28 - Seleksi

4.5K 773 48
                                    

Dua hari lagi tes ujian masuk universitas Renza dilaksanakan, pria itu sudah mempersiapkan dengan maksimal. Ia juga sering kali mengajak Haidar begadang untuk belajar bersama, Haidar juga sedang memperjuangkan beasiswa.

Sudah berminggu-minggu Renza di rumah ini, meski merasa tidak enak hati tapi inilah yang diinginkan bapak dan ibu. Mereka baru akan mengizinkan Renza mencari kos-kosan jika hasil seleksi sudah keluar. Setidaknya agar Renza bisa fokus belajar tanpa memikirkan banyak hal.

Saat ini dirinya sedang bersantai sambil mendengarkan Haidar bermain gitar di teras. Ditemani dengan gorengan panas bikinan ibu dan cerita masa kecil bapak--lagi. Renza tidak pernah bosan mendengar cerita dari bapak meskipun cerita itu selalu di ulang-ulang. Renza bahkan sering meminta ibu untuk curhat mengenai sinetron yang sedang beliau ikuti.

Renza suka karena dia tidak pernah di ajak mengobrol oleh ayah dan mama selama di rumah.

"Ciailah ada tamu. Nyari capa nichhh." Ucap Haidar saat seorang perempuan tiba-tiba berkunjung ke rumahnya.

"Apaan sih, Dar. Eh, Bapak..hehe." Si gadis memukul pelan lengan Haidar kemudian menyalami tangan bapak. Setelah itu bapak masuk, membiarkan ketiga remaja itu mengobrol.

"Wah kalo kelamaan di sini bisa jadi siluman nyamuk nih Gue. Tapi, mana ada ya nyamuk ganteng WUAHAHAHHA!" Sela Haidar di tengah keheningan Zoya dan Renza yang menunggu bapak benar-benar masuk.

"Apa sih Lo, Dar. Sana-sana." Renza mendorong masuk tubuh Haidar, pria itu kemudian terkekeh.

"Lagi nggak ngapa-ngapain kan? Ikut aku bentar yuk!"

"Kemana? Aku pamit dulu deh sama Bapak. Bentar."

Setelah berpamitan mereka berjalan menuju tempat yang Zoya maksud. Tidak lama, hanya sekitar sepuluh menit saja mereka sudah sampai di sebuah danau yang cukup luas di ujung desa. Renza nampak sedikit terkejut, ia baru tahu ada danau di sekitar sini.

Gadis itu duduk di sebuah batang kayu yang tumbang, memandang Renza yang tengah menikmati semilir angin di tepi danau. Udara di sini sangat sejuk, tempatnya bersih, dan sangat nyaman untuk menikmati sore yang cerah.

"Kok kamu bisa tau tempat ini sih?" Tanya Renza seraya mendekati si gadis.

"Zoyaaa." Ucapnya. Renza terkekeh seraya mengacak kecil rambut Zoya.

Keduanya lalu diam karena terhanyut oleh segarnya angin sore yang berembus menerpa wajah. Tanpa Renza ketahui perempuan di sampingnya sedang memperhatikan dirinya.

"Renza.." Lirihnya yang mampu di dengar oleh telinga sang pemilik nama. Pria itu lalu menoleh ke arah sumber suara.

""Hm? Kenapa?"

"Kamu masih menyembunyikan sesuatu dariku. Banyak. Bahkan alasan kamu tinggal di rumah Haidar masih belum bisa aku terima. Aku nggak minta kamu ceritakan secara detail, tapi aku ingin kamu selalu jujur sama aku." Ucap perempuan bermata legam itu sambil memegang tangan si pria.

"Renza..aku nggak mau kamu nanggung rasa sakit itu sendirian." Lanjut Zoya.

Renza terdiam menatap mata teduh Zoya, tangannya lantas saling menggenggam. Pria itu tersenyum dengan senyum tulus yang menyakitkan.

"Makasih ya, Zoy. Aku akan ceritakan nanti ketika semuanya sudah lebih baik. Jangan tinggalin aku, ya?"

Gadisnya mengangguk lantas menyandarkan kepala di bahunya.

Gadisnya mengangguk lantas menyandarkan kepala di bahunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang