🍁VII : Wah, Tugas Bonus Bernilai Tinggi!🍁

96 24 3
                                    


•Uta•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Uta•

Lingkungan wilayah kekuasaan Iredale yang kami datangi di sore hari itu agak membuatku merasa ada di rumah. Walaupun bangunan putih mereka tidak bertingkat-tingkat, dan datarannya diselimuti rumput, tanah serta terdapat banyak aliran air.

Kami menemui Siren di depan bangunan putih bernama 'Kastel Putih' yang dikelilingi pepohonan dengan tinggi dan wujud yang sama, membentuk setengah lingkaran dari sisi kanan sampai ke sisi kiri bangunan tersebut. Aku dan Maza juga ke sini di saat kami datang pertama kali.

Surai Siren yang panjangnya pas sebahu itu kali ini berwarna pirang terang dan dia memakai seragam yang serupa denganku saat pertama kali datang ke planet ini, membuatnya terlihat lebih muda.

Setelah menemui Siren yang datang berdua dengan seorang perempuan Insider dari pusat informasi, Amara menuntun kami ke tempat lain yang dia sebut 'tempat berbincang'. Amara bilang tempatnya tidak jauh dari Kastel Putih.

"Sungai buatan, ya?" Maza melihat ke aliran air di saat kami berjalan bersisian ke tempat yang Amara maksud.

"Sungai?" ulangku.

"Aliran air tawar yang besar. Biasanya dibentuk oleh alam secara natural, di mana bakal ada banyak batuan dan makhluk hidup di dalamnya. Namun, aliran air ini dibuat manusia," jelasnya.

Mataku membulat. "Ada makhluk yang bisa hidup dalam air?"

Siren yang berjalan di depanku, di antara Amara dan perempuan Insider mendadak berkata, "daging ikan enak, loh. Apalagi dibakar."

Aku menatapnya dengan antusiasme. "Ikan bakar ...."

Kudengar suara tawa dari Amara selagi dia menatapku dari bahu. "Aku jadi ingin mengenalkan ikan bakar ke Uta. Ekspresimu terlalu imut."

"Uta? Anda memberinya nama?" tanya Siren.

"Bukan saya, tapi temannya yang memberinya nama."

Pembimbing prakerinku menoleh kaget. "Kamu sudah punya teman?"

Aku menghitung jari selagi mengucapkan nama mereka. "Ada Athyana, Radit, Saga, Rav, Lofi, dan Han. Selain Lofi, mereka manusia berkemampuan. Saga dan Rav bisa menumbuhkan banyak tumbuhan! Han sama seperti—"

"Perkembangan yang luar biasa," sela perempuan Insider di sebelah Siren.

Senyumku makin merekah.

Aku terdiam mendapati ruangan unik di arah yang kami tuju. Ruangan tertutup itu terbuat dari kaca berbingkai kayu, melengkung ke atas membentuk atap kubah. Di dalamnya, ada beberapa kursi kayu yang mengelilingi meja berbahan serupa. Ada orang di dalamnya, sedang bercengkerama sembari meneguk dan memakan sesuatu.

"Ini 'kedai kopi', ya?" tanya Siren, menatap ruang tertutup itu selagi kami melewatinya.

"Hmmm, mirip-mirip? Saya pribadi menyebutnya 'ruang teh', karena memang diperuntukkan untuk berkumpul dan berbincang santai," balas Putri Iredale.

Forestesia | Pribumi dan Penjajah [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang