Bab 22. Wawa dan Zero

255 30 2
                                    


Ruangan itu, yang seharusnya menjadi tempat tidur. Kini menjadi titik kumpul udara.

Sosok wanita, memakai baju sweater putih. Putih yang tidak lagi putih karena noda dar4h telah mengubah warna baju itu menjadi coklat, hitam dan merah.

Baju yang terakhir kali ia kenakan saat hidup, dan baju itu juga yang dia pakai saat mati.

Melayang di atas lantai, dikelilingi udara yang berputar mengelilinginya.

Rambutnya yang panjang, berkibar-kibar layaknya menyelam di dalam air.

Wajah putih dan pucat, sangat pucat. Mata melotot dengan kantung mata hitam.

"Zahra," ucap Wawa. Sorot matanya menatap lurus ke arah Zahra yang masih melayang, dia tidak percaya.
Ternyata, apa yang dikatakan Azkar soal Zahra itu adalah nyata.

Kedua tangannya bertumpu pada pintu di belakangnya, perlahan Wawa bangun dan terus menatap Zero.

'Zero ... gimana caranya, gue harus dapetin Zero lagi,' gumam Wawa dalam hati.

"Gue nggak peduli, lo siapa. Atau lo emang bener Zahra, tapi yang gue peduliin sekarang itu ... Zero," ujarnya, tanpa rasa takut jika sewaktu-waktu Zahra melemparnya lagi.

"Jadi, siniin Zero ... dia anak Azkar," kata Wawa. Padahal, dia tahu jika Zahra itu adalah ibu dari Zero.
Tetapi, sekarang Zahra bukanlah manusia.

Mata Zahra semakin melebar setelah Wawa mengucapkan itu, dia melayang mundur mendekati jendela yang terbuka lebar.

Wawa semakin panik dan geram, ia pikir Zahra akan membawa Zero pergi.

"Lo jangan berani-berani bawa Zero kabur, ya!" ancam Wawa. Sembari berkata, dia juga berjalan maju mendekati Zahra.

Zahra kini sudah berada di luar, ia terbang mengapung di udara.

Kamar apartement Azkar kini berada di lantai 4. Zahra melayang di atas ketinggian 16 meter dari tanah.

Pikiran Wawa sudah kacau, jantungnya berdetak tak karuan.
Ia takut, tapi bukan takut pada Zahra melainkan takut dengan apa yang akan Zahra lakukan.

Wawa hanya khawatir, jika Zahra akan pergi membawa Zero menghilang bersamanya.

Jika itu benar terjadi, dia tidak bisa membayangkan wajah teman-temannya yang akan menyalahkan Wawa sepenuhnya. Dan terlebih, Azkar.

"Tolong! Tolong balikin Zero," kata Wawa menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Memohon sangat, jika Zahra akan mendengarkan ucapannya.

Tetapi ....

Zahra justru tertawa menyeringai, Wawa mendelik melihat senyuman iblis itu. Apa maksud seringai di mulutnya.

Tanpa Wawa duga. Mata Zero melebar, selebar-lebarnya.

"NGGAK! ZEROOO!"

Wawa berlari ke jendela ia berhasil meraih kaki Zero. Tepat beberapa detik ketika Zahra menjatuhkan Zero dengan sengaja. Entah apa tujuan dia melakukan itu.

Wawa berjongkok di ambang jendela, tangan kirinya berpegangan pada samping jendela itu. Dan satu tangan kanannya, terus bertahan menggenggam kaki kiri Zero.

Anak itu yang mulanya sedang tertidur lelap, begitu Zahra menjatuhkannya dan Wawa memegangi kaki Zero.
Membuat bayi itu bergelantungan terbalik di sisi gedung.

Karena hal tersebut juga, Zero terbangun karena kaget. Bayi itu menangis keras.
Sedangkan Wawa masih mempertahankan posisinya.

"Hah! Hah ...." Napas cowok itu tersenggal-senggal karena menahan ketakutan akan kehilangan Zero.

HKKP (Hamil Karena Kutukan Pacar)Where stories live. Discover now