Bab 3. Ini karma

681 50 0
                                    

Tangan kiri Azkar, bergerak mengambil ponselnya dari tangan Gio. Setelah mendapatkannya, ia memasukan kembali ponsel itu ke dalam saku depan celananya.

Gio yang belum memalingkan pandang dari Azkar mulai menduga-duga.
"Azkar ... jangan bilang, Zahra bun*h diri karena hamil dan lo nggak mau tanggung jawab?" tanya Gio pada Azkar. Tepat sekali.

Azkar tidak langsung menjawab, dia terdiam sebentar memandang ke depan hanya untuk berpikir untuk menjawab. Di sisi itu, karena Azkar diam dan tidak menyangkal Gio tahu. Dugaannya benar. Di detik berikutnya Azkar menoleh ke arah Gio.
"Iya, gue nggak bisa tanggung jawab.
Lo sendiri tau, gue udah tunangan sama Cinta. Dan gue cinta sama dia, meskipun tunangan ini itu awalnya perjodohan orang tua gue dan orang tua Cinta."

"Dan lo juga tau, kalo Zahra itu adalah selingkuhan gue. Gue nggak bener-bener cinta sama dia, Zahra itu cuma buat main-main."

Tanpa perasaan, ia mengatakan semua itu pada Gio. Dia adalah cowok fuckboy, yang secara tidak langsung sudah membun*uh Zahra. Membu*uh perasaannya, membu*nuh hatinya. Penyebab Zahra melakukan hal nekat kemarin.

Bukan hanya Zahra saja, ia juga sudah menyakiti hati banyak perempuan.
Sudah tak terhitung perempuan yang telah Azkar dekati dan pakai, setelah dia bosan. Maka mereka semua ditinggalkan tanpa alasan yang jelas. Akan tetapi, baru kali ini dia membuat sampai ada yang hamil.

Gio menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak menyangka jika ketua Algazeronya itu bisa seperti itu.

Meskipun, semua anggota AZR termasuk dirinya juga baji*ngan. Namun, prinsip mereka adalah menjunjung tinggi sebuah tanggung jawab dan Azkar telah melanggar prinsip mereka.
Jujur. Gio sangat kecewa.

"Azkar, gue nggak nyangka," kata Gio.

Azkar tidak menjawab, dia memilih tidak menjawab sebab ia tahu perasaan Gio. Pedal gas diinjaknya. Mereka pulang, ke apartement.

Apa yang harus ia jawab pada Gio? Kata maaf? Azkar tahu, wakilnya itu pasti marah, kecewa padanya. Dia juga tidak menginginkan ini terjadi, tetapi perasaan cintanya pada tunangannya yang bernama Cinta jauh lebih besar. Daripada harus mengorbakan hidupnya, untuk bertanggung jawab pada Zahra

Dia tidak mau kehilangan Cinta.

Saat menyetir, sebenarnya Azkar masih gelisah dengan sumpah Zahra.

Dia takut, jika sumpah itu akan menjadi karma baginya. Selain itu, sebenarnya ia sedang menahan malu pada Gio dengan mengandalkan sikap cuek agar tidak terlalu memalukan. Padahal, dia tahu betul mau sampai dia menutupi wajah dengan lap atau keset saja. Malunya itu tetap menonjol.

Gio sesekali melirik ke arah Azkar, setelah itu ia akan melihat ke depan lagi. Bukan hanya Azkar yang menahan rasa, tapi juga Gio. Dia hanya tidak tahu bagaimana cara meluapkan emosinya pada Azkar. Sejauh ini, dia dan Azkar belum pernah melayangkan bogem pada bagian tubuh sesama anggota.

Terlebih, tampaknya, pemuda itu sedikit mulai curiga. 'Ada sesuatu yang disembunyiin Azkar,' batin Gio.

****

Azkar dan Gio keluar dari mobil.

Mendapati Gio yang tetap berdiri di sisi mobilnya, dan terlihat membiarkannya berjalan lebih dulu tanpa ada niat mengikuti. Azkar menoleh. "Lo nggak masuk?" tanya Azkar.

"Enggak, gue mau langsung cabut aja," jawab Gio. Padahal, tadi saat dia menemukan Azkar pingsan di kamar mandi. Jelas-jelas, dia berteriak ingin menumpang wifi.

"Oooh." Azkar mengangguk.

"Kalo gitu, gue masuk dulu," pamit Azkar. Membiarkan, kendati sebenarnya ia tahu kenapa Gio bersikap demikian.

HKKP (Hamil Karena Kutukan Pacar)Where stories live. Discover now