4

8.8K 692 12
                                    

happy reading 🐣

°°°°°°°°°°°°

    semua orang yang berada diruang guru memandang bergantian antara asta dan bryce yang bersandar pada kursi.asta mendengus geli melihat pemuda tanpa rasa takut disampingnya ini yang berani mendatangi sekolahnya dengan cara yang sangat tidak normal.

"saya menemukan sebuah linggis didepan pagar sekolah yang digunakan untuk merusak gembok gerbang"
seorang satpam mendekati meja tempat mereka berkumpul lalu meletakkan barang yang dibawanya.

"maksud kamu merusak fasilitas sekolah ini apa?jangan bilang kamu mau memancing murid-murid disini untuk tawuran?!"
guru itu bertanya pada bryce dengan geram karena siswa laki-laki yang dihadapinya itu seolah tidak peduli dengan apa yang diucapkannya.

"kan udah saya bilang saya mau ngembaliin jaket dia, tapi usul ibu bagus juga kayaknya,nanti saya bakal kumpulin anak-anak buat tawuran dengan sekolah ini"

bryce mengangkat alisnya menantang guru itu yang sudah berada pada batasnya.asta yang melihat itu mulai menegakkan tubuhnya bersiap melindungi bryce jika saja kondisi sudah semakin memanas.
"kamu suruh orangtua kamu kesini sekarang,saya mau bicara"
perkataan tegas guru itu telak membuat bryce bungkam.wajahnya berubah pucat pias dengan bibir bawah yang digigitnya menandakan rasa gelisah mulai menghantuinya.

"halo pa,papa bisa jemput bryce gak ke SMA Banggala,ada sedikit masalah pa"
bryce berucap dengan nada lembut lalu mematikan sambungan telpon.asta melirik wajah pias bryce lalu menggenggam tangan itu erat.

"apaan sih lo pegang-pegang bangsat!ini semua gara-gara lo sialan"
bryce berucap dengan gigi bergemelatuk karena emosi juga perasaan yang semakin lama semakin kalut karena rasa takut papanya yang akan datang sebentar lagi.
"lo gak apa-apa kan bry?"
asta tidak peduli dengan kemarahan bryce padanya lalu kembali mengelus tangan putih itu menenangkannya.

tokk...tokkk...
suara ketukan pintu mengalihkan perhatian semua orang didalam ruangan itu yang tercengang melihat siapa yang berjalan masuk dengan langkah tegapnya, sedangkan nafas bryce sudah tercekat dibuatnya tidak berani memandang wajah berwibawa pria dewasa itu.

"s-silahkan duduk tuan Arjuna"
guru tua itu seakan tertekan dengan aura tegas milik papa bryce yang mendudukan diri didepannya tanpa senyuman basa-basi sama sekali.siapa yang tidak mengenal Arjuna?pebisnis yang sangat tersohor dengan kemajuan perusahaan yang sangat pesat membuat siapa saja menyegani pria itu.

Arjuna melihat pada anaknya yang menunduk dalam memeluk sebuah jaket.asta memandang heran mengapa bryce harus setakut ini pada orangtuanya sendiri?pertanyaan itu terus mengusik pikirannya dan memilih diam melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

"bryce,kenapa kamu bisa ada disini?"
suara berat pria yang menyandang gelar sebagai ayah dari bryce membuat suasana semakin mencekam.bryce tidak berani mengeluarkan sepatah katapun dan tetap menunduk kaku menghindari tatapan papanya.arjuna mendengus geli lalu kembali melihat pada guru wanita didepannya dan mengangguk kecil tanda menyuruh wanita itu menyampaikan maksudnya.

"begini tuan juna,bryce tiba-tiba membuat keributan disekolah kami dengan merusak beberapa fasilitas disini,dia juga mengganggu ketenangan murid yang tengah belajar"

Arjuna mengangguk menerima kesalahan putranya dengan wajah santai.bukan sekali dua kali dia dipanggil untuk masalah yang hampir sama karena ulah nakal bryce.dia paham bryce pasti membutuhkan perhatian darinya,namun arjuna sendiri juga kesusahan membagi waktunya.saat malam hari dia akan selalu mencoba mendekati bryce namun pria itu selalu pergi bermain hingga larut malam membuat waktu mereka untuk bertemu pun hanya disaat-saat seperti ini.

"saya minta maaf karena tindakan bryce yang menggangu kenyamanan disini, untuk kerugian yang dibuat anak saya,saya sendiri yang akan menanganinya"

arjuna berdiri lalu menjabat tangan wanita itu lalu merangkul bahu bryce untuk kelur dari ruangan.

"nih barang lo"
bryce melempar jaket milik asta lalu kembali berjalan beriringan dengan papanya.asta menerima dengan mudah lalu mengikuti bryce keluar dari ruang guru.

asta berdiri menatap kedua orang yang sudah keluar dari gerbang itu dengan senyum licik tersemat dibibirnya.
"om!anak om cantik banget!"
asta berteriak keras membuat kedua orang tersebut menoleh dengan ekspresi berlainan.arjuna yang memandangnya dengan raut bingung sedangkan bryce sudah mengumpatinya meski tanpa suara membuat asta memberi tanda peace.

asta berbalik kedalam ruang kelasnya setelah dua orang itu benar-benar pergi meninggalkan sekolah dengan Bryce yang menaiki motornya sendiri sedangkan papanya mengekori dari belakang dengan mobil takut anak semata wayangnya itu melarikan diri lagi.

°°°°°°°°

    "kamu gak diapa-apain kan disana?"
Arjuna membolak-balik tubuh kecil bryce dengan mulut yang tiada henti memarahinya.bryce sangat takut apabila seseorang sudah menyuruhnya menghubungi papanya itu karena lihatlah sekarang pria dewasa itu akan bersikap berlebihan padanya.
"aku cowok pa,papa gak perlu segitunya ya ampun"
bryce memegang tangan Arjuna yang akan memeriksa tubuhnya sekali lagi, sungguh bryce sudah sangat lelah ingin segera beristirahat namun sekarang waktunya tersita.

"papa kok bisa langsung kesana?emang gak sibuk?"
bryce berucap sarkas karena biasanya dia akan menunggu sangat lama kedatangan papanya itu apabila sudah berulah seperti tadi,namun kali ini Arjuna malah cepat menjemputnya.

"tadi lagi senggang terus kamu nelpon,papa udah bisa langsung nebak kalau kamu buat ulah lagi"
arjuna membuka jas yang melekat ditubuhnya lalu mengecup kening bryce sekilas dan berlalu memasuki kamarnya.rumah yang besar namun hanya berisikan dua orang saja tentu membut kesan sunyi sangat kentara disana.bryce pernah bertanya jika papanya inhin punya istri lagi dia juga tidak masalah namun pria itu mengatakan belum siap jika memulai hubungan rumah tangga lagi karena dibayang-bayangi masa lalu yang kelam.

memang salahnya juga tidak bisa terfokus pada istrinya membuat wanita itu berselingkuh darinya namun jika dia tidak bekerja mati-matian saat itu, belum tentu juga perusahaannya akan semaju ini hingga membuat mereka tidak kesusahan dalam bidang ekonomi.
Bryce yang waktu itu masih berusia kurang lebih 11 tahun hanya bisa menangis tidak rela ditinggalkan ibunya, sehingga membuat sikapnya berubah pesat.

"kadang lembut,kadang dingin...papa aneh banget"
bryce mengusap keningnya lalu berlari kecil menaiki tangga menuju kamar dengan siulan yang mengiringi langkahnya.
inilah yang dia suka dari papanya,pria itu tidak akan memarahinya jika aksi yang dibuatnya masih tergolong kecil namun bukan tidak mungkin bryce dihukum juga nantinya karena tindakannya yang semakin merisaukan.

Tbc.....

Scream my name bryce(End)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz