Bab 32. Anak siapa

266 20 0
                                    

Aldy melangkahkan kaki keluar dari taksi, dia menutup pintunya dengan satu tangan  lalu kembali merangkul Zero yang ia rangkul tanpa menggunakan kain gendong.

Dilihatnya, tempat kopi shop Azkar sangat banyak pelanggan. Wawa dan Jihan pun yang ia tahu, harusnya membagikan brosur di depan toko. Terlihat turun tangan membantunya memenuhi pesanan.

"Dedy!" seru Zero, saat melihat ke depan. Tepatnya ke dalam toko.

Meskipun ramai, Azkar masih bisa terlihat jelas dari pintu toko yang terbuka.

Aldy memilih diam terlebih dahulu di sana, dia tidak mungkin masuk di saat kondisi sedang ramai begitu.

Karena Zero terus memanggil-manggil Azkar, Aldy berbalik. Mengubah obyek pandangan Zero yang tadinya Azkar, menjadi kendaraan yang berlalu lalang di depan mereka.

Berdiri di pinggir jalan, menjadi sasaran empuk hempasan angin saat kendaraan lewat. Wawa melirik ke arah Zero, dalam sanggaan tangannya. Anak itu menggigit jari telunjuknya sendiri, sembari fokus melihat-lihat kendaraan yang lewat.

Entah apa yang sedang anak itu bayangkan, mungkin baginya kendaraan itu adalah sesuatu hal yang unik dan menarik.

Hempasan angin selalu mereka terima, membuat Wawa cemas jika anak ini sakit karena kedinginan.

Tanpa menurunkan Zero terlebih dahulu, Aldy melepas hodie yang ia pakai dengan lumayan susah. Mulanya, Aldy berusaha melepaskan hoddie bagian kiri lebih dulu, lalu setelahnya dia memindahkan Zero ke sanggaan tangan kiri dan mulai melepaskan hoddie yang tinggal sebelah lagi di bagian tubuh kanannya.

Setelah pakaian itu terlepas, Aldy langsung memberikan kehangatan pada Zero dengan cara melingkarkan bajunya. Menutupi badan anak kecil itu.

Sehingga, Aldy tidak akan takut Zero kedinginan. Karena hodienya dilepas, cowok itu hanya memakai kaos hitam polos lengan pendek biasa.

Aldy tidak banyak bicara, dia membiarkan Zero bergumam, menunjuk-nunjuk kendaraan yang lewat. Entah itu motor, mobil, bis, truk, angkot, taksi.
Zero menunjuk itu semua, seolah sedang berhitung.

Beberapa saat kemudian, Aldy iseng menoleh ke belakang. Tampaknya, ini saatnya dia masuk ke sana. Karena, terlihat Azkar tengah memainkan ponsel.
Dia sudah cukup santai. Ditambah, anaknya yang berada di gendongan Aldy seperti sudah mulai lapar.

Karena, sudah dari 10 menit yang lalu. Zero terus mengatakan. "Mimi."

Aldy berbalik, berjalan ke arah kopi shop dan masuk. Lonceng saat pintu di buka berbunyi nyaring.

Azkar yang mulanya menunduk, memainkan gawainya. Mengangkat kepala ke arah pintu.

"Aldy?" ucap Azkar, dia langsung memasukan ponsel ke dalam saku setelah melihat Aldy berjalan ke arahnya dengan menggedong Zero di depan tubuhnya.

"Lo ngapain bawa Zero ke sini malem-malem?" tanya Azkar, ia mengambil Zero dari tangan Aldy.

Aldy terdiam, dia tidak menjawab. Dia justru mengambil hodienya yang akan terjatuh ke lantai, saat Azkar mengambil Zero.

Aldy merogoh saku hodienya, mengambil botol susu. "Nih, buatin susu dulu. Dia dari tadi ngomong pengen mimi."

Azkar memberikan Zero kembali pada Aldy, karena dia harus mengisi air untuk susu Zero.

Jihan yang selesai mencuci gelas, keluar dari belakang. Ia melihat Aldy dan Zero, dan langsung menghampirinya.

"Sejak kapan lo ke sini? Pake bawa tuan muda segala," katanya, mencubit pelan pipi Zero.

Kemudian, Wawa juga menghampiri mereka sembari membawa nampan.
"Gio sendirian dong?" celetuknya pada Aldy, lalu Aldy menjawab. "Iya."

Azkar kembali membawa botol susu yang sudah terisi penuh, dia mengulurkan tangan dan mengambil Zero lagi dari tangan Aldy. Kemudian duduk di kursi yang ada di belakangnya, memangku Zero. Membiarkan anaknya meminum susu yang sudah dia buatkan.

HKKP (Hamil Karena Kutukan Pacar)Where stories live. Discover now