Bingung

708 63 2
                                    

Langkah kaki menyusuri setiap jalan yang ada, sinar matahari yang begitu menyengat tak membuat ibu satu anak ini menyerah.

Dengan kedua tangan mengandeng sang kesayangan ia berjalan tanpa arah maupun tujuan.

Rasa sakit saat adiknya di hina di depan mata membuat ia terpaksa melakukan hal ini.

Pergi dari rumah yang telah merawat ketiganya dengan begitu tulus. Ia tahu seharusnya ia tetap menetap bukan malah lari dari masalah.

Namun mau bagaimana lagi ia belum siap mendengarkan hinaan yang akan di lontaran untuk sang adik.

" Buna Pum capek" ungkap sang anak dengan lesu.

" Sing juga lelah "

" Baiklah kita istirahat sebentar ya"

" Phi kenapa kita pelgi, jika papa atau kakek mencari kita bagaimana" sikap polos yang dimiliki sang adik inilah yang membuat ia harus nekat seperti sekarang.

" Tidak akan, phi sudah berbicara kepada nenek kalo kita akan pergi jadi sing tak perlu khawatir ya " mencoba memberikan pengertian agar sang adik tak bertanya lagi.

" Telus kita mau kemana Bun" pertanyaan yang sang anak lontarkan tak pernah sedikitpun terpikir dalam benaknya.

Bagaimana ini, rumah yang ia punya sudah di jual, meminta bantuan sang teman pun ia merasa tak enak,

Untung saja ia masih ada beberapa uang, mungkin cukup untuk membayar kontrakan.

" Apa kita akan pulang kelumah dulu phi".

" Tidak, kita cari rumah baru bagaimana, apa kalian mau " keduanya mengangguk senang.

Mereka kembali berjalan dengan sesekali Pum bersanda gurau dengan sang paman.

*****

Bangkok

Kota metropolitan dan pusat ibukota menjadi tujuan new saat ini, mungkin di sana ia akan memulai kehidupan baru bersama kedua kesayangannya ini.

Mencoba menghubungi beberapa kenalan untuk menanyakan apakah ada mereka memiliki info kontrakan dengan sewa murah.

Dan di sinilah, di depan sebuah rumah yang cukup untuk mereka bertiga tinggali.

Walau lingkungan yang agak kumuh, mau tak mau new terima sebab ia menyesuaikan dengan harga dan bajet yang ia punya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau lingkungan yang agak kumuh, mau tak mau new terima sebab ia menyesuaikan dengan harga dan bajet yang ia punya.

" Maaf ya mas tempatnya seperti ini" seorang wanita paruh baya sebut saja mba jenny pemilik kontrakan yang akan new tinggali.

" Ngga papa mba".

" Kalau begitu saya permisi dulu " selepas kepergian mba jenny new bersama kedua kesayangannya bergegas masuk .

" Ngga papa kan rumahnya kecil ?". Singto mengangguk lesu sebab ia sudah merasa lelah.

" Kalo begitu sing mandi ya, biar phi mandikan habis itu langsung istirahat" tak banyak protes singto mengikuti semua kemauan new.

Retak (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang