10 (colour in the sky)

19 3 0
                                    

Jangan lupa buat follow akun media sosialku.. jaangan lupa buat vote dan momen... Jangan lupa juga buat bagiin cerita ini kemedia sosial kalian biar semua orang tau kalau ada cerita menarik dari aku..

Happy reading sahabat...

Vhisa mengenggam tangan Haseok dengan kuat, sebentar lagi operasi nya akan di mulai. Dengan pakaian pasien rumah sakit seperti kebanyakan orang, Vhisa duduk di brangkar dengan perrasaan tenang tapi di penuhi kekalutan.
Hari ini sangat cerah, semoga saja semua nya akan baik baik saja.

Haseok yang sekarang tengah menemani putri nya itu, berusaha menenangkan. Walaupun Haseok tau Vhisa punya cara tersendiri untuk menenangkan semua kegelisahan nya. Di tatap nya tangan Vhisa yang mengenggam tangan nya itu dengan perrasaan senang. Yaa meskipun Haseok tidak bisa berbohong kalau jantung nya berdetak secara tidak karuan.
Haseok harap semuanya baik baik saja.

"Appa aku takut..." ujar Vhisa, nada bicara nya di isi dengan kekhawatiran yang kentara.

Kalimat itu berhasil membuat Haseok mendapati kilas balik saat dia menemani Vhisa bersekolah untuk pertama kali nya.

Haseok tersenyum tulus. "Anggap saja seperti saat kau bersekolah di hari pertama." Haseok mengusap puncak kepala Vhisa.

Saat perawat mengatakan kalau ruang operasi sudah siap, ketika brangkar itu di dorong menuju ruang operasi, Vhisa tak henti henti nya tetap mengenggam tangan Haseok. Dan ketika hendak masuk kedalam ruangan, Vhisa meminta berhenti.

"Appa, aku tidak tau bagaimana rasa nya nanti. Tetap di sini yaa, jangan pergi kemana-mana. Aku masih takut." Haseok sekali lagi tersenyum.

"Appa akan di sini menunggu mu."

Dan brangkar yang kembali di dorong itu berhasil masuk kedalam ruang operasi, pintu di tutup dan Haseok hanya mampu melihat dari jendela besar di samping pintu, itupun tertutup dengan kain hijau tua.

=÷=÷=÷=÷=÷=÷=÷=÷=

Haseok menyuapi Vhisa bubur yang kata nya memiliki rasa yang enak, tapi saat bubur itu masuk kedalam mulut Vhisa, rasa nya hambar.
Vhisa tidak suka ini.

Haseok menatap wajah Vhisa yang kedua mata nya tertutup perban, dokter mengatakan operasi lancar, dan perban yang menutupi kedua mata Vhisa bisa di buka tiga hari kedepan. Haseok harap ini benar benar berhasil.

"Appa.." Haseok bergumam untuk menjawab nya. "Apakah Appa tau? Aku benar benar merasa kesepian akhir akhir ini, rasa nya seperti aku__ aku tidak bisa menjelaskan nya."

"Apa yang membuat mu khawatir?" Haseok berujar tanya setelah menyuapkan Vhisa sesendok bubur terakhir.

Vhisa mengangkat kedua bahu nya setelah menelan bubur yang di sodorkan Haseok."Entahlah" Vhisa menelan air mineral dan obat yang di berikan Haseok di tangan nya.

Vhisa di tuntun berbaring. "Appa, bagaimana jika suatu saat nanti aku pergi? Bagaimana jika aku tidak kembali? Bagaimana kondisi Appa jika aku benar benar pergi?" Vhisa menyampaikan kekhawatiran nya.

Haseok terdiam, lalu mengenggam tangan Vhisa.

"Mungkin kondisi nya tidak akan pernah bisa di deskripsikan." Haseok membuat Vhisa menoleh meskipun putri nya itu tidak bisa melihat nya.

"Mengapa?"

"Kau tau Vhisa? Sebenar nya tidak pernah ada kata tanya 'mengapa?' Karna tidak pantas untuk kondisi seseorang yang tengah di landa kehilangan atau kesedihan. Dan jika kata 'mengapa?' Itu masih di perguna kan untuk mengetahui kondisi seseorang, apakah itu tidak akan membuat seseorang yang mengajukan pertanyaan itu jadi terlihat seperti seseorang yang tidak memiliki rasa keperdulian. Daripada kata 'mengapa?' Bukan kah lebih baik jika mengucapkan 'kau kuat'?"

Scaramanga | Jung Jaehyun✔Where stories live. Discover now