16. Mr. J & Pujian

1K 171 30
                                    

KALUNA merentangkan tangan, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah keluar dari kelasnya yang hari ini terasa begitu sesak karena berlangsungnya Ujian Akhir Semester. Sembari memijat pundak sebelah kanannya, gadis itu menuruni tangga menuju lantai satu untuk ke kantin.

"Lun! Sini!"

Gadis itu melongokkan kepala pada sosok Wilona yang melambai di sudut kantin. Sahabatnya itu memang lebih dulu selesai mengerjakan soal-soalnya hingga keluar lebih cepat.

Kaluna duduk di depan Wilona. Di meja itu sudah ada semangkuk mie ayam dan segelas es teh yang belum disentuh sama sekali. Wilona sengaja memesankannya lebih dulu. "Thank you, Wil."

Wilona mengangguk. "Gimana soal UAS-nya? Gue liat dari awal alis lo nggak pernah lurus."

Sembari mengecapi mie ayamnya, Kaluna mencebikkan bibir. "Ya gitu, deh."

Wilona terkekeh pelan. "Lun, lo pernah nyesel nggak kuliah kesehatan?"

Gerakan Kaluna terhenti sejenak, melirik Wilona beberapa saat sebelum menyuapi dirinya dan berkata dengan datar, "nggak. Lo tau sendiri kenapa gue masuk dijurusan yang sama sekali nggak pernah gue sangka ini."

"Justru karna gue tau lo masuk sini, Gue takut, suatu saat nanti lo bakal ngerasa salah jurusan."

"Ngerasa salah jurusan itu fase yang pasti bakal dirasain sama sebagian besar mahasiswa. Jadi nggak usah khawatir. Nanti juga ngalir sendiri."

Wilona akhirnya mengangguk. "Nggak kerasa, ya, Lun, kita udah mau semester dua aja."

Kaluna mencebikkan bibir. "Mata lo nggak kerasa!" sinisnya. "Masih semester satu aja udah luntang-lantung gara-gara tugas sampe gue masuk RS. Itu yang lo bilang nggak kerasa?"

Wilona tergelak.

Kaluna hanya menatapnya malas. Kaluna kadang merasa sangsi pada orang-orang di luar sana yang kerap berkata 'nggak kerasa, ya, kamu udah lulus SMP', 'nggak kerasa, ya, kamu udah lulus SMA'. Iya, itu nggak kerasa bagi mereka yang hanya menonton lalu berkomentar, berbeda dengan orang yang langsung merasakan setiap prosesnya.

Di detik-detik penghabisan mie ayam Kaluna, seseorang tiba-tiba datang menarik kursi dan duduk di sampingnya. Wilona yang sejak tadi asik memainkan ponsel sambil menunggu Kaluna selesai makan, mendongakkan kepala. Begitu juga dengan Kaluna yang lantas menoleh.

"Hai!" Orang itu menyapa dengan senyum tipis setelah meletakkan es tehnya di atas meja.

"Eh, Kak Gio. Hai juga, Kak!"

Gio, laki-laki itu menaikkan alis singkat. "Udah lama, ya, nggak ketemu?"

"Hehehe, iya, Kak."

Kaluna lupa kapan terakhir kali ia bertemu dengan Kakak Tingkatnya ini. Perbedaan gedung kebidanan dan farmasi tentu menjadi alasan utamanya.

Mata Gio bergulir memandang Wilona yang menatapnya. "Temennya Kaluna?" tanya Gio.

Wilona terkesiap. "Eh, iya, Kak. Salam kenal, Wilona." Wilona mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Gio.

"Gio."

"Kak Gio apa kabar?" tanya Kaluna setelah menghabiskan semangkuk mie ayamnya.

"Baik. Cuma kadang stress aja bimbingan laprak sana-sini." Kaluna terkekeh pelan. "Lo sendiri sibuk apa akhir-akhir ini? Masih dibombardir sama tugas?"

Kaluna mengangguk. "Masih, Kak. Ini lagi UAS aja tugas dari dosen tetep masuk. Bener-bener nggak dikasih napas."

Gio tertawa kecil. "Semangat, ya! Lo nggak boleh nyerah karna di semester-semester berikutnya bakal lebih banyak lagi."

Mr. JWhere stories live. Discover now