Part 14

7 2 0
                                    

🌼 HAPPY READING 🌼

Salsa merapikan rambutnya sebelum membuka pintu di depannya. Gadis itu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Rizky. Namun sosok cowok jangkung itu tak dilihatnya.

Apa mungkin dia udah pergi?

"Jadi, lo benaran ke sini?" cowok jangkung itu menghampiri Salsa sambil memasukkan ponsel ke saku celananya.

"Lo tau dari mana?" Salsa menatap cowok jangkung di depannya. Kelihatan sekali dari wajahnya, jika cowok itu baru saja bangun tidur.

"Nebak aja, sih," jawab Rizky. Padahal cowok itu mendapatkan pesan dari Dion, bahwa Salsa akan menemuinya di rooftop.

Salsa terkekeh, "Emang lo cenayang, Riz?" tanyanya.

Rizky nampak berpikir sambil menggaruk lehernya. Jujur saja, dia tidak tau apa itu cenayang.
"Bisa jadi," ucapnya.

"Emm ... mau makan?" tawar Salsa mengangkat dua buah rantang sambil tersenyum.

Cowok itu tersenyum malu-malu, lalu mengangguk.

"Tapi kita makan di mana, ya?" Salsa celingak-celinguk mencari tempat nyaman untuk mereka makan.

"Sini, ikut gue." Rizky menuntun Salsa ke bagian sudut belakang rooftop. Di sana, terdapat tikar dan meja kecil. Seperti sudah disiapkan.

"Lo yang nyiapin ini?" tanya Salsa.

"Eng-enggaklah. Udah memang ada di sini kok." Rizky mengambil dua buah rantang yang dipegang Salsa, lalu berjalan duduk di tikar yang sebenarnya dia siapkan.
Cowok itu mulai menyusun makanan di atas meja. "Ayok Sa, keburu bel bunyi," ucap Rizky.

Salsa yang tadinya melamun langsung menghampiri Rizky dan duduk berhadapan dengan cowok itu.

"Ini semua lo yang masak?" tanya Rizky sambil memakan masakan Salsa.

Salsa mengangguk, "Gimana? Enak nggak?" tanyanya menatap Rizky yang makan dengan lahap.

"Enak banget. Sama kayak masakan Mama. Tapi ... enakan punya lo, sih," jawab Rizky.

"Bisa aja lo, Riz. Pasti enakan punya nyokap lo."

"Gue serius Salsa ... ."

"Iya ... gue percaya, deh." Salsa mulai memakan makanannya, Rizky memperhatikannya sambil tersenyum. "Oh iya Riz, lo kok tadi bolos?" Salsa langsung menatap Rizky membuat cowok itu sedikit terkejut.

Rizky berdehem, "Gue nggak enak badan tadi."

"Kenapa nggak ke UKS? Serius lo nggak enak badan?" salsa menatap lekat cowok di depannya.

"Itu ... sebenarnya gue ngantuk karena semalam begadang."

"Ngerjain apa lo sampai begadang?"

Rizky berdecak, Salsa sudah seperti Mamanya saja. "Gue ngerjain tugas Salsa cantik ... ."

"Tugas apa? Pasti pakai sistem ngebut semalam, 'kan?"

"Kepo ya, lo. Emang penting buat lo tau?"

Salsa terdiam, lalu menjawab, "Maaf gue kebanyakan nanya."
Gadis itu melanjutkan makannya.

Rizky tertawa. "Nggak apa-apa kok, Sa. Gue senang lo nanya kayak gitu," ucapnya. "Habisin tuh, makanan lo. Bentar lagi bel masuk bunyi."

Salsa mengangguk, lalu kembali makan. Setelah selesai makan, kedua remaja itu membereskan tempat makan mereka, lalu berjalan bersamaan menuju kelas.

"Gue mau ucapin terima kasih karena lo udah bantuin gue kemarin malam," ucap Salsa pada Rizky. Kemarin malam dia ingin mengucapkan terima kasih pada cowok itu, tapi karena hujan akan turun akhirnya Rizky buru-buru pulang setelah mengantar Salsa.

"Iya, sama-sama Salsa."

Salsa dan Rizky mulai berbincang-bincang, sesekali mereka bercanda gurau. Salsa memukul lengan Rizky karena cowok itu lagi-lagi mengatakannya pendek. Saat menuju ke kelas Salsa, langkah kedua remaja itu berhenti.

"Kak Febby?" Salsa menatap Febby yang berhenti di depan mereka. Seniornya itu menatapnya dan Rizky bergantian.

"Ngapain kalian masih di sini? Sana kembali ke kelas," tegas Febby.

Rizky menggandeng tangan Salsa, "Kita juga bakal ke kelas kali," ucapnya melewati Febby.

Febby menatap kedua punggung adik kelasnya, salah satu alisnya terangkat. "Oh, setelah dekatin Juan, dia dekatin Rizky. Dasar cewek gatal!"

Rizky mengantar Salsa kembali ke kelasnya. "Makasih atas makanannya, Sa. Makanannya enak banget," ucap Rizky tersenyum tipis.

"Kode mau gue buatin lagi besok?"

Cowok jangkung itu tertawa,"Kalau nggak keberatan," ucapnya.

Salsa menggeleng, "Nggak sama sekali kok. Kalau gitu gue masuk dulu, ya." Salsa pun masuk ke dalam kelasnya.

Saat kembali ke kelasnya, Rizky berpapasan dengan Naufal. Kedua cowok itu saling melempar tatapan tajam.

"Cieee ... udah resmi?" tanya Mimi mengikuti Salsa yang berjalan duduk ke bangkunya.

"Resmi apa sih, lo?" sinis Salsa menyimpan rantangnya ke dalam tas.

"Lo pacaran sama Rizky," ucap Mimi.

"Hah? Lo pacaran sama Rizky, Sa?" tanya Tara dengan wajah kaget.

"Rizky Gatra Afganansyah? Kelas Ips 6, 'kan?" Desi yang baru dari perpustakaan langsung menghampiri meja Salsa ketika mendengar temannya itu dekat dengan salah satu murid langganan ruang BK.

"Cowok berandalan yang hampir di keluarin dari sekolah itu?" tanya Dewi ikut menghampiri meja Salsa.

Salsa diam menatap wajah teman-temannya yang sangat kaget. Apakah benar Rizky berandalan? Salsa tidak yakin dengan ucapan teman-temannya. Cowok itu begitu baik dan sering menolongnya.

"Kok bisa sih, Rizky hampir di keluarin dari sekolah?" tanya Salsa menatap Dewi.

"Waktu itu pernah ketahuan merokok di rooftop," jawab Dewi.

"Salah satu peraturan di sekolah ini, bagi siswa yang merokok bakal langsung ditendang keluar dari sekolah," ucap Tara. "Tapi nggak jadi, soalnya Kak Febby bilang bakal awasin dia," sambung gadis itu.

"Nggak heran sih, bokapnya Rizky kan, donator terbesar di sekolah ini. Lagipula, Kak Febby juga kakak tirinya Rizky," ujar Desi.

"HAH? KAK FEBBY KAKAK TIRINYA RIZKY?!" kaget Salsa dan Mimi bukan main. Mimi bahkan sampai melotot tidak percaya.

"Kok bisa sih, Kak Febby jadi kakak tirinya Rizky?" tanya Mimi setengah berbisik. Dia sungguh penasaran.

"Menurut rumor yang gue dengar, nyokapnya Kak Febby dulu mantan pacar bokapnya Rizky. Setelah nyokapnya Rizky meninggal, sebulan kemudian bokapnya Rizky nikah sama nyokapnya Kak Febby," jelas Desi setengah berbisik juga.

Salsa dan Mimi mangut-mangut.

"Terus-terus?" Mimi masih penasaran.

"Setelah kejadian itu Kak Febby sama Rizky tuh, nggak pernah akur. Bahkan pernah ada suatu kejadian, di mana Kak Febby nampar Rizky karena mukul Juan. Sekedar info, Juan itu pacarnya Kak Febby."

"Dah, tau," ucap Mimi dan Salsa dengan malas.

"Kok kalian bisa tau? Ooh ... sering liatin mereka, ya? Emang sih, mereka pasangan yang bikin iri satu sekolah. Sosweet banget," ujar Dewi tersenyum. "Tapi sekarang mereka lagi marahan. Sedih banget, semoga mereka bisa baikan lagi." Senyum gadis itu perlahan luntur.

"Kok gue pengen mereka putus, ya," gumam Mimi.

"Apa lo bilang?" Naufal tiba-tiba muncul di belakang Mimi membuat gadis itu terkejut. "Gosip mulu, kembali ke bangku lo. Guru udah mau masuk," ucapnya datar. Mimi dengan cepat berlari duduk di bangkunya.

"Saran gue, lo jauh-jauh dari Rizky. Gue takut lo kenapa-kenapa, Sa," bisik Tara ketika Naufal sudah duduk di bangkunya.

Salsa tersenyum pada Tara, "Tenang aja. Gue perhatiin Rizky anaknya baik kok," ucapnya.

Tara menatap cemas teman sebangkunya.

***

To be continued

Hei, boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang