Kelahiran Sang Pewaris Tahta

2.3K 135 0
                                    

Musim dingin membawa kebahagiaan kepada jiwa-jiwa yang mengharapkan kedatangannya.

~👑~

Kisah ini berawal dari lahirnya seorang bayi perempuan yang dianugerahi rambut berwarna emas dan mata sehijau batu zamrud. Tidak ada yang lebih mulia dari sang pemilik mata hijau yang merupakan kaum bangsawan dari keluarga kerajaan. Namun, tidak ada yang bersuka-cita ketika bayi itu lahir. Tidak ada pesta, tidak ada hadiah, dan tidak ada upacara penyambutan sebagaimana lahirnya pewaris tahta.

Anak itu lahir dari seorang bangsawan dengan ayah yang bukan siapa-siapa. Bahkan ia lahir tanpa diketahui oleh siapapun. Kelak, nama "anak haram" akan menjadi nama tengahnya karena orangtuanya tidak pernah menikah.

"Stefan, dia juga anakmu!" seru Chalestane di sebuah gubuk kecil tempat biasa mereka bertemu.

Cuaca sedang tidak bagus waktu itu. Langit terus melancarkan serangannya tanpa ampun.

"Mana aku tahu dia anakku. Bisa saja dia anak orang lain yang menjadi korban kebohonganmu! " orang yang dipanggil Stefan balas berteriak.

"Tutup mulut kotormu itu! "

Malam ini sepasang kekasih itu seharusnya berbahagia. Tepatnya sembilan bulan yang lalu Chalestane mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung anaknya. Stefan senang bukan main. Ia berencana menikahi Chalestane namun perempuan itu menolak dengan halus.

Dengan hadirnya segumpal nyawa di rahimnya, harusnya bentuk pertanggungjawaban Stefan adalah hal yang membahagiakan. "Aku akan menjelaskan sesuatu kepadamu ketika anak kita lahir." ucap Chalestane waktu itu.

Dan malam ini adalah malam pengakuannya.

Ia mengungkap jati dirinya yang merupakan seorang Ratu dari negeri seberang. Seorang Ratu Agung yang memimpin para Raja di kerajaan sekitar, Ratu yang dihormati semua bangsawan, mempimpin rakyat dan menguasai negara. Stefan nyaris mati berdiri mengetahui bahwa gadis periang yang diam-diam berkencan dengannya adalah orang nomor satu di Walterlish. Pria itu merasa dibodohi, ia juga merasa menjadi sangat kecil. Dirinya hanyalah pemimpin klan biasa yang tidak ada apa-apanya jika disandingkan dengan seorang Ratu.

Itulah sebabnya ia mengeluarkan kalimat hina yang mengatakan bahwa anak di dalam dekapan perempuan cantik itu bukan anaknya. Setelahnya ia merasa sakit hati oleh perkataannya yang bahkan terlalu pahit untuk ditelan sendiri.

"Kenapa kau tak membawanya ke istana? Dia bisa mendapatkan perawatan serta pendidikan yang bagus. Bukan di tempat terpencil ini."

Chalestane mengeluh, ia tidak tahu harus mulai dari mana. Ia mendongak dan menatap mata Stefan.

"Kerajaan sedang dalam keadaan genting. Anak kita bisa terbunuh jika adikku tahu kalau aku telah memiliki keturunan. Dia menaruh obsesi besar terhadap tahta,  Stefan. Lebih lagi ia memiliki seorang putra, orang yang lebih pantas menduduki tahta dibanding anak kita yang perempuan," jelas Chalestane.

Stefan tampak stres dan tertekan. Ia memijat pelipisnya kuat-kuat, berharap semua hal tidak masuk akal ini hanyalah mimpi buruk. Tatapannya beralih ke dua laki-laki berbaju megah yang sedang duduk diam di atas kuda bersayap. Orang-orang itu tak jauh lebih baik. Mereka juga terkejut sekaligus kebingungan mendengar hal ini. Dalam benak masing-masing, mereka yakin Ratu mereka sudah tidak waras.

Memiliki anak diluar nikah adalah skandal besar. Sekalipun dia seorang Ratu hal itu tidak terhindarkan. Para bangsawan akan menjadikannya bahan gunjingan di setiap acara minum teh. Tentu saja mereka membicarakannya diam-diam. Lalu rakyat jelata akan merasa dipecundangi dan mulai menurunkan rasa hormat mereka, menyamakan derajat Sang Ratu dengan pelacur di tempat prostitusi.

Queen Chronicles Where stories live. Discover now