1 - Awal Mula

21.2K 1.8K 118
                                    

Bagi anak-anak bermain setelah pulang sekolah adalah hal yang sudah biasa untuk dilakukan. Namun, tidak untuk bocah laki-laki bernama Fahrenza Radiata Sagara.

Anak yang sering dipanggil Renza ini harus berada di dalam rumah sepanjang hari. Ia hanya akan keluar rumah saat jam sekolah saja. Itu jelas bukan keinginannya, tapi keinginan ayahnya.

Renza menjadi anak malang sejak kejadian enam tahun yang lalu. Sejak ia memanggil Dion dengan sebutan "ayah" di hadapan teman-teman sekolahnya.

Saat hari pertama masuk sekolah dasar, Juan-kakak satu-satunya-jatuh sakit di sekolah. Suhu badan Juan meninggi di tengah-tengah pembelajaran. Maka dari itu saat jam istirahat, Renza diminta gurunya untuk menghubungi sang ayah agar menjemput Juan.

Saat itu ruang UKS penuh dengan siswa lain yang melihat kondisi Juan. Mereka pasti juga khawatir dengan keadaan teman baru mereka itu. Tidak lama kemudian Dion datang dengan wajah kekhawatirannya.

Setelah melihat sebentar kondisi anaknya, Dion menggendong Juan untuk segera di bawa ke rumah sakit.

"Ayah, ini tas milik Kakak ketinggalan!" Seru Renza kemudian berusaha berjalan cepat dengan bantuan tongkat di salah satu sisi tubuhnya.

"Makasih ya, Renza." Ucap Dion seraya menerima tas dari tangan mungil bungsunya.

Seketika para siswa saling berbisik satu sama lain. Membicarakan hubungan Renza dengan Juan yang ternyata adalah adik dan kakak.

Sebelumnya memang tidak terjadi apapun, tapi dihari saat Juan kembali bersekolah, dia menjadi ledekan teman-temannya karena memiliki saudara yang tidak bisa berjalan dengan baik dan harus membawa tongkat kemana-mana.

Renza ingat, hari itu sepulang sekolah Juan menangis dan tidak mau berbicara padanya. Renza tahu, Juan seperti itu karena sepanjang hari di sekolah kakaknya terus diledeki karena memiliki adik sepertinya.

Juan mengadukan hal itu pada Dion. Saat itu Dion masih membela Renza dan memberi pengertian pada Juan. Namun, ayah tak lagi membelanya saat orang tua para murid membicarakannya di depan Dion.

Saat itu ada murid yang berbisik pada ibunya bahwa anak laki-laki yang berjalan dengan anak yang memakai tongkat itu adalah saudara dan pria berjas itu adalah ayahnya. Si ibu yang tahu tentang sosok Dion lantas terkejut tidak menyangkan dan akhirnya menyebarkan berita itu di kalangan orang tua yang lain.

Mereka mengatakan bahwa tidak menyangka seorang konglomerat yang tampan dan memiliki seorang istri cantik yang berprofesi sebagai koki terkenal mempunyai seorang anak yang cacat. Mereka juga bilang bahwa keluarga Dion akan terlihat sempurna jika hanya ada Juan sebagai anaknya.

Di tengah kepopuleran Riana sebagai koki dan kesuksesan Dion yang sedang jaya-jayanya membuat kedua orang itu "buta". Keduanya jadi tidak lagi menunjukkan bahwa mereka orang tua Renza hanya karena takut karir mereka turun.

Usianya memang masih kecil, tetapi Renza tidak bodoh untuk memahami situasi yang terjadi. Sakit sekali mendengar pengaduan Juan yang diledeki setiap Dion pulang bekerja. Setiap kali Juan mengadu, Dion pasti langsung memarahi Renza. Padahal Renza juga tidak ingin mereka dipermalukan seperti ini.

"Saya kan sudah bilang sama kamu, bawa bekal dari rumah. Tidak perlu pergi ke kantin, itu membuat Kakakmu terus-terusan di ejek!" Suara Dion memenuhi ruang keluarga. Setiap kalimat itu berhasil masuk hingga menembus jantung Renza.

Entah sejak kapan Dion mengganti kata "ayah" menjadi kata "saya" setiap berbicara pada Renza. Dion juga menjadi dingin, tidak seperti dulu yang selalu ramah dan penuh kasih sayang.

Apa itu karena semua orang sudah tahu bahwa dirinya adalah anaknya?

Atau lebih tepatnya karena semua orang tahu bahwa anak cacat ini adalah putra dari seorang Dion si konglomerat sejati yang tiada kekurangan dalam hidupnya?

Dear Renza [TERBIT]Where stories live. Discover now