Pembunuhan Sofia Ramuella

833 12 4
                                    


HAII HELLO ANNYEONGG!!
AKU KEMBALI DENGAN CERITA BARU LAGI HUHUHUHUHUHU!!

⚠KARNA MUNGKIN (PASTI) AKAN ADA HAL YANG BERBAU DARAH ATAU PEMBUNUHAN AKU SARANKAN UNTUK KALIAN YANG PUNYA TRAUMA JANGAN / DILARANG KERAS UNTUK MEMBACA!⚠

BUKANNYA SOMBONG YAA CUMA UNTUK MENCEGAH SESUATU YANG BURUK TERJADI LEBIH BAIK JANGAN..

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPAA

*Happy reading*

Di dalam ruangan yang minim pencahayaan seorang wanita dengan sabar menunggu temannya datang. Dia Kim Vhisa duduk seorang diri di atas meja yang sudah rapuh di dalam gudang sekolah dengan santainya.

Hidup selama tiga belas tahun tanpa kasih sayang seorang Ayah mungkin adalah hal yang menyedihkan bagi sebagian orang, tapi berbeda dari kebanyakkan manusia di muka bumi ini, Vhisa sangat menyukai hal menyedihkan itu.  Hidup tanpa seorang Ayah membuatnya kuat menghadapi siapapun yang berhak dia habisi.
Selama tiga belas tahun itu, Vhisa habiskan untuk berlatih menggunakan senjata tajam dan bagian paling kejamnya dia sudah berlatih untuk menghabisi nyawa seseorang sejak umurnya sepuluh tahun. Pisau Pistol itu bukan hal yang luar biasa bagi Vhisa,, karna yang luar biasa bagi Vhisa adalah bagaimana karna dua benda itu bisa membuat darah mengotori bajunya itu paling menyenangkan.

Setelah lima belas menit dia habiskan duduk diam di sini, suara ketukkan sepatu itu terdengar mendekat bahkan masuk kedalam gudang. Dan di saat yang bersamaan saat suara ketukkan sepatu itu berhenti, Vhisa bisa melihat bagaimana wajah yang sudah membuatnya merasa kesepian beberapa bulan ini. Sofia Ramuella.

"Ada apa kau memintaku untuk datang di tempat buruk seperti ini?!"

Lihatlah ini adalah bagian paling Vhisa benci, Sofia selalu saja mengatakan dengan nada yang tinggi jika berbicara dengannya. Apakah orang Indonesia selalu menggunakan intonasi yang tinggi jika berbicara dengan orang dari negri asing? 
Yaa memang benar! Sofia adalah orang dari Indonesia tapi mungkin dia adalah salah satu bajingan yang bersembunyi di indahnya negera itu. Dan Vhisa membencinya.

"Aku hanya ingin memeluk mu." Vhisa benar memeluk Sofia. "Kau tau aku tidak pernah bisa memiliki teman sebaik Yuna. Dia adalah satu satunya teman yang memperlakukanku dengan baik  setidaknya sampai kau hadir di antara aku dan Yuna."

"Lalu kau menyalahkanku atas perlakuan Yuna sekarang kepadamu?"

"Tentu saja!" Vhisa berteriak. "Ini semua terjadi karna orang bermuka dua seperti mu! Apa kau  berpikir aku bodoh karna mengaku kalah? Justru di dalam cerita hidupmu atau aku, aku akan tetap jadi pemenangnya!"

Vhisa menyukainya, bagaimana darah mulai keluar dari perut Sofia saat dirinya berhasil menancapkan sebilah pisau. Sofia tentu saja merontak dari pelukkan Vhisa,, tapi sebelum Sofia bisa kabur dari jeratan pelukkannya Vhisa sudah lebih dulu membuat perutnya robek dan mengeluarkan darah dengan banyak. 
Vhisa tidak berhenti di situ, dia menarik rambut Sofia membuat Sofia sedikit mendongak, dan di persekian detiknya Vhisa langsung membenturkan kepala Sofia pada meja rapuh yang sempat dia duduki.
Vhisa kembali menarik rambut pendek Sofia membuat sayatan panjang pada ujung kelopak mata wanita yang sudah tidak bisa memberontak lagi.

"Kau tau kau bisa merebut apapun milik siapapun, tapi tidak dengan ku. Kau mungkin bisa memilikinya  sesaat karna balasannya adalah nyawamu yang akan melayang di tanganku."

Vhisa kembali memainkan pisaunya dan merobek habis perut temannya hingga semua isinya keluar,  setelah semuanya isi perut temannya keluar Vhisa menancapkan pisau itu pada kepala temannya hingga membuat seragam yang dia kenakkan terbasahi dengan darah. Dan menarik pisau itu hingga otak temannya juga ikut tertarik, jangan lupakan dengan kedua bola mata yang sudah keluar dari tempatnya membuat temannya terlihat sangat mengerikkan sekaligus membuat Vhisa tersenyum penuh kemenangan.

Vhisa membuang otak itu tepat di samping semua isi perut Sofia yang sudah keluar. 

"Kau salah berurusan. Karna seharusnya sebelum kau ingin merebut sesuatu, lihat dan pikirkan dahulu apa yang akan terjadi padamu di lain waktu. Selamat tinggal temanku."

Sebelum pergi, Vhisa memberi tanda silang pada pipi temannya. Lalu meninggalkan jasad temannya begitu saja dengan sangat mengerikkan.

••••••••••••••••

Scaramanga | Jung Jaehyun✔Where stories live. Discover now