29 - Yah, Renza Rindu

4.7K 789 38
                                    

Di siang yang terik dua pria keluar dari sebuah restoran dengan wajah gembira. Keduanya berjalan menuju sebuah toko untuk membeli air mineral. Renza menyandarkan punggungnya di kursi setelah beberapa kali meneguk minumannya.

“Bersyukur banget Gue, akhirnya Lo dapat kerjaan juga setelah dua minggu muter-muter nyari lowongan.” Ucap Haidar.

Thanks ya, udah nemenin Gue panas-panasan juga.” Balas Renza sambil menepuk-nepuk punggung Haidar.

“Sanss. Oiya, nanti sore jadi pindah beneran nih? Gue nggak ada temen tidur lagi nih?”

“Iya lah. Gak enak ati Gue numpang lama-lama di rumah Lo. Lagian kosan Gue kan nggak jauh dari kampus, Lo bisa mampir kapan pun.” Jawab Renza sambil menarik turunkan alisnya. Haidar mengangguk-anggukkan kepala lalu mengajak sahabatnya untuk segera pulang.

Setelah kemarin mendapatkan kos-kosan tanpa uang muka, sekarang Renza sudah mendapat pekerjaan di sebuah restoran yang cukup terkenal di tengah kota. Ia akan bekerja mulai besok setiap pukul dua siang hingga pukul sembilan malam. Paginya jelas akan ia gunakan untuk pergi ke kampus karena kabar baik lainnya adalah Renza berhasil masuk ke universitas yang dia inginkan.

Renza tidak bisa mendapatkan beasiswa, itu dikarenakan ia tercatat sebagai anak dari orang yang berada. Hal itu membuat Renza harus menggunakan sedikit tabungannya untuk biaya kuliah. Tak hanya Renza, Haidar juga lolos dan berhasil mendapatkan beasiswa. Mereka kuliah di kampus yang sama, itu sungguh melegakan.

Namun ada satu kabar lagi, ah Renza tidak tahu harus menyebut ini baik atau buruk. Tapi yang jelas Juan dan dirinya disatukan dalam kelas yang sama. Menjadi kabar buruk jika sang kakak akan merasa malu satu kelas dengan adik yang cacat. Kabar baiknya itu berarti Renza bisa melihat kakak setiap hari.

Sesampainya di rumah pria itu segera mengemasi pakaiannya. Pria itu seperti mencari-cari sesuatu hingga mengeluarkan semua pakaian bersih di keranjang yang belum Haidar lipat.

“WAH MAEN-MAEN. BERESIN NGGAK!” Seru Haidar saat melihat Renza membuat kamarnya berantakan. Renza tak merespon.

“Nyari apaan, Ren? Ini?” Tanya Haidar seraya mengangkat kain jarik yang sudah ia lipat rapih.

“Nahhh, siniin!” Ucap Renza melangkah ke arah pria yang sudah menyembunyikan barang itu di balik punggung.

“Nggak-nggak, apaan. Ini punya gue, jadi kalau lo mau pake jarik ini ya lo harus nginep di sini,” sergah Haidar.

“HAIDAR..RENZA...CEPETAN KEBURU HUJAN LOH!” Itu bapak yang sedang menyiapkan motor untuk Haidar mengantar Renza ke kosan.

“IYA PAK, SEBENTAR..” Teriak Haidar lantas memasukkan kain jariknya ke lemari dan meraih tas yang akan Renza bawa pergi.

Setelah berpamitan pada bapak dan ibu, keduanya langsung menuju ke kosan baru Renza. Sesampainya di kosan, Renza segera menata barang-barang dan pakaiannya di lemari. Haidar masih menemaninya bahkan sampai malam hari dia baru pulang.

Kos Renza ini cukup dekat dengan kampus, hanya berjalan lima menit saja sudah sampai. Pemilik kos juga sangat ramah pada Renza, bahkan mengizinkan Renza untuk mencicil uang sewanya jika dirasa belum memiliki uang.

Tak ingin bangun kesiangan di hari terakhirnya ospek, pria itu lantas menyetel alarm di ponsel dan beranjak untuk tidur.

Tak ingin bangun kesiangan di hari terakhirnya ospek, pria itu lantas menyetel alarm di ponsel dan beranjak untuk tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang