit, Salsa turun dengan memakai hoodie yang tidak asing bagi Mimi. Dia yang tadinya duduk di sofa, menghampiri Salsa yang akan menghampirinya juga. Mimi tersenyum penuh maksud, menatap Salsa dari bawah sampai atas.

Salsa yang mengerti maksud Mimi memperhatikannya mendengus, “Di luar baru aja selesai hujan, dingin. Semua jaket gue basah,” ujarnya.

“Lo kan, bisa minjam jaket gue,” ucap Mimi.

Salsa terdiam. Benar kata Mimi, kenapa dia tidak memikirkan hal itu tadi. “Lo benar, gue ganti dulu, deh.” Hendak kembali ke kamarnya, Mimi menghentikan sahabatnya itu.

“Nggak usah, keburu tutup minimarketnya.”

“Yaudah! Berhenti liatin gue kayak gitu,” ketus Salsa pada Mimi. Sahabatnya itu terus saja tersenyum menatapnya. Salsa melangkahkan kakinya keluar rumah, dengan Mimi yang mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di minimarket, Mimi turun dari motor dan masuk ke dalam minimarket. Sementara Salsa menunggunya di motor. Sengaja, agar mereka tidak bayar parkir.

“Gue harus ke minimarket dulu buat beliin Kirana coklat,” ucap Dion kepada kedua sahabatnya saat keluar warnet.

“Sana beliin. Bentar lagi mau hujan deras.” Joji yang akan memakai helmnya menatap awan kumulonimbus yang mulai berkumpul dan akan menuju ke arah mereka.

Dion mengangguk, matanya memicing ketika melihat seorang gadis di seberang jalan yang duduk di motor sambil memainkan ponsel. Cowok itu menyenggol lengan Rizky, “Riz, gebetan lo, tuh,” ucapnya.

Rizky yang sudah menyalakan mesin motornya menoleh, “Dia ngapain di sana?”

“Kayaknya nemenin temannya.” Joji menjawab pertanyaan Rizky sambil menatap Mimi yang baru saja keluar minimarket.

“Gue duluan, ya.” Rizky melajukan motornya saat Salsa juga melajukan motornya di seberang sana.

“Lo nyusul dia aja. Ntar gue nyusul kalian,” ucap Dion.

Joji pun mengangguk dan menyusul Rizky.

***

To be continued

Hei, boy!Where stories live. Discover now