05 || Mr. J & Calon Babunya

1.2K 189 21
                                    

HIDUP penuh lika-liku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HIDUP penuh lika-liku. Ada suka, ada duka.

Kaluna Elodie Joanne ingin memprotes lirik lagu itu. Hidup memang penuh lika-liku, tetapi mengapa dirinya lebih banyak mendapatkan duka dibanding suka?

Pertama, kemarin malam adiknya di Makassar memberi kabar bahwa tidak ada perubahan yang signifikan dari kondisi Bapaknya yang kini masih dirawat di Rumah Sakit.

Kedua, Kaluna beberapa kali mendapat teguran dari dosen-dosen karena sering datang terlambat. Jangan salahkan dirinya, salahkan saja dosen yang memberi deadline tugas tanpa kira-kira hingga mengharuskannya begadang beberapa hari terakhir ini.

Ketiga, uang jajannya kian menipis. Kini tersisa seratus ribu di dalam dompet buluknya.

Gadis bercepol itu menopang dagu, menatap keluar jendela kelas hingga pandangannya langsung tertuju pada gedung-gedung pencakar langit dan jalanan yang selalu macet. Helaan napasnya sesekali terdengar.

Wilona yang fokus membaca novel di sampingnya jadi terganggu.

"Lo kenapa, sih, beberapa hari ini kayaknya, tuh, muka ketekuk mulu? Ada masalah?"

"Masih masalah yang sama, Wil."

"Kan, gue udah bilang lo terima aja tawarannya Pak Javier."

Setelah pertemuan tidak disengajanya bersama Javier di supermarket minggu lalu, Kaluna langsung menelfon Wilona dan menceritakan semuanya untuk meminta pendapat sahabatnya itu. Namun, tanggapan Wilona yang sekonyong-konyong menyuruhnya menerima tawaran Javier tanpa berpikir terlebih dahulu membuatnya merasa kesal.

"Lo tau sendiri, kan, Wil, gue nggak yakin bisa ngerawat orang sakit. Gue cuma pernah ngerawat Bapak gue."

"Ya, apa bedanya? Anggap aja nyokapnya Pak Javier juga orangtua lo biar lo-nya nggak kaku."

Kaluna melotot ke arah Wilona setelah mendengar jawaban sahabatnya itu.

Wilona justru tertawa geli. "Aminin kali, Lun. Siapa tau aja nyokapnya Pak Javier emang bakalan jadi orangtua lo."

"Bacot monyet!"

Wilona tergelak puas. Dosen yang mengajar hari ini berhalangan hadir hingga mereka begitu bebas untuk bersuara. Wilona menaruh novel ke dalam tas lalu menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan Kaluna.

"Gue serius, Lun. Dari pada lo gini-gini aja, cuma meratapi nasib doang tanpa adanya usaha. Mending lo terima, deh, tawaran kerja dari Mr. J. Anggap aja lo lagi simulasi sebelum terjun praktik lapangan."

"Iya, sih. Gue juga mikir gitu. Tapi gimana kalo gue ngelakuin kesalahan dan Pak Javier benar-benar memutilasi gue?"

Tanpa tedeng aling-aling, Wilona menjitak keras kepala Kaluna. "Otak lo, tuh, ya! Makanya jangan kebanyakan nonton film psikopat, nyet!"

Mengusap ubun-ubunnya yang berdenyut, Kaluna mengerucutkan bibir.

"Pak Javier nggak mungkin sekriminal itu!"

Mr. JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang