30 - Acara Penting

4.3K 733 25
                                    

Dua tahun telah Renza lalui dengan cepat dan lebih dari itu dia tak tinggal lagi di rumah mewah milik Dion. Hari demi hari Renza jalani dengan penuh semangat. Dari pagi hingga siang dirinya belajar di kampus meskipun tak jarang teman-temannya membuli secara diam-diam. Siang hingga malam ia harus bekerja hingga mengorbankan waktu istirahatnya, karena sering kali ada tugas yang membuatnya begadang.

Bisa saja untuknya kembali kepada Dion karena pria itu sudah beberapa kali menemui Renza di restoran untuk sekedar meminta Renza kembali ke rumah. Tapi Renza selalu menolak ajakkan Dion, dia hanya bilang ingin mencoba hidup mandiri.

Renza juga ingin berkumpul lagi dengan mereka, ingin sekali. Tapi, dia selalu ingat bahwa kehadirannya di tengah-tengah keluarga itu pernah menjadi beban. Juan pasti juga tidak senang jika dia kembali ke sana, dirinya tak ingin menghancurkan kebahagiaan Juan sebagai anak tunggal.

Hubungannya dengan Zoya baik-baik saja walau sering kali teman-temannya mengatakan bahwa dirinya yang tak sempurna ini tidak pantas bersanding dengan perempuan cantik, cerdas, nan kaya raya. Mereka bilang bahwa Zoya seharusnya berpacaran dengan Juan, pria yang juga memiliki segalanya.

Namun, Zoya dan Renza tidak terlalu memikirkan ucapan orang lain yang tidak mendukung hubungan mereka. Mereka memilih diam dan menutup telinga seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Zoya selama ini sudah sangat nyaman dan bahagia menjalani hari bersama Renza. Ia sudah dicintai dengan sangat tulus oleh seorang pria luar biasa.

Semakin langgengnya hubungan dua sejoli itu, semakin terpupuklah rasa cemburu dan kekesalan di hati Juan terhadap adiknya. Ia memang tidak pernah terlihat menyakiti Renza, tapi dia menjadi dalang teman-teman yang membuli Renza.

Entah sejak kapan itu terjadi, tapi satu bulan setelah Renza masuk kuliah ada saja yang menjahili atau menyakitinya dan itu selalu membawa nama Zoya. Itu semua akan lebih parah jika Juan telah melihat kemesraan antara Zoya dengan dirinya. Singkatnya, Juan melampiaskan rasa cemburunya dengan menyakiti Renza.

Tapi inilah Renza yang selalu diam jika disakiti, tak ingin melawan atau membalas. Dia hanya akan menghindar semampunya saja. Kadang sikapnya yang terlihat pasrah itu membuat Zoya dan Haidar kesal sendiri. Haidar bahkan sampai mengajarinya bela diri untuk setidaknya menepis atau melawan sedikit jika disakiti, tapi Renza tidak pernah menerapkannya.

Renza bilang dia tidak suka kekerasan, makanya dia tidak ingin bersikap keras pada orang lain. Dia bilang jika orang lain keras kepada kita, maka kita harus menghadapinya dengan lembut. Jika kita menghadapinya dengan keras maka keduanya akan sama-sama sakit.

Renza selalu percaya apapun kejadian yang ia alami pasti akan membentuk rangkaian proses yang menciptakan ujung takdir. Kejadian yang menimpa kita itu sifatnya netral, positif atau negatifnya itu tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Renza juga selalu memandang keluarganya seperti pantai berombak dengan batu karang.

Pantai yang begitu terlihat indah karena adanya batu karang, apakah batu karang itu langsung ada dengan bentuk unik begitu saja? Tentu tidak. Ada ombak yang terus menabraknya, kadang juga ada hujan yang menimpanya. Batu karang itu lama-kelamaan akan terkikis dan bentuknya menjadi beraneka ragam. Ragamnya batu karang memperindah cantiknya pantai.

Intinya, kita cuma perlu sabar dan terus berbuat baik agar keindahan itu muncul dengan sendirinya.

“Tapi kalo Lo selalu diem yang ada nantinya Lo sendiri yang akan hancur, Ren.” Ucap Haidar setelah menyesap kopi hitamnya.

“Gue nggak akan hancur hanya karena mengalah. Tapi Gue akan hancur kalau Gue berusaha untuk menang dengan cara menghancurkan orang lain.” Balas Renza kemudian pria itu tersenyum.

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang