Bab 37. Gugurkan

253 11 1
                                    

"Namanya siapa?" tanya Wawa.

"Nia," jawab gadis itu di sisi Gio.

Gio yang berada di tengah, masih tetap diam dan menunduk. Dia tidak berniat mengangkat wajah dan melihat ke arah Nia.

Tetapi, Wawa melihat. Meskipun Nia sedang ia ajak bicara. Pandangan mata gadis itu, sesekali melirik ke arah Gio.

Mobil Azkar berhenti di depan sebuah rumah, rumah biasa dengan lampu putih yang menerangi bagian depan terasnya.

Azkar, Aldy, Wawa dan Gio juga Nia. Keluar dari dalam mobil berurutan. Mereka berdiri di sisi mobil, dan memandangi rumah tersebut. Nampak hening, sepi.

"Rumah lo?" tanya Aldy, pada Nia memastikan. Lalu, Nia mengangguk.

"Kok sepi, orang tua lo ke mana?" Wawa bertanya.

"Gue tinggal sendirian," jawab Nia.

Mendengar jawaban Nia, jika ia tinggal sendirian. Azkar dan yang lain sontak langsung menoleh dengan kompak ke arah Nia. Memandang bingung, gadis remaja seperti Nia tinggal sendiri?

Setelah beberapa saat berada di luar, Nia pun mengajak Azkar dan yang lain untuk masuk ke dalam rumah. "Mampir dulu, yuk."

Namun, karena sudah terlalu malam dan pastinya Jihan yang mengasuh Zero di apartment sedang menunggu kepulangan mereka semua. Akhirnya, Azkar menolak untuk mampir.

"Maaf, kita nggak bisa mampir. Udah terlalu malem," jawab Azkar, lalu yang lain pun mengangguk setuju.

Nia yang tawarannya ditolak, tidak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk paham.

"Kalo gitu, kita semua balik dulu," pamit Azkar. "Lo ... beneran nggak pa-pa?"

"Nggak pa-pa makasih, ya. Udah nganterin."

Azkar memperhatikan Nia, gadis itu mengaku korban tabrak lari. Dan Azkar pun percaya, dari lutut, sikut dan punggung jari tangan yang lecet juga sedikit berdarah.

Hanya saja, yang membuat Azkar merasa aneh. Nia menolak untuk dibawa ke klinik untuk sekedar mengobati lukanya.

Juga, gadis itu tampak tidak terlihat kesakitan dengan luka di tubuhnya.

Sebenarnya, bukan hanya Azkar yang merasa heran. Aldy, Wawa dan Gio pun sama.

Nia yang ditatap dan diperhatikan oleh keempat pemuda itu, tidak merasa grogi ataupun apa. Dia justru balik menatap, seolah meyakinkan mereka bahwa dirinya baik-baik saja.

Azkar dan yang lain masuk ke dalam mobil, lalu pergi meninggalkan Nia yang masih berdiri sendirian di depan rumah.

Di perjalanan pulang, Wawa bertanya pada Azkar. "Kar, kok tadi lo malah langsung bawa dia pulang. Kenapa nggak di bawa ke klinik buat diobatin dulu?"

Aldy pun menoleh ke arah Azkar, menunggu jawaban dari pemuda itu. Karena, pertanyaan yang Wawa lontarkan itu mewakili kepenasarannya.

Sembari fokus menyetir, Azkar menjawab.
"Gue tadi udah ngajak dan nawarin. Tapi dianya nolak, dan minta buat dianter pulang aja."

Kembali pada Nia, di dalam rumahnya. Nia berjalan dari depan pintu, menutup rapat pintu dan melangkah menuju kamar mandi.

Dengan, dar4h yang keluar dari dalam bagian bawahnya mengalir ke kaki sampai membasahi lantai.

Dengan wajah pucat, Nia tidak peduli pada kondisi tubuhnya. Wajah datar, pandangan kosong lalu saat dirinya berada di dalam kamar mandi. Nia bergumam, "Akhirnya kita ketemu lagi."

****

Azkar dan lainnya masuk ke dalam apartement. Jihan pun yang duduk di sofa langsung berdiri menyambut mereka.

HKKP (Hamil Karena Kutukan Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang