Bab. 28

1.4K 190 15
                                    

Dita terbangun di pagi hari dengan perasaan yang nyaman, dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya saat ia dirundung rasa bersalah pada ibunya. Ia tertidur masih mengenakan pakaian yang sama dengan semalam. Selepas membaca pesan dari Arkha, ia diliputi rasa haru yang begitu kuat. Pasalnya, ia bahkan tak mengingat tanggal ulang tahunnya sendiri.

Semalam, sambil berbaring di tempat tidur ia terus membaca ulang pesan itu. Takut-takut, kalau ternyata yang terjadi hanyalah mimpi. Hingga tengah malam datang, masuk kembali pesan dari Rany yang memberi ucapan selamat ulang tahun, disertai doa dari Rany untuknya. Setelah beberapa hari ia merasa dirinya begitu payah, kini semangatnya seperti terisi kembali.

Pagi ini ia mendapati ponselnya dalam keadaan mati total, setelah ia bawa tidur dalam pelukannya semalaman. Mengambil pengisi daya dari dalam tas, Dita kemudian mengisi daya ponselnya di atas nakas. Dari sana Dita langsung membuka gorden di sisi tempat tidurnya. Pemandangan perbukitan dengan pohon-pohon yang tinggi, memanjakan matanya. Sedikit menurunkan pandangan, ia melihat suasana kolam renang umum resort, dan taman yang sangat luas. Dita sendiri baru menyadari kalau letak kamarnya memang ada di dataran yang lebih tinggi.

Dita baru akan membersihkan diri saat pesawat telepon di kamarnya berbunyi. Rupanya staf hotel yang memberi pesan kalau ia ditunggu oleh keluarga Arkha untuk sarapan bersama. Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan, Dita baru tersadar kalau ia bangun kesiangan. Ia mandi dan berpakaian dengan cepat, tidak ingin keluarga bosnya itu menunggu lama.

Ia menuruni tangga dari batu dengan terburu-buru, menuju ke area paling bawah resort di mana restoran berada. Saat berjalan melewati danau, seseorang memanggilnya, dari arah pendopo luas yang ada di paling ujung dari sisi danau. Dita tersenyum saat mendapati yang memanggilnya adalah Arkha.

"Pagi, Pak Arkha," sapa Dita.

"Pagi," balas Arkha lalu berdeham pelan.

Ditengah kecanggungan kedua manusia yang entah apa penyebabnya itu, seseorang datang menginterupsi. "Hai, Dita. Senang sekali akhirnya bertemu kamu," sapa seorang wanita cantik yang garis wajahnya mirip dengan Arkha. Dita tersenyum saja, meski dalam hati cukup terkejut dengan sikap wanita itu padanya.

"Ini kakak saya, Arshavina," ucap Arkha menghapus kebingungan Dita.

Dita meringis dalam hati, lalu mengulurkan tangannya pada wanita itu, "senang juga bertemu Bu Vina," balas Dita.

"Jangan panggil Ibu, panggil saya Teteh saja," kata Vina tampak ramah.

Baru Dita akan membuka suara, tapi fokus Vina teralih pada suara tangis putrinya yang digendong oleh suster yang baru datang.

"Dita, nanti setelah ambil menu sarapan kamu, langsung saja menyusul ke saung, ya," titah Vina kemudian.

Dita mengangguk, lalu mengikuti punggung kokoh Arkha yang berjalan menuju meja prasmanan panjang. Dita baru mengerti kalau pendopo ini tempat untuk mengambil makanan, dan mereka akan menyantapnya di saung yang berderet di pinggir danau.

"Ayo," ajak Arkha begitu Dita selesai mengisi piringnya.

"Maaf Pak, tapi ini nggak apa-apa kalau saya ikut bergabung makan dengan keluarga bapak?" tanya Dita yang merasa sungkan.

"Santai saja," jawab Arkha menenangkan. "Anggap saja kamu seperti sedang bekerja, mendampingi saya. Seperti biasanya."

Dita hanya sanggup mengangguk, sementara jantungnya berdebar hebat tidak karuan. Sampai di saung, Dita langsung menyapa suami Vina dan Pak Wisesa. Dita dipersilakan duduk oleh Vina, dilanjutkan dengan Arkha yang menarik bantalan untuk ia duduki. Dita hanya bisa menunduk menyembunyikan wajahnya yang tersipu karena tindakan Arkha barusan.

Dita and The Boss✅| Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang