Bab 44. Seberapa banyak rahasia

107 11 13
                                    

Yona dan Aldy, berhasil mengambil boneka arwah milik Nia dan membakarnya.
Sehingga, Zahra yang ada di dalam tubuh Nia juga berhasil keluar. Namun sayang, Zahra tidak membiarkan usaha mereka berdua sepenuhnya berhasil. Dia menarik sukma Nia dan melemparnya ke dalam cermin. Sementara Zahra masuk lagi ke dalam tubuh Nia.

Nia yang kini tinggal di dalam cermin, tidak lagi tinggal di dalam boneka. Melihat Zahra yang menguasai raganya, sembari menangis Nia tak bisa melakukan apa-apa.

Zahra berteriak kasar pada Azkar, sembari berkata jika ia keluar dari pekerjaannya dan pergi begitu saja.

Setelah Nia menampar Azkar, gadis itu langsung pergi. Sementara Azkar, dan yang lainnya menatap dia dari belakang dengan pandangan aneh dan bingung.

Terutama Yona, dia jelas melihat perbedaan jauh antara Nia yang baru saja sadar dari pingsannya tiba-tiba. Perempuan itu bersikap sangat manis, dan lembut.

Namun, begitu ia kembali pingsan lalu sadar kembali. Sikapnya menjadi angkuh, dan kasar. Bahkan berani.

Yona semakin yakin, apa yang dikatakan Aldy tentang diri Nia yang sebenarnya bisa jadi ada di dalam boneka arwah sebelumnya.

Karena boneka itu kini sudah hangus, Yona menjadi bertanya-tanya. Di mana Nia yang asli sekarang?

Malam harinya, dari dalam kopi shop. Yona yang sedang menyapu sebelum tutup, tak sengaja menengok ke luar melalui jendela dan pintu kaca. Dari sana, dia melihat mobil hitam terparkir di sebrang jalan.
Dan tentu saja, Yona tahu itu mobil siapa.

Begitu toko tutup, Gadis itu berdiam diri sebentar menunggu Azkar, dan yang lainnya pergi. Barulah, ia menghampiri Cinta yang menunggu di dalam mobil sebrang sana.

"Lo mau gue anter?" tanya Aldy, duduk di atas motor besarnya sembari memakai helm. Akhir-akhir ini semenjak dia dan Aldy memutuskan mencari tahu, tentang Nia. Aldy selalu membawa motor sendiri.

Sementara Gio dan Wawa tetap ikut satu mobil dengan Azkar.

"Enggak, gue pulang sendiri aja. Ada perlu, soalnya," tolak Yona pada Aldy. Cowok itu mengangguk pelan, sembari bersedekap dada menunggu Azkar, Wawa dan Gio masuk ke dalam mobil.

Namun, tidak seperti biasanya.  Kali itu, Gio memutuskan pulang sendiri, dengan alasan akan langsung pulang.

"Gue nggak bisa ikut lo, ya. Gue mau langsung pulang ke rumah."

"Kenapa? Mau gue anter dulu sekalian?" tawar Azkar. Ia yang sudah membuka pintu mobil, berhenti sejenak untuk menyempatkan bicara dengan Gio.

"Nggak perlu, gue udah pesen grab," jawab Gio. Benar, tak butuh berapa lama. Mobil grab datang dan saat itu juga Gio langsung pamit pada yang lain, kemudian masuk lalu pergi.

Tinggallah Azkar, Wawa, Aldy dan Yona di sana. Azkar menatap Yona, gadis itu juga reflek membalas tatapan mata Azkar.

"Lo beneran pulang juga nggak mau di anter sama kita?" Azkar bertanya.

"Enggak ... enggak usah, serius. Gue ada urusan soalnya," jawab Yona.

Karena Yona menolak untuk diantar, Azkar pun tidak memaksa.

"Kalau gitu, kita pulang duluan," ucap Azkar, Yona tersenyum dan mengangguk.

Cowok itu masuk ke dalam mobil, disusul Wawa yang masuk melalui pintu lain dan duduk di depan bersama Azkar.

Mobil merah itu melaju, disusul oleh Aldy.
Saat Yona sudah pastikan mereka semua telah pergi, barulah Yona berjalan ke mobil Cinta di sebarang jalan.

Cinta menatap sinis saat Yona masuk ke dalam mobilnya. Kemudian tanpa mengatakan apa-apa, wanita cantik itu menginjak pedas gas meninggalkan tempat itu.

HKKP (Hamil Karena Kutukan Pacar)Where stories live. Discover now