Baru saja pindah sekolah, Salsa bertemu dengan mantannya. Pada sahabatnya, dia mengaku sudah move on dan tidak akan peduli lagi soal mantannya. Namun, saat kembali bertemu dengan sang mantan, entah kenapa rasa itu seakan kembali muncul?
Apakah Sals...
Pada jam pertama pelajaran, suasana kelas 11 Ipa 3 lumayan ribut karena guru yang mengajar terlambat datang. Mimi menghampiri Salsa yang sedang mendengarkan cerita teman-temannya. Lagipula Naufal juga sedang pergi entah kemana, jadi gadis itu tidak memiliki teman untuk diajak gosip juga.
Mimi terdiam, lalu menjawab, “Nggak apa-apa, yang penting uang ngalir terus. Ngomong-ngomong ortu lo gimana? Gue dengar-dengar bakal cerai.”
“Yah … gitulah. Minggu depan mereka cerainya. Sempat nanya gue semalam mau milih ikut nyokap atau bokap, tapi gue malas jawab. Gue cuman bilang, jangan berhenti kirimin gue uang.”
“Oh … gitu.” Mimi mengangguk, lalu menatap Tara, Desi dan Dewi yang terdiam memandangnya dan Salsa.
“Kalian kok diam? Certain dong, tentang keluarga kalian sama kita,” ucap Mimi sambil tersenyum.
Ketiga gadis itu tidak menjawab. “Keluarga mereka kayak keluarga cemara,” ujar Salsa yang sering mendengar ketiga teman barunya bercerita tentang keluarga mereka yang sangat harmonis. Mimi hanya mengangguk sambil tersenyum.
Naufal masuk ke dalam kelas dengan membawa beberapa kertas. “Bu Jeje nggak ngajar hari ini, beliau izin ke Citayem. Jadi, kita dikasih tugas buat ngerjain soal,” ucap cowok berkamata itu.
“Semuanya diharap duduk ke bangku masing-masing,” ucap Naufal lagi saat melihat Mimi yang duduk bersampingan dengan Tara. Cowok itu pun membagikan lembar soal pada teman-temannya.
Naufal yang selesai membagikan soal, mengerutkan keningnya melihat Mimi yang terlihat kebingungan. “Lo kenapa? Nggak bisa ngerjain soalnya?” tanyanya.
“Folpen gue hilang ditelan bumi,” jawab Mimi.
Naufal hanya mengangguk dan mulai mengerjakan tugas.
Naufal melirik Salsa dan Tara yang sedang berbisik, cowok itu memberikan folpennya pada Mimi. “Ini,” ucap Naufal menyodorkan folpennya.
“Terus lo gimana nulisnya?”
“Gue beli di kantin.” Naufal beranjak dari kursinya dan keluar kelas.
Mimi menatap punggung belakang Naufal yang keluar kelas. Gadis itu menatap folpen Naufal yang sedang dia pegang.
Gawat, Naufal juga suka sama gue. Kalau gini gue bingung, mau pilih Naufal atau Dion. Omo … gimana kalau suatu saat mereka bakal rebutin gue. Aaakkkhh … gue rasanya mau terbang menembus atmosfer.
Naufal kembali dari kantin dengan dua folpen di tangannya, “Siapa yang nggak punya folpen?” tanyanya di depan kelas.
Dengan cepat Salsa mengangkat tangannya, “Gue!”
Naufal menghampiri Salsa ke mejanya dan memberikan folpen yang baru dia beli tadi. Salsa mengerutkan keningnya menatap folpen dan beberapa permen yang diberikan Naufal.
“Fal, permennya … .”
“Tadi nggak ada uang kembalian, jadi gue beliin permen. Buat lo aja, gue nggak suka,” ucap Naufal kembali ke bangkunya.
Salsa tersenyum mengambil beberapa permen itu. Dewi yang melihatnya merasa tidak suka.
“Kenapa permennya nggak lo kasih ke gue aja?” Mimi bertanya saat Naufal duduk di bangkunya.
“Nggak baik buat kesehatan gigi,” jawabnya kembali mengerjakan soal.
Mimi tersenyum menatap cowok di sampingnya, ternyata Naufal begitu perhatian padanya.
***
Naufal Deovannes Mahardhika
Si ketua kelas cuek tapi perhatian 😆
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.