Part 12

10 3 5
                                    

🌼 HAPPY READING 🌼

Pada jam pertama pelajaran, suasana kelas 11 Ipa 3 lumayan ribut karena guru yang mengajar terlambat datang. Mimi menghampiri Salsa yang sedang mendengarkan cerita teman-temannya. Lagipula Naufal juga sedang pergi entah kemana, jadi gadis itu tidak memiliki teman untuk diajak gosip juga.

“Boleh gabung, nggak?” tanya Mimi sambil tersenyum.

Salsa menatap Mimi, “Masih nanya lo? Nggak bolehlah,” canda Salsa.

“Tega lo, Sa. Gue nggak punya teman, Naufal pergi entah kemana. Boring gue sendiri nggak ada teman ngobrol,” ujar Mimi dengan sedih.

“Ngobrol aja bareng angin,” ucap Salsa terkekeh.

Tara menarik kursi untuk Mimi duduk. “Duduk Mi. Lo boleh gabung kok,” ucap Tara ramah.

Mimi terharu dan langsung duduk, “Emang lo baik banget Tara, nggak sama kayak teman Adudu si kepala kotak di samping lo.” Mimi menyindir Salsa.

Salsa mendesis, “Kalau gue teman Adudu, berarti lo Adudu-nya.”

Sorry, gue angel.” Mimi
menghempaskan rambutnya ke belakang.

“Sok cantik,” gumam Salsa.

Desi tertawa kecil melihat tingkah Salsa dan Mimi. “Jadi kalian emang udah temanan dari kecil?” tanya Desi.

Mimi mengangguk antusias. “Bokap kita rekan kerja. Waktu kecil, Salsa sering dititipin main ke rumah gue,” jawab Mimi.

“Gue dengar lo tinggal bareng Salsa di rumah neneknya, emang ortu lo di mana?” giliran Dewi yang bertanya.

“Bokap tidur nyenyak dalam tanah, kalau nyokap gue lagi kerja di luar negeri,” jawab Mimi santai sambil merapikan kukunya agar tetap slay.

“Yakin kerja? Nggak pernah ngasih kabar loh, jangan-jangan udah nikah,” ucap Salsa.

Mimi terdiam, lalu menjawab, “Nggak apa-apa, yang penting uang ngalir terus.
Ngomong-ngomong ortu lo gimana? Gue dengar-dengar bakal cerai.”

“Yah … gitulah. Minggu depan mereka cerainya. Sempat nanya gue semalam mau milih ikut nyokap atau bokap, tapi gue malas jawab. Gue cuman bilang, jangan berhenti kirimin gue uang.”

“Oh … gitu.” Mimi mengangguk, lalu menatap Tara, Desi dan Dewi yang terdiam memandangnya dan Salsa.

“Kalian kok diam? Certain dong, tentang keluarga kalian sama kita,” ucap Mimi sambil tersenyum.

Ketiga gadis itu tidak menjawab.
“Keluarga mereka kayak keluarga cemara,” ujar Salsa yang sering mendengar ketiga teman barunya bercerita tentang keluarga mereka yang sangat harmonis. Mimi hanya mengangguk sambil tersenyum.

Naufal masuk ke dalam kelas dengan membawa beberapa kertas. “Bu Jeje nggak ngajar hari ini, beliau izin ke Citayem. Jadi, kita dikasih tugas buat ngerjain soal,” ucap cowok berkamata itu.

“Semuanya diharap duduk ke bangku masing-masing,” ucap Naufal lagi saat melihat Mimi yang duduk bersampingan dengan Tara. Cowok itu pun membagikan lembar soal pada teman-temannya.

Naufal yang selesai membagikan soal, mengerutkan keningnya melihat Mimi yang terlihat kebingungan. “Lo kenapa? Nggak bisa ngerjain soalnya?” tanyanya.

“Folpen gue hilang ditelan bumi,” jawab Mimi.

Naufal hanya mengangguk dan mulai mengerjakan tugas.

“Fal,” panggil Mimi.

“Hm.”

“Lo punya dua folpen nggak?” tanya Mimi.

Naufal hanya menggeleng sebagai jawaban.

“Lo nggak bawa folpen, Sa? Gue juga nggak bawa folpen cadangan.”

Naufal melirik Salsa dan Tara yang sedang berbisik, cowok itu memberikan folpennya pada Mimi. “Ini,” ucap Naufal menyodorkan folpennya.

“Terus lo gimana nulisnya?”

“Gue beli di kantin.” Naufal beranjak dari kursinya dan keluar kelas.

Mimi menatap punggung belakang Naufal yang keluar kelas. Gadis itu menatap folpen Naufal yang sedang dia pegang.

Gawat, Naufal juga suka sama gue. Kalau gini gue bingung, mau pilih Naufal atau Dion. Omo … gimana kalau suatu saat mereka bakal rebutin gue. Aaakkkhh … gue rasanya mau terbang menembus atmosfer.

Naufal kembali dari kantin dengan dua folpen di tangannya, “Siapa yang nggak punya folpen?” tanyanya di depan kelas.

Dengan cepat Salsa mengangkat tangannya, “Gue!”

Naufal menghampiri Salsa ke mejanya dan memberikan folpen yang baru dia beli tadi. Salsa mengerutkan keningnya menatap folpen dan beberapa permen yang diberikan Naufal.

“Fal, permennya … .”

“Tadi nggak ada uang kembalian, jadi gue beliin permen. Buat lo aja, gue nggak suka,” ucap Naufal kembali ke bangkunya.

Salsa tersenyum mengambil beberapa permen itu. Dewi yang melihatnya merasa tidak suka.

“Kenapa permennya nggak lo kasih ke gue aja?” Mimi bertanya saat Naufal duduk di bangkunya.

“Nggak baik buat kesehatan gigi,” jawabnya kembali mengerjakan soal.

Mimi tersenyum menatap cowok di sampingnya, ternyata Naufal begitu perhatian padanya.

***

Naufal Deovannes Mahardhika

Si ketua kelas cuek tapi perhatian 😆

Si ketua kelas cuek tapi perhatian 😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hei, boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang