🍁VI : Aku Adalah 'Bahaya' (a)🍁

100 24 6
                                    

•Anna•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Anna•

"Mengajar anak-anak di tempat les punya orang tua kamu?" tanyaku ke si peri.

Alis Saga bergerak ke atas dua kali. "Untuk menghabiskan waktu. Radit udah bangun? Kalau udah, ajak aja dia sekalian."

Setelah apa yang terjadi kemarin siang, aku tidak punya nyali untuk mengunjungi rumah pohon lain—selain rumah Lofi yang katanya lebih kokoh dari rumah lain.

Aku menggeleng singkat. "Aku gak bisa."

Raut senang laki-laki itu langsung surut. "Kamu khawatir? Kalau kemampuan kamu mendadak muncul lagi."

"Iya." Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Maka dari itu, aku harus lebih berhati-hati sekarang. "Lagi pun, Ayah bakal sering berada di rumah. Aku punya dua teman di rumah sekarang."

"Oooh, bagus, deh." Saga menatap ke dalam rumahku, senyum ramahnya mengembang sembari mengangguk singkat. "Pagi, Bu Lya.

"Masuk dulu, sini, Saga!" balas ramah Ibuku.

Laki-laki itu membalas, "makasih, Bu. Lain kali, deh. Hari ini Uta sama Maza lagi 'Prakerin' ke rumahku."

"Maksudnya?" bingungku.

"Mereka ingin belajar bersosialisasi, jadi Ayah sama Ibu mengajak mereka ke tempat les. Biar bisa belajar sambil bermain. Ide bagus, kan?"

Erm ... kalian mengajak Cyborg seram itu untuk meladeni anak-anak? Aku jadi sangat khawatir.

Seseorang naik ke tangga bambu menuju rumahku. Itu Letnan Kai. Dia memberi salam Iredale padaku yang kami balas serupa.

Kak Amma muncul juga. "Wah, pas banget. Pagi, Anna," sapanya sembari menapakkan kaki ke landasan dan melangkah mendekat bersama Letnan.

"Pagi, Kak. Tumben banget datang ke sini pagi-pagi."

Kakakku bertolak sebelah pinggang. "Kakak mau menanyakan 'izin pergi' Radit dan Saga ke orang tua masing-masing. Makanya, aku datang sebelum mereka pergi kerja."

"EH?" kagetku dan Saga.

Aku langsung menoleh ke dalam, melihat situasi dan kondisi. Adikku yang baru bangun sedang menyesap teh dengan mata terpejam. Ayah membantu Ibu mengambil bakul anyaman besar di rak dapur paling atas. Baiklah, suasana di sini agaknya cukup kondusif dan siap untuk menerima kedatangan dua orang penting dari Iredale.

Saga bergerak panik. "A-aku mau kasih tau Ibu dulu!" Dia langsung mengangkat tangan, meraih tanaman rambat kokoh dan berayun bak tarzan ke bawah. Dasar Peri barbar.

Kak Amma tertawa kecil menonton aksi sirkus Saga. "Radit sudah bertanya ke Ibu kalian soal niatnya untuk ikut misi, Na?"

Kujawab dengan pelan. "Sudah, sih ...."

"Kamu sendiri sudah bilang kalau kamu mesti pergi ke Bumi?"

Suaraku semakin memelan. "Belum ...."

Putri Iredale bersedekap. "Terus, gimana, dong?"

Forestesia | Pribumi dan Penjajah [✓]Where stories live. Discover now