🍁I : Tugas Prakerin (a)🍁

743 63 31
                                    

•Uta•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Uta•

Salah satu tips yang kepala prakerin berikan kepadaku adalah tetap ramah kepada siapa pun dan selalu tersenyum. Jika kita ramah, maka penduduk planet yang kita kunjungi akan ramah pula kepada kita. Katanya, ini tips yang berlaku hampir di semua planet.

Aku masih memasang senyum, tapi orang di sekitarku tidak memasangnya. Bahkan, salah satu dari mereka ada yang siap melemparkan benda ke kami.

Apa ... tips itu tidak berlaku di planet ini?

"Tenang dulu. Lofi, turunkan bangkunya. Radit, tolong lakukan sesuatu sama Kakakmu, dia keliatannya mau muntah. Saga ... tolong jangan ikat tamu kita dengan tanaman rambat dan semacamnya," ucap cepat putri ras Api yang baru kukenal sepuluh menit yang lalu.

Partnerku—Sigma 181261—berkata, "kami datang dengan damai."

"Damai, ya?" lontar laki-laki yang paling kecil di antara kami, masih belum menurunkan benda yang dia angkat. "Apa robot mengerti kata 'damai'?"

"Robot?" lontar laki-laki paling tinggi dan terlihat muda dibanding laki-laki tertinggi lain yang memakai seragam serba putih. Matanya melebar ke arah kami. Kenapa begitu? "Tapi .... dia keliatan kayak orang."

Sigma melontarkan penjelasan secara rinci. "Damai, sinonim kata; tenang, rukun, tentram. Artinya aman, tidak ada pertikaian, tidak ada kerusuhan. Seperti kedatangan kami berdua."

"Sayang sekali, kami gak melihatnya demikian," balas laki-laki itu.

Putri ras Api berdiri di antara kami sembari mengeluarkan napas dengan kentara. "Kalian sungguh bakal ribut setelah apa yang kita alami pagi ini?" katanya.

Kulihat raut mereka agak melemas, tidak bertekuk kencang seperti tadi. Sigma pernah bilang soal penyebutan ekspresi ini beberapa waktu lalu. Kalau tidak salah ... 'pasrah? Atau 'lega'?

Aku belum paham perbedaannya.

Perempuan dengan surai abu-abu nyaris putih berkata, "Tuan Putri benar. Lagi pula, mereka belum memperkenalkan diri."

Mendengarnya bilang begitu, sepertinya aku dipersilakan memperkenalkan diri.

Aku menyatukan kedua telapak tangan di bawah dagu, menunjukkan salam dari planetku. "Aku H-21.20.1, dari planet K-c34. Dan ini partnerku, Sigma 181261 yang akan memanduku selama menjalani Prakerin di planet ini. Salam kenal, manusia planet K-a18."

Tidak ada balasan, tidak ada respons. Suasana sunyi senyap selama beberapa detik sampai seorang laki-laki dengan tinggi rata-rata berkata. "Beneran dari planet lain? Berarti bukan sekutu Karma, dong."

Aku mengedip. "Karma?"

Sigma menjelaskan. "Karma adalah hukum mutlak alam, sebab-akibat yang berlaku di semua planet dan semua kehidupan yang ada di dalamnya—"

"Baik, baik. Berhenti," ujar perempuan yang tubuhnya menyala. Ya, benar-benar menyala dengan samar. "Aku tidak mau dengar nama itu saat ini."

"Na, kamu gak apa-apa?" tanya laki-laki paling tinggi kedua.

Forestesia | Pribumi dan Penjajah [✓]Where stories live. Discover now