Part 15

8 3 0
                                    

🌼 HAPPY READING 🌼

Febby menatap bunga mawar merah di mejanya, gadis itu mendongak melihat wajah cowok yang meletakkan bunga mawar itu.

“Maaf sayang,” ucap Juan memawasang wajah bersalah.

Febby acuh dan kembali memasukkan buku-bukunya.
“Febby sayang … aku benar-benar minta maaf. Plis, maafin aku sayang.” Juan jongkok memegang tangan Febby, menatap wajah gadis cantik itu. “Aku janji bakal lupain dia,” ucap Juan lembut.

Febby terdiam menatap wajah pacarnya. “Benaran?” tanyanya dan dibalas anggukan oleh Juan. Febby tersenyum dan mengambil bunga mawar itu. “Iya, aku maafin kamu,” ucapnya.

Sorakan teman-teman sekelas Febby begitu heboh. Ada yang bahagia akhirnya couple favorit mereka kembali bersatu dan ada yang iri melihat betapa beruntungnya Febby mendapatkan cowok seperti Juan. Kedua pasangan itu memang terlihat sangat serasi walaupun, Juan lebih muda setahun dari Febby.

“Bunganya cantik, ya,” ucap Febby menatap bunga mawar pemberian Juan.

“Cantikan kamu sayang,” gombal Juan membuat Febby tersipu malu.

Teman-teman sekelas Febby makin heboh. Terdengar teriakan beberapa gadis di bangku belakang dan ada beberapa yang berdecak kesal karena mereka juga ingin seperti Febby yang mendapatkan cowok perhatian, romantis, lucu, dan yang paling penting wajah yang sangat rupawan.

“Pulang bareng, yuk.” Juan memegang tangan Febby. Gadis cantik itu mengangguk lalu memakai tasnya. Mereka berjalan bersama keluar kelas.

“Waah … Kak Febby udah baikan sama Juan,” ujar Dewi menunjuk Febby dan Juan yang berjalan menuju parkiran sambil bergandengan. “Romantis banget … gue juga pengen,” sambungnya.

Mimi rasanya ingin muntah mendengar ucapan Dewi. Dia menatap sang bestie yang terlihat cemburu. “Lupain dia kampret. Lo nggak lihat, kemarin dia bilang cinta sama lo sekarang dia gandengan tangan sama Kak Febby. Sadar woi, cowok egois muka aspal jalan kayak dia nggak cocok sama lo,” bisik Mimi.

Salsa mengangguk, merutuk dirinya kenapa dia harus cemburu melihat keromantisan Febby dan Juan. Lagipula itu hal yang wajar dilakukan sepasang kekasih. Dia benar-benar harus melupakan cowok egois itu. Salsa melangkah dengan percaya diri melewati Juan dan Febby yang sedang bercanda gurau.

Juan sempat menatap Salsa, lalu kembali menatap Febby. Ada perasaan sedih ketika mengingat kejadian kemarin malam.

“Salsa!” seorang cowok jangkung berlari menyusul Salsa. Dia melaraskan langkahnya dengan gadis mungil itu.

“Lo sibuk nggak besok?” tanya Rizky sedikit menunduk melihat Salsa.

Salsa menggeleng, “Enggak kok. Emang kenapa?” tanyanya.

“Gue butuh bantuan lo besok,” jawab Rizky.

“Emang mau ngapain?” Salsa kembali bertanya.

“Ntar lo juga tau. Ngomong-ngomong gue belum punya nomor lo, minta dong.” Rizky menyodorkan ponselnya, Salsa mengambilnya dan menekan tombol keyboard untuk memasukkan nomor teleponnya.

“Ini.” Salsa memberikan ponsel Rizky.

“Makasih Salsa cantik,” ucap Rizky yang langsung membuat Salsa tertawa. “Langkah lo kecil banget, susah banget orang tinggi kayak gue buat samain,” ujar cowok itu seperti mengejek Salsa.

“Lo ejek gue?”

“Dikit, sih,” jawab Rizky terkekeh.

“Dasar lo manusia jerapah!” Salsa memukul lengan Rizky. Cowok itu berlari untuk menghindari pukulan Salsa lagi, Salsa yang masih tidak terima dikatakan pendek mengejar Rizky. Terjadilah aksi kejar-kejaran oleh kedua remaja itu yang di tonton hampir setengah pelajar di SMA Arrofannya.

“Rizky lagi sama siapa, tuh?”

“Itu murid baru ya?”

“Kayaknya, deh. Dia pasti nggak tau kalau cowok yang lagi sama-sama dia itu berandalan sekolah ini.”

“Gue lihat pas jam istirahat mereka abis dari rooftop.”

“Apa mereka pacaran?”

Juan mengepalkan tangannya mendengar beberapa siswi membicarakan Salsa, apalagi mengatakan kalau Salsa berpacaran dengan Rizky. Rasanya dia tidak terima, jika gadis manisnya harus menjalin hubungan dengan cowok berandalan seperti Rizky.

“Kalau emang pacaran, kelihatan cocok kok.”

“Yang satu pendek, yang satu tinggi.”

“Mereka kelihatan lucu, ya.”

Telinga Juan semakin panas mendengar ucapan beberapa siswi itu. Sentuhan lembut di pundaknya membuatnya menoleh.

“Kamu liatin Salsa?” tanya Febby dengan sorot mata sedih.

Juan menggeleng pelan, “Nggak kok sayang. Ayok, naik,” ucap Juan memakai helmnya. Febby pun naik dan memeluk pacarnya. Juan melajukan motornya keluar sekolah.

“Mereka udah kayak orang pacaran aja,” ucap Joji menatap Rizky dan Salsa yang sedang kejar-kejaran.

“Rasanya gue juga pengen kayak gitu,” jujur Dion. Entah kenapa dia merasa sedih melihat kedekatan sahabatnya dan Salsa. Tiba-tiba seorang gadis memukul pundak Dion dengan keras.

“Ayok Dion, kejar gue!!” Mimi berlari setelah memukul pundak Dion.

“Nggak waras tuh, cewek,” ucap Dion mengelus pundaknya yang sakit.

Joji tertawa, “Buruan kejar Mimi. Udah jauh larinya,” ujarnya.

“Ogah!” tolak Dion kesal.

“Eh, ngomong-ngomong ada yang lagi liatin lo, tuh.” Joji menunjuk seorang gadis yang tengah menatap Dion.

Dion mengikuti arah telunjuk Joji, salah satu alisnya terangkat melihat gadis itu.

“Gue lihat, Tara belum move on dari lo. Lo juga sama ‘kan? Balikan aja sana,” ucap Joji.

“Ngomong apa sih, lo?” Dion yang kesal melangkah meninggalkan Joji.

“Sejak kapan Mimi kenal Dion?” tanya Desi.

“Nggak tau,” jawab Dewi. Kedua gadis itu menoleh pada Tara yang diam memandang punggung Dion.

***

To be continued

Hei, boy!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora