Bab 14 - Mabuk

2.2K 103 5
                                    

***


Esoknya, aku keluar kamar setelah lama Cedric pergi entah kemana, dia tak pernah mengatakannya. Beberapa wanita berpapasan denganku. Mereka melihatku dari atas ke bawah seolah sedang menilai penampilanku.

Apakah aku terlihat buruk? Kurasa aku berpakaian dengan normal.

"Hey!"

Aku reflek berhenti. Seorang wanita di depanku memanggil sambil menatapku tajam. Dia tampak bersandar di dinding sambil memegang botol anggur. Wanita itu beranjak, berjalan ke arahku. Dia tiba-tiba mengendusku.

"Bau Cedric ada padamu. Korban ke berapa kau?" katanya dengan galak.

Apa maksudnya? Aku? Korban?

"Aku tidak mengerti," ucapku.

"Apa kau memakai kamarnya sepanjang malam?" tanyanya lagi.

"Iya," jawabku. Memangnya ada yang aneh ya?

Wanita itu tersenyum miring. "Kau adalah wanita pertama yang masuk ke kamarnya. Hebat. Bagaimana caramu menggoda dia?"

"Apa maksudmu?"

Wanita itu diam menatapku intens. "Kau tidak tidur dengannya?"

"Apa maksudmu dengan tidur?" Lama-lama aku kesal mendapatkan interogasi mendadak.

"Sex."

"Apa?" Mataku memelotot. Aku kehabisan kata-kata.

***

Aku duduk termenung. Kata-kata wanita itu terngiang-ngiang di kepalaku.

"Cedric, sudah banyak wanita yang lemas di bawah kakinya. Tetapi tidak satu pun yang pernah diizinkan tidur di kamarnya. Jadi ketika dia membawamu masuk ke kamarnya, itu mengundang rasa penasaran kami. Sebagus apa goyanganmu sampai-sampai dia membawamu ke tempat pribadinya."

Kata-katanya vulgar. Itu semua mengejutkanku. Aku tidak pernah tahu kalau Cedric pandai bermain wanita.

"Aku bukan simpanannya. Aku bukan jalang. Aku adalah adiknya," tegasku saat itu. Sontak membekukan ekspresi wanita itu. Lalu dia tertawa hambar.

"Oh! Haha! Ternyata adik perempuannya toh? Hoho! Hahah!" Dia berbalik pergi sambil mengibas-kibaskan tangannya. Membuat sebelah alisku terangkat naik dengan heran.

"Apa kau tahu?" Tiba-tiba wanita itu berhenti. Dia berbalik badan menatapku. "Tempat apa ini?" tanyanya.

Aku menggeleng.

Dia menyeringai. "Rumah bagi para wanita pelacur! Dan Cedric adalah pemilik gedung ini." Kemudian dia pergi. Aku terbengong.

Ting!

Suara ponsel menyentak lamunanku. Melirik ke nakas, kutemukan ponsel Cedric di sana. Kenapa dia tidak membawa ponselnya? Apa ketinggalan? Tadi siang dia pergi buru-buru.

Lantas aku beranjak. Meraih ponsel itu. Ada pesan masuk. Sejenak aku ragu untuk membukanya. Tapi rasa penasaranku mengalahkanku. Maka kubaca pesan masuk itu.

Terjerat Hasrat Dua Kakak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang