03 || Mr. J dan Hujan Pembawa Rejeki

1.4K 203 25
                                    

JEMARI-jemari Kaluna bertaut gugup setelah ia mendudukkan diri di depan seorang Javier Alaric Zhico

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


JEMARI-jemari Kaluna bertaut gugup setelah ia mendudukkan diri di depan seorang Javier Alaric Zhico. Sekat di antara mereka hanyalah sebuah meja kerja yang ukurannya tidak seberapa. Tatapan Javier di pukul tujuh pagi lewat beberapa menit kala itu membuat tenggorokan Kaluna kering secara mendadak. Gadis itu tiba-tiba melupakan semua hapalannya.

"Khem!" Kaluna berdeham salah tingkah sembari menegakkan tubuh, berusaha tak acuh pada tatapan bola mata hitam Javier yang menghanyutkannya hingga ke dasar bumi.

"B-bapak bisa nggak ngeliatin sayanya biasa aja?" tanya Kaluna setenang mungkin walau nada suaranya sedikit bergetar. Siapa yang tidak gugup ditatap oleh dosen paling killer seantero kampus? Terlebih di ruangan ber-AC itu hanya ada mereka berdua. Bisa-bisa Kaluna dimutilasi jika melakukan kesalahan sedikit saja.

Satu alis tebal Javier terangkat, "kenapa? Salting?"

Dih! Kaluna membatin sinis.

"Bukan gitu, Pak. Tapi mahasiswa mana, sih, yang nggak gugup ditatap kayak gitu sama dosennya?"

Javier bersidekap. Laki-laki itu mirip seperti tokoh utama bergelar CEO dalam sebuah novel yang selalu semena-mena pada bawahannya.

"Bapak liat saya seolah saya ini musuh bebuyutan Bapak yang siap Bapak mutilasi sampe ke tulang-tulang."

Dengusan Javier terdengar jengah. "Nggak usah lebay kamu!"

"Serius loh, Pak! Atau saya punya utang sama Bapak?"

"Iya," jawab Javier pendek.

Kaluna terdiam sejenak, mengingat-ingat hutang apa yang ia punya pada dosen killer itu. beberapa detik kemudian, pupil Kaluna melebar. Tanpa sadar gadis itu menggebrak meja hingga membuat Javier tersentak kaget.

"Hutang yang Bapak maksud itu pas saya suruh Bapak bayarin makanan saya di kantin? Seriously, Pak? Cuma dua puluh lima ribu loh! Masa gitu doang Bapak jadi kemusuhin saya?"

Giliran Javier yang terdiam. Tak lama, laki-laki itu menegakkan tubuh. Sepasang tangannya tertaut di atas meja, menatap Kaluna dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu beneran nggak ingat, Kaluna?" Suara Javier merendah. Ekspresinya membuat hati Kaluna entah mengapa merasa tercubit.

"Saya ingat, kok, Pak. Maaf ya Pak, hehe …." Gadis itu menyengir tanpa dosa lantas merogoh saku celananya. "Nih, saya balikin. Lunas, kan?"

Javier menatap selembar uang dua puluh ribu bersama uang lima ribuan yang terlihat sangat lusuh di atas mejanya dalam diam. Berikutnya, ia menghela napas dan kembali bersandar ke kursi kebesarannya.

Kaluna mengernyit melihat ekspresi dosennya itu yang tampak lelah. Javier bahkan memijat pelipisnya dengan desisan lirih.

"Bapak sakit? Padahal udah saya bayar lunas, loh, Pak!"

Mr. JWhere stories live. Discover now