Part 6

75 43 188
                                    

🌼 HAPPY READING 🌼

“Diam di sini. Kita pura-pura lagi nyari buku. Tenang, gue bakal halangin lo biar nggak kelihatan,” ucap Rizky lembut.

Salsa hanya mengangguk.
Tak lama kemudian, Dion dan Joji menghampiri Rizky.

“Hampir seluruh bagian perpustakaan kita jelajahin buat nyari lo, ternyata lo ada di sini,” ucap Joji saat menghampiri Rizky.

“Padahal tadi Joji niat nyari lo di toilet cewek. Katanya sekalian nyuci mata,” ucap Dion sambil cengesan.

“Dion lo benar-benar ya … .” Joji mengeraskan rahangnya menunjuk Dion dengan telunjuknya. Wajah cowok itu terlihat marah, “Emang benar apa yang lo bilang.” Joji tertawa kecil.

“Berisik lo pada,” ucap Rizky datar.

Joji dan Dion langsung terdiam. Salah satu alis Joji terangkat, menatap seorang cewek yang berada di samping Rizky. Seperti sedang bersembunyi di tubuh tinggi sahabatnya.

“Itu cewek siapa?” Joji menunjuk Salsa.

Dion yang hendak melihat Salsa langsung di halangi oleh Rizky.

“Jangan lihat. Dia punya gue,” ucap Rizky.

“Punya lo? Maksud lo dia—”

“Kalian ngapain di sini?”

Ucapan Joji berhenti, saat Juan datang dan menghampiri mereka. Salsa yang mendengar suara Juan langsung bersembunyi di belakang Rizky.

“Emang ada peraturan yang ngelarang kita buat ke sini?” tanya Rizky datar.

Juan tertawa, “Siswa berandalan kayak kalian nggak layak di sini. Penuhin tempat aja, tau,” ucapnya memandang remeh ketiga cowok di depannya.

“Maksud lo apa?” Joji yang sudah tersulut emosi langsung berdiri di depan Juan, memberikan tatapan sengit pada wakil ketua OSIS itu.

“Emang kalian ngapain di sini? Paling cuman numpang tidur aja sama bolos.”

“Sombong banget lo. Mentang-mentang baru diangkat jadi WAKETOS,” ucap Joji sinis.

“Kenapa? Gue punya jabatan tinggi di sekolah ini.” Juan tersenyum simpul menatap wajah Joji yang semakin emosi.

“Bukanya lo ditunjuk sama ketua OSIS buat jadi wakilnya karena dia pacar lo? Nggak usah belagu deh,” ujar Dion di belakang Joji. Cowok itu menarik tubuh sahabatnya, khawatir jika Joji melayangkan tinjunya pada Juan dan akan berakhir di ruang BK lagi. Mungkin jika itu terjadi, sahabatnya akan di skorsing.

“Jangan asal ngomong ya, lo.” Juan menunjuk Dion dengan tatapan tajam, seolah memperingati cowok itu.

Dion hanya membalasnya dengan senyuman.

“Kalau lo udah selesai, silahkan pergi,” ucap Rizky pada Juan.

Juan terkekeh, “Gue emang mau pergi sekarang.” Hendak melangkah meninggalkan Rizky dan teman-temannya, Juan berhenti. Tatapannya beralih pada gadis yang ada di belakang Rizky.

“Dia siapa?” Juan mendekat ke arah Rizky. Menyadari hal itu, Salsa memegang lengan Rizky dengan kuat.

“Jauh-jauh lo, dia pacar gue.” Rizky mendorong Juan menjauh darinya.

Dion dan Joji melongo mendengar ucapan Rizky. Sejak kapan sahabatnya punya pacar?

“Ck, mau juga dia pacaran sama cowok berandalan kayak lo.”
Setelah mengatakan itu, Juan langsung meninggalkan mereka.

Dion dan Joji menatap sinis punggung Juan yang meninggalkan mereka. Setelah itu, kedua cowok itu menghampiri Rizky dengan berbagai pertanyaan yang akan mereka lontarkan.

“Sejak kapan lo punya pacar?” tanya Joji sangat penasaran.

“Coba, gue pengen lihat wujud pacar lo.” Dion menarik lengan Salsa.

“Lo ngapain?” Rizky melepaskan tangan Dion dari lengan Salsa.

“Bukannya dia yang nabrak lo pas di kantin?” Joji menyadari jika itu Salsa.

“Lo tetangga gue, ‘kan? Cucunya Nenek Ari,” ucap Dion menatap Salsa.

“Lah, kok matanya sembab. Lo abis nangis?” tanya Joji pada Salsa.

“Kalian bisa diam, nggak!” Rizky menatap para sahabatnya dengan tajam, lalu beralih menatap Salsa yang masih terdiam di sampingnya. “Kok lo bisa di kejar sama Juan. Lo punya masalah apa sama dia?” tanya Rizky pada Salsa.

Salsa menatap Rizky, “Gue lagi main petak umpet kok sama dia,” jawabnya asal. “Sebelumnya makasih ya, udah bantuin gue buat sembunyi. Dan, maaf juga udah nabrak lo kemarin.”

Salsa hendak melepaskan hoodie Rizky, namun cowok itu menghentikannya. “Udah, pake aja dulu,” ucap Rizky.

“Ya ampun Salsaaaa … .” Mimi menghampiri Salsa dengan wajah khawatir dan panik. “Lo nggak apa-apa? Astaga … lo nangis?”

“Nggak. Gue ketawa,” jawab Salsa jutek.

“Ketawa jenis apa lo sampai nangis. Bilang aja lo terharu karena udah berabad-abad nggak ketemu Ju—”

Salsa menutup mulut Mimi. “Bisa diam nggak? Gue lagi banyak pikiran.”

Mimi mengangguk, lalu menurunkan tangan Salsa dari mulutnya. Pandangan gadis itu beralih pada Rizky dan teman-temannya. “Waw … cogan,” gumam Mimi. Sambil menyelipkan rambutnya dan tersenyum manis, Mimi menghampiri Rizky dan teman-temannya.

“Halo … kenalin gue Mimi sahabatnya Salsa. Gue baru pindah di sekolah ini, sejujurnya gue nggak tau banyak soal sekolah ini. Mungkin salah satu dari kalian bisa ajak gue buat keliling-keliling,” ucap Mimi penuh semangat sambil menatap wajah tampan cowok-cowok di depannya. “Eh, lo yang tadi pagi pake baju tidur motif Angry Bird, ‘kan?” Mimi menunjuk Dion.

“Baju tidur motif Angry Bird?” Joji dan Rizky menatap Dion.

“Ngawur lo, emang kita saling kenal?” tanya Dion gelagapan.

“Lo tetangganya Salsa, kakaknya Kirana,” jawab Mimi sambil tersenyum.

“Dia bahkan kenal adik lo. Kalian saling kenal?” tanya Joji.

“Nggak.” Dion berjalan meninggalkan teman-temannya. Joji ikut menyusul Dion.

“Gue pergi dulu,” ucap Rizky lalu menyusul kedua sahabatnya.

Mimi menghampiri Salsa, “Lo kenal cowok yang barusan?” bisik Mimi.

Salsa hanya menggeleng sebagai jawaban.

Mimi menatap hoodie yang dipakai sahabatnya, lalu mencium wangi pakaian itu. “Anjay … hoodie-nya aja wanginya ganteng, apalagi yang punya,” ujarnya sambil terkekeh.

“Berisik.” Salsa memukul Mimi dan berjalan meninggalkan gadis itu.

“Ish, gue ditinggalin mulu.” Mimi menyentakkan kakinya karena kesal, lalu mengejar Salsa.

***

To be continued

Hei, boy!Where stories live. Discover now