Bab. 25

1.5K 193 25
                                    

Gestur kaku dan salah tingkah hanya berlangsung beberapa saat. Arkha mencairkan suasana dengan ikut bernyanyi saat band papan atas lainnya mulai memainkan lagu. Dengan posisi terkungkung di dalam tubuh Arkha, Dita merasa aman dan nyaman. Ia tetap menjadi dirinya sendiri, berjingkrak mengikuti irama lagu yang menghentak.

Tidak ada Arkha seorang Direktur Utama dan Dita sang sekretaris. Yang ada hanya sepasang manusia yang mencoba melepaskan penat di kepala mengikuti nyanyian. Hampir pukul satu malam, semua pengisi acara sudah tampil dalam konser musik itu. Seluruh penonton meninggalkan tempat itu dan menyemut memenuhi pintu keluar GWM. Arkha dan Dita ada di antara mereka, masih tetap bergandengan tangan karena khawatir terpisah ditengah keramaian orang banyak itu.

Sesampainya di lobi GWM sempat ada adegan Arkha yang memaksa mengantar Dita pulang. Sementara Dita yang sudah tidak sanggup lagi dengan sikap tak terduga dari Arkha padanya, merasa harus enyah dari hadapan pria itu saat itu juga. Beruntung Dita bertemu dua teman yang tinggal satu Kos dengannya, membuat ia memiliki alasan untuk pulang tanpa perlu diantar Arkha.

Sebenarnya Dita masih tak mengerti akan sikap aneh Arkha malam ini. Ya, meski tadi Dita juga sempat mengambil kesempatan, dengan menikmati kenyamanan yang Arkha berikan. Namun, tidak tahukah Arkha kalau tindakannya itu membuat Dita gelisah sendiri bahkan hingga sulit tidur? Tepatnya pukul tiga pagi Dita baru berhasil teridur, itupun harus terbangun di pukul empat akibat panggilan masuk berulang kali dari Rany.

Dari telepon Rany itu, Dita tahu kalau ibu mereka baru saja masuk rumah sakit dan harus dirawat inap. Rupanya penyakit asma Miranti kambuh, dan kali ini membuat wanita itu perlu mendapat perawatan intensif.

Matahari masih belum keluar dari peraduannya saat Dita menaiki taksi daring yang dipesannya untuk ke rumah sakit tempat ibunya dirawat. Setibanya Dita di rumah sakit yang yang hanya berjarak 1km dari rumahnya itu, Miranti sudah ada di kamar rawat dengan Pras yang menjaganya. Sementara itu Rany memang tidak ikut karena tidak mungkin mengajak Chava ke rumah sakit.

"Harus menunggu ibu sakit, baru kamu akan pulang, Dita?" Begitu sambutan Miranti setelah terbangun dari tidurnya dan melihat si sulung duduk di kursi samping brankarnya. Sementara itu sang menantu sudah pulang karena Dita menggantikannya.

"Ibu udah bangun!" seru Dita bahagia lalu bangkit dari duduknya. "Bagaimana keadaan ibu sekarang?"

Miranti beranjak untuk duduk, Dita dengan cekatan mengubah posisi brankar yang ditiduri ibunya itu. "Ibu nggak apa-apa. Adikmu saja yang berlebihan, meminta ibu menginap. Padahal hanya buang-buang uang saja."

"Kalau begitu nanti Dita tanya dokter ya, apa ibu sudah boleh pulang. Sekarang biar ibu istirahat di sini saja dulu." Dita mengusap lembut punggung tangan sang ibu.

"Rany mana?" tanya Miranti.

"Sedang dalam perjalanan ke sini, Bu," jawab Dita pendek. Entah mengapa ia merasa Miranti lebih membutuhkan adiknya itu.

"Sarapan dulu ya, Bu." Dita mengambil mangkuk bubur yang diberikan seorang suster tadi dari atas nakas.

Miranti menurut menerima suapan demi suapan hingga bubur ayam itu hampir habis. "Kamu sepertinya mengantuk sekali."

Dita tersentak karena komentar ibunya terdengar tiba-tiba sekali. Ia hanya mengangguk pelan lalu kembali menyuapi ibunya itu.

"Kamu tidak tidur semalam?" tanya Miranti lagi.

Dita and The Boss✅| Lengkap Di KaryakarsaWhere stories live. Discover now