🍁II : Bumi Kedua dan Manusianya (b)🍁

116 28 10
                                    


•Anna•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Anna•

Kak Amma membelikan camilan manis bernama 'bonggol manis'. Kalau di Bumi, camilan ini mirip Dango dari Jepang. Sama-sama dibentuk bulat, ditusuk dan disajikan dengan sirop manis—di sini disiram dengan gula merah cair yang dimasak dengan jahe.

Kak Amma bercerita selagi kami melangkah kembali ke rumahku. "Ngomong-ngomong soal gibahan, semalam Ibunda cerita kalau dulu dia sama Yoku ngerebutin Ayahanda."

Aku tak bisa tidak melongo mendengarnya. "Y-yoku sama Ratu?"

Kakak bilang kalau Yoku adalah sahabat dekat Ratu dan dulu mereka menyukai orang yang sama, yaitu Raja Gard. Karena masing-masing memiliki ketertarikan yang kuat ke pria itu, akhirnya Paduka Raja membuat mereka duel satu lawan satu. Hasilnya, kita tau sendiri siapa yang akhirnya memiliki Raja.

Keningku mengerut. "Tapi, Ratu ngalahin Yoku ...." Gak kebayang. Ratu Iredale yang terlihat bak ibu peri itu tidak terlihat seperti orang yang bisa mengalahkan Yoku.

Mendadak sesuatu melintas di pikiranku. "Berarti nanti ada duel juga dong kalau ada yang mau menikah sama Kakak?"

Kak Amma bersedekap. "Kakak pilih sendiri siapa orangnya. Memang mereka pikir menjadi suami itu harus kuat saja?" tekannya angkuh.

Kerennya, putri ras Api.

Tebakan Kakak terbukti. Lofi menanyai kami segera setelah kami masuk ke rumah. "Kalian habis membicarakan apa? Kenapa mata Amara—"

"Laki-laki gak perlu tau," tegas Kak Amma, duduk di sebelah si tukang mesin. "Loh, Uta mana?"

"Sakit." Lofi tertawa mengejek. "Baru semalam di sini, sudah terpukul raganya."

Maza memperhatikan Kak Amma. Lalu, mendadak dia berkata, "semuanya baik-baik saja, Amara?"

"Y-ya, gak apa-apa ...," gumam Kakak.

Jangan bilang kalau dia bisa tau apa yang telah kami bicarakan?

"Maza betah di sini?" tanya Kakak balik. "Agaknya pertanyaan ini terlalu cepat ditanyakan berhubung kamu baru menjalani satu hari di Nascombe."

"Tempat ini indah." Cyborg itu menyisir pandangannya ke sekitar rumah—membuatku resah. "Banyak sekali hal yang berpotensi untuk menunjang kehidupan di planet kami."

Saga yang duduk di sebelahku mendadak berkata dengan semangat. "Denger, deh. Masa mereka gak makan nasi, sayur atau buah!"

"Tanah kami terlalu rusak, jadi tidak ada tumbuhan yang bisa ditanam. Bahkan, inti planet kami bisa mati kapan pun kalau pihak Insider lengah."

Dahiku bertaut dalam. Inti bumi yang bisa mati? Insider?

"Semakin di dengar, aku jadi semakin ingin ke sana," lontar Lofi yang menyimak dengan menangkup dagu.

Forestesia | Pribumi dan Penjajah [✓]Where stories live. Discover now