Bab. 16

1.7K 161 25
                                    

Arkha baru saja menyelesaikan sesi golf paginya bersama Wisesa dan kakak iparnya, Sandy. Jam baru menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat golf car yang dinaiki mereka mengantar mereka ke restoran yang merupakan fasilitas dari padang golf mewah di kawasan Jakarta Utara itu. Seorang caddy mengucapkan terima kasih dan tersenyum padanya, yang dibalas anggukan kepala saja saat ia menuruni golf car lalu berjalan memasuki restoran.

Arkha memilih berjalan di belakang Wisesa dan Sandy yang terlibat obrolan seru. Bermain golf bersama memang menjadi agenda rutin Arkha bersama kakeknya itu. Arkha yang pada dasarnya analitis dalam berpikir selalu membuat Wisesa takjub dengan permainannya di lapangan golf. Arkha dengan mudah menguasai teknik-teknik bermain golf, ketepatannya dalam memukul bola juga benar-benar unggul.

Semalam, begitu tiba di apartemennya, Vina langsung menyerbu Arkha layaknya anak remaja yang ketahuan pacaran. Kakaknya itu menuduhnya yang tidak-tidak hanya karena bersama sekretarisnya sendiri sampai larut malam. Pagi tadi, Wisesa dan Sandy menjemput Arkha di apartemen untuk berangkat bersama ke lokasi padang golf ini. Sementara Vina kembali ke rumah saja, putrinya Aquella sedang tidak cukup sehat untuk diajak ke padang golf yang bersisian dengan pantai di utara Jakarta itu.

"Arkha, nanti ikut Kakek pulang ke rumah, kamu bisa pilih mobil untuk kamu pakai sementara. Kakek juga sudah hubungi Pak Rafi untuk mengurus pembelian mobil baru untuk kamu," ucap Wisesa begitu mendaratkan bokongnya di kursi.

Arkha yang baru menarik kursi untuk ia duduki, sontak menggelengkan kepala dengan pelan. "Tidak usah membeli baru, Kek. Mobil Arkha di Bandung, juga masih baru." Tangan Arkha bergerak mengambil sebotol air mineral yang masih baru dari meja.

Wisesa yang sudah tahu apa jawaban yang akan diberikan cucunya itu hanya mendesah pelan. Sementara Sandy yang duduk di sisi kiri Arkha tersenyum seraya menepuk pundak kiri adik iparnya itu. Sebagai cucu seorang pengusaha kelas atas, Arkha terlalu rendah hati dan tidak neko-neko. Dalam pekerjaan Arkha juga selalu sempurna, yang kurang hanya satu, pasangan. Pria dengan kaus navy dan celana hitam itu tidak pernah menjalin hubungan satu kalipun dalam hidupnya.

"Bagaimana, sudah dapat pacar di Jakarta?" tanya Sandy yang masih mendaratkan tangannya di punggung Arkha.

Arkha mendelik, bertepatan saat ia sedang menyesap air mineral dari botol di tangannya. "Kompak sekali A' Sandy ini sama Teh Vina," jawabnya sebal.

"Kau juga nanti akan kompak dengan istrimu kelak," jawab Sandy terkekeh.

"Bagaimana Deandita?" Arkha yang kembali meminum airnya kali ini dibuat tersedak hingga terbatuk-batuk atas pertanyaan yang dilontarkan Wisesa itu.

"Bagaimana apanya?" jawab Arkha setelah meredakan batuknya.

Kedua pria yang duduk di sisi kanan dan kirinya itu menampilkan senyum saja. Seraya memberikan lirikan penuh tuduhan pada Arkha. Seorang waitress datang menanyakan pesanan mereka untuk sarapan pagi ini.

"Kalau begitu bagaimana pertemuan dengan Pak Michael?" Wisesa mengganti pertanyaannya. Sementara itu Sandy sudah menyebutkan pesanan Wisesa dan Arkha seperti biasa.

"Lancar, Kek," jawab Arkha. "Pak Michael tertarik dengan gagasan pembangunan GWM 2."

"Ya, bagus kalau begitu. Lalu bagaimana kesan pertamamu dengan CPM. Kamu baru kali pertama datang kesana, kan?" tanya Wisesa menyebut nama Mal yang menjadi pesaing GWM itu.

Dita and The Boss✅| Lengkap Di KaryakarsaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu