Bab 12. Lo cowok apa cewek?

589 47 6
                                    

Matanya melirik lubang tusu*kan pisau di sofa, tepat di samping pinggangnya.

'Kalau Gio mleset, mungkin lubang itu harusnya ada di badan gue,' batinnya.

Kemudian, ia melihat ke depan.
Melihat tangan Gio yang masih menggenggam erat gagang pisau.
Setelah itu naik ke atas, terus dan berhenti pada mata.

Dia menatap mata Gio, mencari arti dari perkataannya yang baru saja Gio ucapkan. Jika, Gio tidak akan membunuh bayi yang tidak bersalah? Apa itu artinya dia menerimanya
kalau dia berbeda?

"Gue mau nanya satu hal ke lo," kata Gio tiba-tiba, menerobos kesunyiaan yang terjadi.

Azkar terdiam, menanti apa yang akan ditanyakan oleh Gio.

"Apa saat lo ke Apotik, dan lo beli testpack itu sebenarnya buat lo sendiri?" tanya Gio.

Azkar tidak langsung menjawab, dia yang mulanya menengadah menatap Gio kini menunduk melihat ke samping.
"Hem," jawab Azkar, mengiyakan.

Hening lagi, tidak ada suara.

Wawa dan Jihan yang tidak tahu cuma bisa diam menyimak.

Hal yang tak pernah terbayangkan oleh Jihan akan terjadi pada Azkar.
Membuat Jihan merasa sangat sedih dan patah hati.

Bagaimana hal itu tidak terjadi. Orang yang sangat disukainya dalam diam itu bisa hamil?

Padahal, seharusnya posisi itu berada pada Jihan. Dalam penampilan dan kebiasaan laki-lakinya, Jihan tetaplah perempuan.
Hatinya tetaplah hati perempuan, menyukai seorang lelaki itu Jihan tetap rasakan.

"Apa kemarin Cinta ngundang dokter pribadi buat lo, karena Cinta tau soal ini?" tanya Gio lagi.

"Hem," jawab Azkar masih tetap dalam posisinya.

"Dan lo di usir dari rumah karena ortu lo tau soal ini?"

"Hem."

Wawa dan Jihan terkejut, kala Gio mengatakan jika Azkar diusir dari rumah.

"Lo tau nggak apa yang gue pikirin?" tanya Gio pada Azkar.

Azkar menoleh ke arah Gio, dia adalah teman terbaiknya, teman terdekatnya. Azkar jelas tahu apa yang dirasakan Gio sekarang.

"Lo marah?" tebak Azkar.

"Iya, gue marah. Gue marah karena tau lo kaya gini, gue bingung. Gue nggak nyangka, lo bisa kaya gini ... sorry, lo cowok asli 'kan?"

Mata Azkar memicing, jujur ia tersinggung tetapi kembali lagi pada kenyataan dan keadaan. Dia tidak bisa marah, walau ia tahu Gio sengaja mengatakannya.

Azkar menurunkan pandangannya, entah apa yang ia tatap tapi dia tidak melihat ke arah Gio, Jihan ataupun Wawa.

"Sekarang kalian udah tau, kan? Gue aneh. Kalian boleh pergi tinggalin gue, gue tau semua pasti bakal kaya gini.
Emang bener, gue malu-maluin.
Sorry," kata Azkar sedikit menahan rasa luka dan tidak keterimaan dalam dada. Ia sungguh tidak terima berada di posisi ini sekarang.

"Lo emang malu-maluuin! Tapi ... gue pikir, temen sejati nggak akan ninggalin temennya saat ...." Gio berhenti, tidak melanjutkan kata-katanya. Entah kenapa, atau mungkin karena Gio menekan amarahnya dan tidak ingin menyinggung Azkar lebih dalam.

"Lo sebenernya cewek apa cowok, sih? Gue takut salah dari dulu nganggep temen terbaik gue cowok tapi lo bisa ...." Lagi-lagi Gio berhenti karena Azkar yang sejak tadi duduk di hadapannya. Menoleh secara cepat pada dia yang berdiri.

"Maksud lo ... lo nuduh gue ganti kelamin, hah?"

Gio memejamkan matanya sedetik lebih lama sembari mengembuskan napas panjang. Dia berbalik, dan memilih duduk di sisi kasur Azkar.
"Gue nggak tau apa yang udah terjadi sama lo, tapi ... gue bakal ikut rahasiain ini.
Soal yang lain bakal jauhin lo, dan ninggalin lo. Gue nggak peduli, gue pikir lo ngerti kalo hal itu terjadi sama mereka yang ngejauhin lo," tutur Gio.

HKKP (Hamil Karena Kutukan Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang