Bab 13 - Tidur dengan Cedric

3.2K 129 4
                                    


***


Cedric membawaku ke sebuah rumah. Rumah itu hampir terhalau oleh dedaunan rindang pohon di sekitarnya. Halamannya kotor dengan guguran daun yang berserakan. Singkatnya, rumah itu terlihat tidak menarik dari luar dan diabaikan orang-orang.

Namun begitu kami masuk, aku terkesan melihat ada banyak orang yang berlalu lalang di lorong. Terdapat beberapa pintu di sepanjang lorongnya. Atap rumah terlihat rendah di atas kepala, penerangan yang bikin sakit mata, kalau dari luar rumah ini memiliki dua lantai.

Beberapa orang yang berpapasan dengan kami, melirik Cedric dengan segan. Beberapa lainnya tersenyum malu pada kakakku. Ada juga yang menatapku penuh tanya. Aku jadi curiga. Apakah semua penghuni di rumah ini mengenal kakakku?

Kami menaiki anak tangga. Berjalan di lantai dua. Kemudian naik ke lagi. Ternyata bangunan ini punya tiga lantai toh?

Kami berhenti di pintu paling ujung lorong. Cedric membuka kuncinya menggunakan manual. Setelahnya aku mengekor masuk ke ruangan. Pandanganku menyapu. Di dalamnya terlihat cukup luas dan bersih. Ada ranjang, lemari, meja dan kursi, pantry dapur, serta jendela di sana. Seperti apartemen kecil. Tapi nampak nyaman ditinggali.

"Apa ini tempat tinggal kakak selama di luar rumah?" tanyaku menyimpulkan.

"Ya. Rumah ini adalah apartemen tiga lantai," jelas Cedric. "Istirahatlah. Kamar mandinya di sana," tunjuk pria itu ke pintu sudut ruangan.

Aku menahan napas seketika melihat bagaimana pintu kamar mandinya. Itu adalah pintu kaca semi transparan! Di mana bagian atas dan bawah tembus pandang. Aku sedikit ragu untuk menggunakan kamar mandi itu, sedangkan di sini ada lelaki walau itu adalah kakakku. Tetapi tubuhku terasa lengket karena keringat. Aku tidak nyaman.

Aku mengangguk. Akhirnya aku berjalan menuju kamar mandi. Melepas seluruh pakaianku, menggantungnya di tembok, lalu kran shower kuputar, seketika air mengguyurku dengan segar.

Di dalam kamar mandi kakakku, aku menemukan sabun mandi miliknya. Itu adalah sabun cair lengkap dengan sponsnya. Lantas aku menggunakannya untuk menggosok tubuhku.

"Cecil, apa kau mau kubuatkan mie?" tanya Cedric. Dia tidak perlu berteriak. Karena suaranya sudah bisa terdengar jelas.

"Ya, kak! Apapun itu, aku akan memakannya karena aku sangat lapar," jawabku menyahut. Setelahnya terdengar suara alat dapur di sana.

Begitu selesai membersihkan tubuh, aku teringat sesuatu. "Um, kakak!" panggilku.

"Ya?"

"Bolehkah aku pinjam bajumu?" pintaku.

"Tentu!"

Aku diam menunggu.

"Cecil, ini bajunya," ujar Cedric. Dapat kulihat bayangannya di depan pintu. Aku berjalan mendekat, membuka sedikit pintunya sambil mengulurkan tangan ke luar, hingga mendapatkan baju itu darinya.

"Terima kasih, kak!" kataku, menutup pintu lagi dan memakainya dengan cepat. Kaos oblong hitam miliknya lumayan besar sampai jatuh ke paha. Sedangkan bagian bawahku menggunakan jeans sebelumnya.

Setelah semua beres, aku keluar dari kamar mandi. Kulihat Cedric baru selesai menyiapkan makanan di mangkok. Aroma wangi kuah mie membuat perutku semakin keroncongan.

Terjerat Hasrat Dua Kakak Where stories live. Discover now